Selasa, 25 November 2008

First Adam vs Second/Last Adam


Seorang anak Sekolah Minggu bertanya, “Apakah Adam mempunyai pusar seperti semua manusia sekarang?” Pertanyaan itu mungkin terdengar lucu dan kurang Alkitabiah. Tetapi coba dipikir sejenak. Pusar adalah suatu bekas luka yang terbentuk dari sambungan melalui tali pusar (tali umbilikal) ke ibu. Setelah lahir, tali tersebut dipotong dan tempatnya menempel ke badan bayi, mengerut serta membentuk bekas luka yang disebut sebagai pusar. Alkitab mengatakan bahwa Allah menciptakan manusia pertama, Adam dengan membentuknya dari debu dan tanah lalu menghembuskan nafas hidup padanya. Bila Adam tidak dilahirkan oleh seorang perempuan, dia tidak akan punya tali pusar, Adam tidak ada bekas luka dan berarti tidak punya pusar.

Allah menciptakan Adam pertama sempurna, sesuai dengan gambar dan rupa-Nya. Tidak adanya pusar menunjukkan ia diciptakan dengan cara yang berbeda dengan manusia setelahnya dan istrinya. Mereka tidak berdosa ketika diciptakan. Allah memperlengkapi Adam dengan akal-budi. Dengan akal budi itu, Adam memelihara taman Eden ia juga memberi nama seluruh hewan dan tumbuhan yang ada. Adam sangat sibuk menggunakan akal-budinya untuk sesuatu yang baik di mata Allah.

Tetapi kemudian Adam masuk dalam jebakan “dari mata turun ke hati”. Adam memilih menuruti istri dan menggunakan akal-budinya untuk meladeni Iblis. Kejadian 3:6 memberitahu bahwa “Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.”

Tingkatan yang dilakukan Adam: 1. Melihat; 2. Mendiamkan istri mengambil; 3. Menerima pemberian istri; 4. Memakan. Mungkin tidak tertulis Adam mengingini tetapi dengan akal-budinya, Adam punya kemampuan untuk menolak sesuatu yang di luar keinginannya. Jadi, Adam secara sadar memilih mendengarkan omongan Iblis, mendapatkan yang diingininya, walaupun itu berarti melawan perintah Allah.

Ibarat ada seorang ibu kaya yang melahirkan seorang anak. Dengan tulus ibu itu memberikan larangan supaya anak itu tidak mengambil uang di kotak tak terkunci, tetapi semua harta di rumah boleh digunakan si anak. Lalu ada tetangga yang iri hati dan menghasut si anak bahwa ibu itu memberikan larangan hanya karena ia takut si anak akan menjadi sekaya si ibu. Lalu si anak memilih mengikuti omongan tetangga daripada ibunya. Ia mengambil uang dalam kotak dengan harapan ingin menjadi kaya seperti si ibu. Kalau Anda jadi si ibu, apa perasaan Anda? Kemungkinan luar biasa sedih, kecewa, jengkel, sakit hati, tertolak, diabaikan, marah dan tidak habis pikir kenapa anak itu begitu. Kisah yang sangat tidak masuk akal-kah? Tapi mirip dengan itu yang terjadi dalam hidup manusia dan Penciptanya. Adam lebih memilih mempercayai omongan Iblis demi mendapatkan sesuatu yang ia inginkan walau itu berarti melawan dan menolak Sang Pencipta.

Allah mengatakan manusia akan mati jika melanggar perintah-Nya. Dan itulah yang terjadi, manusia memang tidak langsung mati secara fisik, tetapi manusia terpisah dari Allah (kematian rohani karena manusia terdiri dari fisik dan roh). Tidak ada satu pun manusia yang lolos dari kematian fisik, manusia pasti kembali menjadi debu dan tanah. Semua manusia yang hidup setelah Adam, lahir dari seorang perempuan, mereka memiliki pusar adalah salah satu bukti bahwa mereka mewarisi dosa keturunan. Dalam Roma 5:12, Paulus mengatakan, “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.

Iblis mungkin tertawa terbahak-bahak ketika Adam mengikuti sarannya ketimbang perintah Allah. Iblis bersorak ketika Allah menjatuhkan hukuman, Iblis yakin dapat memperbudak manusia dalam kekekalan neraka. Dengan mengeluarkan seringai kemenangan, Iblis melirik Allah, berharap menyaksikan Allah yang menatap sedih atau marah dan tak peduli pada manusia lagi. Apakah Allah merasakan kesedihan seperti si ibu dalam kisah di atas? Tanpa bermaksud menurunkan citra Allah, YA, Allah dapat merasakan kesedihan akibat pemberontakan ciptaan-Nya. Tapi sesungguhnya, Allah Maha Kuasa dan Maha Tahu. Ia tidak terpekur sedih tak berdaya atau marah dan membuang manusia seperti yang diharapkan Iblis. Allah menatap ke depan dengan suatu senyum misterius. Allah menyadari bahwa Adam pertama telah gagal, tetapi mata Allah sedang memandang jauh ke masa depan di mana Adam Kedua (atau Adam Terakhir) tak akan pernah gagal melakukan perintah-Nya. Siapakah Adam Kedua (Terakhir) itu?

Gordon Lewis dan Bruce Demarest mengatakan, “Kelahiran Yesus yang melampaui kondisi alamiah menunjukkan bahwa Dia bukanlah salah seorang anggota dari keturunan Adam yang rusak moral, terhukum dan terasingkan, melainkan adalah Kepala dari suatu tatanan baru yang terdiri dari mereka yang telah menjadi ciptaan baru karena anugerah Allah.”

Dengan kata lain, Yesus Kristus adalah Adam Kedua. Allah merelakan Putera Tunggal-Nya datang ke dalam dunia menyelamatkan manusia dengan mati di kayu salib bagi tiap orang yang mau percaya kepada-Nya (Yoh 3:16). Apakah Allah tidak ada cara lain untuk menyelamatkan ciptaan-Nya? Analoginya: Kita tidak akan berhasil menolong seseorang yang sudah tenggelam ke dasar laut yang mematikan jika hanya berteriak, “Berenanglah!” atau “Ini pelampung, pakai dan menepilah” atau “berdoalah agar selamat”. Untuk menolong orang sekarat itu, kita perlu turun dan mengangkatnya sehingga ia dapat hidup. Allah di dalam diri Yesus Kristus telah melakukan seperti analogi ini. Selain Yesus Kristus, tak ada satu pun manusia dapat menjadi Sang Penyelamat karena dalam Roma 3:10&23 dikatakan, “Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” Lihatlah tabel perbandingan di atas.

Adam Kedua (Yesus) yang merupakan Allah sendiri harus menjalani proses kehidupan di dunia ini sebagai manusia 100% dan Allah 100%. John Hendri Foh berkata,

Yesus Allah sejati karena berasal dari Roh Kudus dan manusia sejati karena berasal dari Maria. Ke-Allahan-an-Nya (Godhead) tidak berkurang karena persatuan dengan sifat manusia. Demikian pula kemanusiaan-Nya tidak bertambah (menjadi ilahi) karena perpaduan dengan sifat Allah. Jika Yesus hanya bernatur Allah saja, tentu Dia tidak dapat jadi Penyelamat karena Allah tidak dapat mati. Tetapi seorang Penyelamat juga harus Allah sejati karena tidak ada yang dapat menaklukkan kuasa kematian selain diri Allah yang tidak mungkin mati.”

Ini sulit diterima akal-rasio manusia, tetapi karunia-Nya menolong orang-orang pilihan-Nya menerima hal di luar akal manusia. Adam Kedua harus mencicipi sengat maut (kematian), bukan disebabkan karena kesalahan-Nya, melainkan karena Dia memberi diri-Nya menggantikan tempat manusia yang seharusnya menerima hukuman Allah. Betapa luar biasa kasih dan pengorbanan-Nya bagi manusia! Natal adalah langkah awal usaha penyelamatan yang dilakukan Allah bagi manusia. Kristus, Adam Kedua adalah hadiah terindah yang Allah berikan untuk manusia, apakah yang dapat diberikan pada-Nya dan sesama di Natal kali ini? Selamat Natal, Selamat meneruskan jejak Adam Kedua menjadi berkat bagi yang membutuhkan.

Senin, 24 November 2008

Last Minute Style or Forgetful?

Menyedihkan, karena gue masih belum bertobat dari last minute style, Jum'at malem gue masih ngejar deadline menyelesaikan sertifikat dan analisis tes 22 remaja tentang kecerdasan majemuk dan 5 bahasa kasih. Padahal itu PR gue sejak bulan September, baru gue kebut di November ini. Gara-gara ngebut sertifikat di Jum'at malem padahal sampe rumah dari kantor aja udah jam10an malem, walhasil Sabtu gue ngantuk. Rencana nge-print sertifikat di gereja batal karena ngebut persiapan ceramah buat Sabtu sore dan sempet tidur 30 menit sebelum ceramah.

Sabtu sore gue buru2 ke gereja dan sampe gereja, say hello beberapa pemuda terus buka tas dan ternyata gue GA BAWA FLASHDISK!! Ga ada flashdisk, gimana gue ceramah nti? Jemaat pemuda masih banyak yang belum datang, yang sudah datang adalah para pelayan. Mereka lagi sibuk latihan :( Thanks God, di saat seperti itu, datang sie acara pemuda yang biasa bawa motor, gue langsung minta dianter ke rumah karena waktu udah mepet banget. Di saat seperti itu, gue benar-benar bersyukur rumah gue ga terlalu jauh dari gereja ^_^ Orang-orang cuma pada geleng-geleng ketika tahu kalo flashdisk gue ketinggalan. Gue juga ga ngerti kenapa bisa begitu, alangkah mengerikannya kalo gue lagi pelayanan di jelambar misalnya dan gue ga bawa materi ceramah huaaaaa... jangan sampe kejadian kayak gitu deh...

Apakah cerita berakhir sampai sini? Ternyata tidak, rencana minggu gue akan hadir pemberkatan nikah temen di gereja jam 1pm lalu setelahnya pergi karena ada janji dengan teman jam 3pm di mall ambasador tapi ga menyebutkan lokasi janjian karena terbiasa kontak-kontakan dengan handphone on the spot. Gue udah sampe ke gereja, masuk dan siap mengikuti ibadah. Gue buka tas cari Alkitab eh gue merasa ada yang aneh, kenapa tas terasa agak kosong. Ampun deh, ternyata gue GA BAWA HANDPHONE!!! Gimana gue cari temen gue di mall & itc ambasador yang gede & rame itu tanpa sebuah handphone? Payahnya, walau udah 8 tahun bersahabat dengannya, gue ga hafal nomor handphonenya or nomor telp kosnya!!! Gue langsung buru-buru keluar ruang kebaktian (ga enak banget deh soale di depan pintu sudah berjejer para majelis dan pendeta gue) dan lari ke ruang tata usaha di lantai 4. Gue telepon rumah dan malangnya mama gue baruuuuu ajaaaaa berangkat dari rumah ke gereja hiks... jadi ga bisa minta mama yang bawain handphone :=.=:

Di saat gue panik itu, tiba-tiba staf TU gereja yang sudah mo pulang, masuk dan bertanya apakah gue mo dianterin pulang ke rumah soale dia liat muka gue yang kebingungan. Walau gue merasa ga enak, akhirnya gue terima tawarannya karena mo gimana lagi. Sampe gereja lagi, penyambutnya nanyain "ada apa" soale ternyata di gereja gue yang kecil itu, kelakuan gue gampang banget terlihat orang hiks... mereka liat gue grabak-grubuk ga jelas dan jadi bertanya-tanya ada apa gerangan.

Well, jujur gue bingung banget kenapa dalam 2 hari berturut-turut gue harus mencari ojek dari gereja-rumah-gereja karena ada sesuatu yang tertinggal di rumah?!! Apa yang sedang gue pikirkan? Atau apa yang sedang gue ga mo pikirkan (tapi sebenarnya penting & harus gue pikirkan), sehingga malah berefek dengan hilangnya konsentrasi gue secara ga sadar.

Sampe sekarang sih gue belum nemu :( Tapi yang pasti gue belajar bersyukur bahwa dalam kelemahan gue, Tuhan luar biasa baek, DIA mengirimkan orang-orang untuk menolong gue di detik-detik terakhir. Dalam kelemahan gue, kuasa, kebaikan dan anugerah Tuhan benar-benar terasa dalam hidup gue. Dan yang
pasti, emang karena last minute style ini, gue udah sangat lelah grabak-grubuk tiap weekend. Tapi saat ini gue merasa sudah terikat dengan janji & tanggung-jawab sampai akhir Desember. Apakah God akan memberikan kesempatan bagi gue untuk memperbaiki diri di tahun 2009? Hm, who knows? Gue cuma berharap bisa memperbaiki pengaturan waktu gue. Tahun ini luar biasa amburadul dan menguras fisik dan emosi hiks...

Rabu, 19 November 2008

Narcisisme

KTB staf sekarang bahas buku Pak Yohan Chandawasa yang berjudul "Merupa Hidup dalam Rupa-Nya". Bab 1 membahas tentang Narcisisme. Kata Narcisisme berasal dari tokoh mitos Yunani yang bernama Narcisus. Narcisus adalah seorang pemuda yang ketampanannya luar biasa, tiada tanding di muka bumi ini. Banyak dewi yang jatuh cinta padanya tapi tidak ada 1 pun yang berhasil merebut hati Narcisus. Suatu kali, Narcisus pergi ke sebuah telaga dan ketika dia melongok ke dalam telaga, dia melihat seorang yang tampan luar biasa. Ia sangat terpesona dan berusaha menggapai orang itu. Apa nyana, tiap kali tangannya meraih ke dalam telaga, orang itu selalu menghilang dari pandangannya. Narcisus sangat merindukan orang dalam telaga itu. Ia begitu terpikat sampe akhirnya lupa makan, lupa tidur, bengong di tepi telaga dan akhirnya MATI. Narcisus tidak menyadari bahwa orang di dalam telaga itu adalah bayangannya sendiri. Relasi "aku-engkau" yang dipikirnya sedang dirasakannya, sesungguhnya adalah relasi "aku-aku". Ia mati karena terjebak dalam kekaguman terhadap diri sendiri.

Nah, Pak Yohan membahas Mazmur 73:1-28 yang ditulis oleh Asaf. Asaf adalah seorang keturunan Lewi yang dikhususkan melayani bagian musik oleh Daud. Asaf seorang yang jujur hidupnya dan menjalankan semua ibadah dengan sungguh-sungguh. Tetapi di satu titik, Asaf menyadari bahwa ia hampir tergelincir ketika mengamati hidup orang fasik yang rasanya serba enak, menyenangkan dan tidak ada kesusahan di dalamnya. Dalam mazmur ini tersirat perasaan putus asa, kecewa, kebingungan, frustrasinya Asaf ketika membandingkan diri dengan orang fasik. Sesungguhnya yang terjadi adalah Asaf sedang "memanfaatkan Tuhan" untuk mendapatkan impian/harapan/keinginan/cita-citanya sendiri.

Ketika Tuhan tidak menjawab sesuai keinginan, maka muncullah perasaan sia-sia semua "ibadah" yang dilakukannya. Asaf sedang mengalami narcisisme rohani. Ada kalimat yang sangat indah: Tuhan tidak pernah menyetop keinginan kita kalau keinginan itu dapat membuat kita semakin serupa dengan Kristus. Kalau hal-hal duniawi (yang kita inginkan) dapat membuat kita semakin serupa Kristus, Tuhan pasti akan memberikannya pada kita. Sayangnya, banyak keinginan kita justru hanya menghambat proses pembentukan menjadi serupa Kristus.

Semalam ada seorang teman mensharingkan pokok doa tentang teman lain yang sakit-sakitan. Seorang pria yang berusia 34 tahun, tetapi mengalami sakit silih berganti: dari cuma jatuh dadakan, pingsan, sampe kena hepatitis lalu kena alergi kulit yang parah dan disusul ada kelainan pada sarafnya, dokter bingung memberikan diagnosa dan terakhir tulangnya ada yang keluar. Masuk rumah sakit terus-menerus bagi pria ini jelas sesuatu yang menyakitkan. Ia kehilangan pekerjaannya (sering tepar di RS), dicemooh keluarganya (yang mayoritas agama lain dan masih sering menyarankannya pindah agama atau mencoba cari kesembuhan dengan menghalalkan segala cara) dan terakhir ditinggalkan oleh pacarnya.

Pria ini ada di tahap seperti Asaf, mempertanyakan kenapa ikut Tuhan sangat membuatnya menderita? Tuhan yang seperti apa yang mengizinkan semua ini terjadi pada anak-Nya? Buat apa lagi hidup dengan segala kehilangan dan penderitaan ini? Buat apa lagi susah payah mempertahankan kesalehannya mengikut Tuhan kalau dia harus mengalami sakit penyakit yang tiada hentinya di usia di mana orang lain sedang produktif membina karir dan rumah tangga? Semua terasa sangat menyakitkan!

Buat pria ini, derita yang dirasakannya jelas tidak dapat diobati dengan mengatakan bahwa semua pencobaan tidak akan melebihi kekuatannya. Pria ini mungkin akan marah ketika ada yang mengatakan bahwa anak Tuhan punya Bapa Surgawi yang baik yang akan terus mendampinginya. Dengan sendirinya pria ini akan berespons bahwa semua orang tidak akan mampu mengerti masalahnya, karena biasanya orang lain yang menyarankan banyak kata penguatan, justru tidak mengalami penderitaan seperti pria ini.

Pak Yohan menjelaskan ada 4 fase relasi suami-istri yang dapat disejajarkan dengan relasi aku-Engkau (Allah), sebagai berikut:
1. Fase Romantis: orang yang akan menikah pasti membawa banyak impian. Aku ranting, dia bunganya; dia ikan, aku akuariumnya; aku sakit, dia obatnya. Demikian juga dengan relasi aku-Engkau (Allah). Masa romantisnya dirasakan ketika kita menyanyikan He's everything to me (karya Ralph Charmichael): "Ia bukan Allah yang tinggal jauh dari aku dan yang mengabaikanku, kini aku ditemaniNya dan selalu dijagaiNya, Sepanjang jalanku, Yesuslah hidupku." Wow, rasanya betapa indahnya hidup berjalan bersama Kristus :)

2. Fase Realistis: Setelah tinggal bersama, mulailah pasangan suami-istri mengalami "TIDAK" dalam hidup mereka. Aku begini, dia begitu; aku ke sini, ia ke situ; aku mo yang ini, dia mo yang itu; maka berubahlah pandangan kita tentang pasangan: aku bunga, ia ulat bulunya; aku ikan, dia buayanya; aku sakit, dia virusnya. Relasi kita dengan Allah pun demikian. Dalam bergaul dengan Allah, konsep dan perlakuan kita yang keliru terhadapNya akan dihancurkan oleh Tuhan sendiri melalui "TIDAK" yang disodoorkan dalam hidup kita. Allah akan membuat kita sadar bahwa IA sama sekali bukan bayang-bayang kita, IA sama sekali bukan diri kita saat IA tidak menyembuhkan penyakit kita, tidak melepaskan kita dari kesusahan, mengizinkan musibah terjadi atas hidup kita, membiarkan kita ditinggalkan oleh orang-orang yang kita kasihi atau mengasihi kita, dll.

3. Fase Marah dan Menyesal: Tahap ini adalah tahap di mana semua perasaan indah di masa romantis pernikahan dan pacaran, surut. Sukacita berubah menjadi depresi, fantasi berubah menjadi frustasi. Demikian pula dengan relasi aku-Engkau. Hal-hal yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita itu dapat membuat iman kita goncang, marah, kecewa dan putus asa terhadap Tuhan. Namun, fase ini perlu dialami supaya kita memiliki konsep yang benar tentang Tuhan.

4. Fase Reorientasi: Krisis dalam ikatan perkawinan akan membawa suami-istri ke persimpangan jalan untuk memutuskan "bercerai-berpisah sementara-mulai dari awal. Demikian juga dalam relasi kita dengan Tuhan. Sama seperti yang dialami oleh pria yang gue sharingkan di atas. Ia sedang berada di persimpangan itu. Apakah ia akan tetap mengikut Yesus walau penderitaannya tidak berkurang? Atau sebaliknya ia akan meninggalkan Yesus karena Yesus bukanlah Tuhan yang diharapkannya, bukan Tuhan yang mengabulkan apa yang dimintanya? Dalam hal ini, relasi aku-aku yang dianutnya dapatkah berubah menjadi aku-Engkau?

Gue rasa narcisisme akan tetap menjadi pergumulan manusia selama manusia itu masih hidup dalam daging. Fase-fase pun akan dialami tiap orang silih berganti. Kalau gue udah pernah memasuki fase kekeringan, marah dan kecewa terhadap Tuhan yang tidak menjawab doa gue lalu atas anugerahNya, gue menundukkan diri pada relasi aku-Engkau dan bukan lagi aku-aku; semua ini tidak menjamin kalau gue ga akan pernah marah dan menyesal lagi terhadap Allah yang gue sembah. Tapi sesungguhnya semakin berat ujian, tantangan dan kesulitan itu, di situlah poin Tuhan semakin mempercayai kita! Kalau boleh memilih, tidak ada satu orang pun yang ingin dibentuk Tuhan dengan cara seperti ini :( Semua orang ingin dibentuk dengan cara yang tidak menyakitkan.

Tapi ilustrasi batu berlian yang harus diasah, dikikis dan dibentuk dengan cara yang menyakitkan (kalo si batu bisa merasa ^_^) dapat menolong kita untuk melihat hal positif yang sedang Tuhan kerjakan melalui penderitaan yang diizinkannya terjadi atas hidup kita. Batu berlian itu semakin mahal harganya ketika sudah mengalami kesakitan luar biasa. Ketika ada teman yang sedang dalam pergumulan luar biasa berat, biarlah kita terus mendukungnya dalam doa dengan sepenuh hati karena hanya Tuhanlah yang mampu menjaga mereka supaya memiliki relasi aku-Engkau. Bagian yang dapat kita kerjakan sebagai teman adalah mendampingi teman kita, menggabungkan kekuatan keluarga Allah untuk bergiliran menguatkan sang teman.

So, beranikah meminta ujian kenaikan tingkat dari Tuhan? Jangan takut!!! Karena sama seperti Asaf dan para pemenang iman lainnya, kita akan mengalami kelepasan luar biasa ketika sanggup berkata, "Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya." (Maz 73:25-26)

Taat itu Indah ^_^

Pagi ini bangun dengan rasa kantuk luar biasa gara-gara dengerin kuliah tentang kapal semalam. Dan justru today harus bangun lebih pagi dari biasanya karena ada KTB core-team di ECC. Rasanya pengen banget bolos. Pagi-pagi langsung self-talk apa yang bisa gue dapat kalau gue ga KTB. Tuhan gerakkan hati gue untuk bangun. Berdoa dalam ngantuk, sate dengan mata merem-melek, gue mo taat. Tau-taunya sate today dapat kisah tentang Naaman (gue pernah nulis tentang Naaman di blog).

Hari ini gue kembali menyadari 1 hal. Bahwa Tuhan senantiasa memberikan petunjuk (kalo lebih dalam lagi: visi) tapi manusia (khususnya gue) selalu dihadapkan pada sebuah pilihan, mo taat or kagak. Dalam contoh kecil hari ini, gue taat ketika gue tau Tuhan mau gue ikut KTB padahal secara fisik, gue capek banget dan banyak rasionalisasi yang lain, misalnya: gue mo pake waktu yang ada untuk persiapan mimpin KTB staf kantor siang ini.

Tapi ketika gue taat dan menghalau semua rasionalisasi gue, hasilnya gue sangat terberkati dengan KTB core-team di mana gue belajar bahwa pemimpin itu harus peka terhadap kehendak Tuhan karena Tuhan mempercayakan visi kepada seorang leader. Mendengar diskusi dan sharing dari para hamba Tuhan yang lain, gue merasa bahwa ladang tempat gue melayani memang berada di persimpangan dan harus membuat suatu pilihan. Jalan di depan tampaknya gelap sekali dan sulit melangkah. Di saat seperti ini, kami sama-sama jadi mengerti perasaan Gideon dan Musa yang minta tanda ketika Tuhan ingin mereka melangkah. Ketika Tuhan berbicara secara pribadi, tetap muncul kebingungan apakah itu keinginan pribadi atau benar-benar suara Tuhan atau pikiran orang lain yang mendistorsi.

Gue mensharingkan apa yang gue dapat tentang kapal semalam. Dalam sebuah kapal, ada 1 kapten yang ketika mo berlabuh harus berada di posisi tanpa blind-spot. Kapten harus dapat memandang ke depan, belakang, kiri, kanan tanpa ada 1 halangan sedikitpun. Kapten ini harus memberi arahan kepada si juru-mudi. Juru-mudi hanya bertugas memegang stir dengan menjalankan perintah kapten, apapun itu. Juru-mudi hanya berpegang pada perintah kapten dan kompas. Tapi yang mutlak dijalankannya adalah suara kapten. Kapten bilang "Maju" si juru-mudi harus maju dan tidak bisa stop selama kapten belum bilang "Stop". Si juru-mudi tidak dapat melihat dengan jelas jalan di depan, apalagi kalau malam. Semuanya serba gelap dan tidak mampu melihat apakah jalan sudah lurus atau belum. Tapi dengan panduan si kapten, juru-mudi hanya harus taat & percaya bahwa kapten melihat dengan jelas arah di depan.

Ada bagian yang disebut juru-mesin yang mengatur mesin untuk maju-mundurnya kapal. Tapi si juru-mesin ini harus melaporkan kepada kapten segala masalah dalam mesin. Kalau seandainya juru-mesin melapor pada kapten bahwa mesin sudah kepanasan, maka kapten harus mendengarkan pendapat dan masukan juru-mesin. Kalau kapten merasa arah jalan sudah benar dan dapat masuk dermaga, tapi juru-mesin bilang mesin ga sanggup, maka kapten harus stop sejenak.

Semua ini menggambarkan team-work yang sangat baik. Bagaimana tiap orang menjalankan bagiannya masing-masing. Bahkan di saat-saat tertentu, kapten dapat meninggalkan posisi dan jogging di bagian lain kapal. Tetapi kapten tidak dapat meninggalkan kapal, karena kapal jarang berhenti. Rutenya: merapat ke dermaga, turunkan penumpang, angkut penumpang lain, melaut, merapat ke dermaga lain, turunkan penumpang, dst. Berat juga ya jadi kapten euy :D

Semua ini memberikan pelajaran singkat buat gue (aplikasinya yang butuh waktu panjang hihihihi):
1. Tuhan memberi visi, bagian manusia hanya TAAT (apapun itu resikonya). Untuk taat seringkali manusia dihadapkan pada sebuah pilihan lain yang lebih menyenangkan secara daging. Tapi kalau mo taat pada suara Tuhan, akan muncul kata: Taat itu Indah :)

2. Pemimpin dipercayakan Tuhan menjadi owner sebuah kapal. Pemimpin harus punya visi yang jelas dan mampu mengkomunikasikan visi itu kepada anak buahnya. Pemimpin juga perlu mempercayai anak buahnya akan menaatinya. Kalau kapten turun dan melakukan tugas anak buahnya, kapal bisa berantakan.

3. Tiap orang memiliki fungsi & kepribadian yang unik dalam sebuah kapal. Kalau semuanya menjalankan bagian masing-masing dengan menaati kapten kapal, kapal itu dapat merapat ke tujuan yang sama tanpa terpecah-belah di laut.

Sebagai penutup, gue cantumkan good quotation dari seorang teman
today: Seorang leader bekerja dari segala keterbatasan, menembus dinding-dinding kesulitan dan memberikan sebatang lilin yang dinyalakan sumbunya di tengah-tengah terowongan tak bercahaya. Ia memberikan cahaya harapan, dan menuntun para pengikutnya menelusuri jalan-jalan baru yang berisiko gagal. Di tangannya terbentang sebuah peta, yang belum jadi betul denahnya. Tetapi, ia sadar betul ini adalah jalan terbaik untuk keluar dari kegelapan. Mereka percaya bahwa jalan baru pasti ditemukan, kendati mungkin saja mereka akan kesasar. Mereka beranggapan: kalau tak mau kesasar, mereka tak akan pernah menemukan jalan baru itu. (Djohan Robby, Leading in Crisis, Bara, 2006). Jadi leader emang berat tapi kalo God mempercayakan kapal milik-Nya kepada kita, bagian kita hanya taat karena sesungguhnya kalau relasi kita dekat dengan Tuhan, kita sedikit-banyak dapat peka dengan isi hati Tuhan, masalahnya: mo taat or kagak? Yah kurang lebih itu deh yang bisa gue sharingkan today. Masih banyak berkat Tuhan yang menanti hari ini, nih. Tuhan baek banget ama gue ya, SMANGAT2x! ^_^