Rabu, 15 Oktober 2008

Yabes: Seorang Tidak Terkenal yang Menjadi Terkenal

Siapa yang tidak kenal Yabes? Soale di gereja sih udah ada Mezbah Doa Yabes di mana jemaat diizinkan menaikkan doa permintaan. Tetapi ternyata menggali bagian tentang Yabes sungguh menarik. Ternyata Chuck Swindoll juga menulis tentang Yabes dalam bukunya "Kisah-Kisah Menarik Orang-Orangn yang Terlupakan." Berikut ringkasan yang dapat ditulis.

Nama Yabes hanya muncul dalam 2 ayat di 1 Tawarikh 4:9-10 'Yabes lebih dimuliakan dari pada saudara-saudaranya; nama Yabes itu diberi ibunya kepadanya sebab katanya: "Aku telah melahirkan dia dengan kesakitan. Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!" Dan Allah mengabulkan permintaannya itu.' Uniknya, penulis kitab Tawarikh ini sedang menuliskan silsilah keturunan Yehuda yang cenderung sama. Tetapi di bagian Yabes, ada tambahan keterangan 2 ayat seperti itu.

Chuck Swindoll dengan sangat baik menggambarkan tentang hal ini: Ketika Tuhan berhenti sejenak dan ingin menuliskan lebih jauh tentang seseorang, berarti ada sesuatu yang penting yang Tuhan ingin pembaca menarik pelajaran dari tokoh tersebut. Berarti ada sesuatu berkaitan dengan Yabes yang jauh lebih penting daripada sekedar permintaannya dikabulkan oleh Tuhan.

Ada 3 prinsip yang dapat dipelajari berkaitan dengan Yabes:
1. Awal yang kecil (atau seburuk apapun) tidak menjamin akhir yang pasti kecil (buruk) juga. Yabes memiliki masa lalu yang buruk. Ketika lahir, ia langsung dinamakan Yabes yang artinya senada dengan Pain atau penderitaan, kesakitan. Ia lahir di tengah gurun, sebelum masuk tanah Kanaan, di tengah pergumulan penderitaan bangsa Yahudi. Tetapi Yabes memiliki iman untuk meminta Tuhan menjauhkan arti namanya dari hidupnya. Iman itu berarti berani mempercayakan masa depan kita kepada Tuhan bahwa masa lalu yang seperti apapun juga akan dapat dipakai Tuhan untuk membentuk masa depan yang jauh lebih indah bagi tiap anak-anakNya. Rantai masa lalu yang buruk dapat diputus ketika kita mau hidup beriman pada Tuhan Yesus seumur hidup kita.

2. Kekayaan atau kekuasaan (otoritas) yang besar, tidak akan ada artinya tanpa Tuhan. Yabes sangat merindukan agar "tangan Tuhan menyertainya." Baginya, tangan Tuhan adalah sumber segala sesuatu yang ada padanya. Tangan itu pula yang akan melindunginya seumur hidupnya. Yabes menyadari bahwa ia tidak mampu berbuat apa-apa tanpa tangan Tuhan. Dengan kata lain, sebenarnya ia sedang berkata, "Kalau bukan Tuhan yang memberi dan memelihara, aku tidak mau menerima kekayaan atau kekuasaan itu tapi kalau Tuhan sudah memberi, tolong jangan tinggalkan aku." Suatu doa yang luar biasa yang dipanjatkannya. Orang cenderung sering meminta kepada Tuhan tetapi melupakan Tuhan ketika sudah mendapat apa yang diinginkannya. Menyedihkan, pemberian Tuhan lebih berharga daripada Tuhan, Sang Pemberi itu sendiri. Yabes tidak terjebak dalam pola hidup seperti itu. Doanya jauh lebih dalam daripada itu. Ia merindukan Sang Pemberi senantiasa mengiringi pemberianNya dalam hidup Yabes.

3. Kekayaan atau kekuasaan (otoritas) yang besar selayaknya diterima dengan tanggungjawab tanpa diiringi rasa bersalah. Banyak orang yang merasa tidak layak dan bersalah ketika mendapat kekayaan atau otoritas dalam hidupnya. Rasa tidak layak adalah sesuatu yang baik, menunjukkan kerendahan hati. Tetapi ketika rasa tidak layak itu dibiarkan terlalu menguasai sampai menimbulkan rasa bersalah, kita akan sulit menggunakan apa yang sudah Tuhan percayakan dengan bertanggungjawab. Padahal Tuhan mempercayakan segala sesuatu itu pada diri kita dengan tujuan agar kita dapat menjadi hambaNya yang bertanggungjawab mengelola semuanya itu.

Berikutnya, ada 3 pertanyaan penting yang harus kita jawab ketika mempelajari tentang Yabes:
1. Mungkinkah Tuhan Allah merancang bagi saya sebuah posisi atau otoritas yang besar beserta dengan hak-hak dan tanggungjawab istimewa di dalamnya?
2. Mungkinkah rancangan Tuhan itu MELEBIHI apa yang saya pikirkan selama ini, Tuhan ingin saya punya otoritas mengambil keputusan yang memiliki dampak bagi lingkungan di mana saya hidup sekarang?
3. Apa yang membuat saya belum atau tidak pernah meminta Tuhan memberikan otoritas dan tanggungjawab yang besar selama ini?

Renungkanlah jawaban-jawaban kita dan berusahalah menjawab dengan jujur di hadapan Tuhan. Sejujurnya, pertanyaan ke-1 & ke-2 pasti akan kita jawab MUNGKIN karena kita memang terbatas tapi Tuhan Pencipta kita adalah Tuhan yang tidak terbatas, IA sering memberi kejutan-kejutan yang melampaui akal kita karena IA TUHAN. Pertanyaan ketiga yang lebih dalam dan harus kita renungkan. Buat gue pribadi, gue tidak meminta karena otoritas, kekuasaan, kekayaan, hak istimewa dan segala titipan itu pada akhirnya menuntut tanggungjawab. Semua titipan itu tidak akan menimbulkan iri hati dari orang lain, tetapi pasti ada konsekuensi menjadi sorotan dan kritikan. Dan itu yang gue ga suka. Ketika dipercayakan sesuatu yang menurut gue besar, kadang gue juga merasa tidak layak, guilty dan lebih baik diberikan pada orang lain yang menurut gue lebih baik. Ternyata otak gue meyakini bahwa itu semua titipan tapi hati kecil gue mungkin masih menganggap itu bagian dari milik gue. Karena kalau gue 100% meyakini semua itu titipan dan kepercayaan dari Tuhan, gue seharusnya tidak terganggu dengan sorotan dan kritikan itu. Karena toh gue cuma pengurus milikNya Tuhan, bukan pemilik dari semuanya itu.

Entah bagaimana sikap pembaca-pembaca kisah Yabes yang lain? Gue rasa sih beda-beda tapi kerendahan hati belajar dari Yabes dalam menaikkan doa untuk tidak ragu meminta sesuatu untuk memuliakan nama Tuhan (bukan untuk memuaskan hawa nafsu belaka) akan dikabulkan Tuhan dengan senang hati. Bukankah itu kerinduan kita semua? Dan pastinya juga kerinduan Tuhan Bapa Surgawi yang luar biasa baik hati *.*

Tidak ada komentar: