Senin, 18 Mei 2009

Faith Like Potatoes

Akhirnya gue bisa nulis lagi. Kemaren sempet nonton 1 film berjudul Faith Like Potatoes. Hmm gimana ya? Film itu rada lambat alurnya jadi bagi orang yang lagi capek kalo nonton itu, better jangan nonton sambil berbaring deh, nti ketiduran beneran hehehe soale gue dan adik gue lomba menguap saking dah capek seharian tapi memaksa diri nonton karena selain Minggu, tiap hari TV dimonopoli nyokap huahahaha ^_^

Ceritanya tentang Angus Buchen, seorang petani Skotlandia yang merantau ke Afrika Selatan (ke suku Zulu). Angus yang workhaolic mengalami banyak kehilangan dan frustasi terhadap hidup. Dari segi psikologi, dengan kerja 18 jam/hari, wajar kalo dia stres dan emosinya tidak stabil, mudah marah (sampe disuruh minum obat penenang). Ketika akhirnya Angus menerima Tuhan Yesus, kedamaian mulai muncul dalam hatinya. Bukan berarti masalahnya dilenyapkan Tuhan karena kenyataannya, ia tetap bergumul dengan banyak kehilangan dan perasaan-perasaannya, tetapi damai sejati itu telah mengubah paradigmanya terhadap kesulitan hidup. Angus mencontohkan bagaimana berjalan bersama Tuhan dengan iman yang terus bertumbuh.

Gue ga mo membahas adegan dalam film ini terlalu banyak. Yang pasti, film itu membuat gue merenung tentang arti IMAN. Apakah meminta dengan iman = pasti mendapatkan apa yang diminta? Apakah orang beriman beda tipis (kalo ga mo dikatakan "mirip") dengan orang yang bodoh? Apakah mukjijat selalu berlawanan dengan logika? Apakah orang yang beriman & melihat mukjijat/karya Tuhan, hampir selalu harus mengesampingkan perhitungan rasio? Di mana batasnya beriman dengan "mencobai Tuhan"?

Pertanyaan-pertanyaan itu muncul di kepala gue setelah selesai nonton tuh film. Yah, jadi semacam perenungan sebelum bobo lahh :D Film yang berdasarkan buku & kisah nyata itu, rasanya boleh dijadikan bahan diskusi di gereja or persekutuan. Pada akhirnya, diharapkan komunitas anak Allah dapat belajar beriman. Angus beriman meminta hujan dan dia berharap kentang bisa tumbuh di tempat yang semua orang udah bilang ga mungkin tumbuh karena penuh debu & sangat kering. Pendetanya Angus mengatakan, "Terlalu tipis bedanya antara iman dan kebodohan. Apakah kamu yakin Tuhan menyuruhmu menanam kentang? Kalo kamu yakin, ceritakan padaku dan aku pasti akan mendukungmu." Angus tidak dapat memastikan kalo God langsung menyuruhnya menanam kentang, dia hanya merasakan suatu beban. Adik gue mengucapkan 1 kalimat ketika menyaksikan iman Angus, "Kenapa dia harus mempertaruhkan semuanya? Boleh ga sih kalo dia menanam kentang setelah turun hujan?"

Gue tertawa waktu adik gue bilang gitu dan gue mencetuskan kalimat, "Ga bisa begitu, kalo nunggu ujan turun & mereka baru menanam, sudah terlambat dong. Harus menanam dulu & beriman kalo hujan akan diberikan God." Banyak orang berpikir kalo seandainya Tuhan mengatakan kehendakNya pada kita secara langsung, pastilah kita dengan mudah akan mengambil langkah mengikut DIA. Tapi di zaman sekarang, terlalu banyak kesulitan hidup dan kotak "tidak mungkin" yang membatasi kepekaan kita terhadap kehendakNya.

Kadang kehendak Tuhan tidaklah terlalu jelas di awalnya, tapi kalo kita berani mengambil langkah iman, step by step selanjutnya yang akan mengonfirmasi apakah langkah yang kita lakukan itu berasal dari keinginan diri kita sendiri atau dari Tuhan. Jangan berharap Tuhan mengerjakan semuanya dulu bagi kita kalo kita sedikit pun tidak mo memulai pekerjaan yang Tuhan taroh itu sebagai beban dalam hati kita. Kalo salah langkah? Jangan kuatir...Roma 8:28 yang menjanjikan bahwa Allah sanggup mengubah apapun yang terjadi dalam hidup kita untuk kebaikan kita kalau kita hidup mengasihi DIA dengan tulus hati. Sangat menguatkan, bukan? Bagi Tuhan, tidak ada istilah terlambat or salah jalan yang tidak dapat dipakaiNya dan diubahNya menjadi bagian rencanaNya. Asik banget, kan?! Met berjalan dalam iman bersamaNYA yaaaa....