Kamis, 21 Januari 2010

CaRa MaTi

Kemaren di angkot pagi gue mikir kira-kira kematian gue bisa dengan cara apa aja. Ternyata buanyak buanget kemungkinan caranya. Iseng-iseng gue jadi pengen bikin list cara-cara kemungkinan mati yang terpikir sebagai berikut:
1. Lagi berenang tanpa sadar ke tempat dalam lalu tenggelam krn ga ada tempat berpijak
2. Lagi tidur, kebakaran ga bisa keluar rumah, mati hangus
3. Lagi makan enak, keracunan then mati
4. Serangan jantung
5. Divonis kena penyakit terminal (yang udah pasti mati)
6. Lagi duduk di kursi cadangan angkot, angkot belok kiri & hilang keseimbangan, angkot jatuh miring kiri, gue ketiban seluruh penumpang angkot & jadi dendeng gepeng
7. Lagi duduk di angkot paling dalem biar aman tapi ditabrak truk yang melaju kencang, gue kegencet truk jadi tempe penyet
8. Nyebrang jalan, terserempet Bus, terlempar & kepala kena trotoar, kayak semangka pecah
9. Nyebrang pake jembatan penyebrangan lalu tiba-tiba tuh jembatan roboh, gue jatuh sementara di bawahnya ada tronton lewat, hancurlah seluruh badanku
10. Ketawa terbahak-bahak, tiba-tiba ga bisa nafas, mati
11. Lagi duduk di depan rumah, ada mobil nyelonong dikemudikan orang mabok, mati deh gue
12. Lagi naek tornado di dufan, pas kepala gue di bawah, sabuk pengaman putus, jatuhlah diri gue
13. Lagi turun tangga kantor, nenteng plastik, plastik jatuh keinjek gue lalu terpeleset bedebam-bedebum sampe bawah udah ga bernyawa
14. Lagi duduk kerja di kantor tiba-tiba ada pesawat jatuh nimpa ruko gue
15. Gempa & bumi menganga menelan gue
16. Angin gede banget, bajaj gue ketimpa pohon besar yang tumbang
17. Lagi jalan kaki di deretan perumahan Ijen (banyak pohon kelapa), tiba-tiba kejatuhan buah kelapa, tewas
18. Ditusuk ama perampok yang mo ambil dompet gue yang kosong
19. Ketemu klien psikopat, dimutilasi
20. Softlens copot, ga bisa liat apa-apa jatuh ke lobang yang ada paku, menusuk tangan lalu tetanus ga keburu diobatin, mati deh
21. Lagi pake kacamata, jatuh kedorong orang dari eskalator mall yang ruamai, kacamata pecah dan menusuk mata, berdarah & geger otak
22. Lagi jalan di pinggir rumah tengah danau Cianjur, hilang keseimbangan, kecemplung & kepala kebentur bambu runcing hiks tak tertolong lagi
23. Lagi nonton di rumah, terlalu tegang (or antusias), masuk rumah sakit, koma, meninggal
24. Digigit tikus, meninggal karena shock
25. Lagi camping di curug panjang, tiba-tiba ada banjir bandang
26. Lagi maen di water outbound Atlantis Ancol, kepala terbentur pinggir kolam waktu nyoba jalan di atas ban kuning
27. Lagi cabut gigi geraham bungsu, kena syaraf langsung ke otak, mati di tempat
28. Lagi benerin kabel laptop, kesetrum, mati kering
29. Lagi enak makan kikil, tersedak kikil, ga bisa nafas, tewas deh
30. Lagi antri di halte busway, kedorong orang, jatuh keluar pas ada Bus Trans lewat, tergilaslah diriku
31. Lagi khotbah tiba-tiba ada bom meledak di gereja (jangan sampe deh)
32. Lagi masak, kompor tiba-tiba meledak
33. Lagi baca koran di rumah tiba-tiba lantai 2 ambruk nimpa gue
34. Lagi jalan di trotoar lalu ada motor nabrak, badan gue jatuh ke pagar berduri yang membatasi jalan
35. Lagi tidur, ga bangun lagi


Sebenarnya masih bisa dilanjutkan jadi 1001 cara kemungkinan gue mati (dan semuanya bersifat "kecelakaan", bukan dirancang) tapi cape ngetiknya =.= Gue akhirnya merasa dengan sangat banyaknya kemungkinan gue bisa mati, maka bisa hidup itu adalah anugerah Tuhan yang luarbiasa! Tiap bangun tidur dan masih hidup, WOW, itu suatu karunia! Masih ada 1 kesempatan yang Tuhan berikan untuk gue kerjakan bagi-Nya di dunia ini.

Endingnya, tak peduli cara mati seperti apa pun, yang pasti semua anak Tuhan pasti meyakini Filipi 1:21-22 "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." So, cara mati yang tidak diperkenan Tuhan adalah: bunuh diri dengan cara apapun! Karena hidup adalah anugerah & tanda bahwa Tuhan Sang Pencipta masih kasih kekuatan bagi kita untuk melangkah bersama-Nya sesulit apapun itu. So, Keep CIAYOU!!! GanBATTE!! Mari terus berjuang! Immanuel...

Rabu, 20 Januari 2010

JOY

Tanggal 20 Desember gue khotbah di 2 kebaktian. Setelah khotbah pertama, di ruang konsistori gue mengecek hp dan mendapat berita mengagetkan. Anak baptis gue yang baru berusia 2tahun 3bulan (Joy) meninggal pagi itu di Papua. Gue langsung telepon mamanya (saudara KTB gue) tapi ga bisa ngomong banyak karena dia nangis terus. Gue langsung meng-cut semua emosi yang muncul dalam hati gue karena masih harus khotbah ke-2 dalam beberapa menit ke depan.

Setelah selesai semuanya, gue baru bisa merenung. Joy sesuai dengan namanya, selalu membawa sukacita bagi orang-orang di sekitarnya, jadi yang tiap hari kontak dengannya pasti luarbiasa kehilangan :=.=: Rasanya hati ini miris banget melihat CD lagu & barang-barang yang belum sempat gue kirim ke Papua untuknya. Selama ini gue selalu menunda mengirim karena pengen memberikan lebih banyak dan lebih baik lagi ke dia dan orangtuanya. Walhasil semuanya terlambat! Joy tidak akan pernah melihat "pemberian gue" lagi. Dia sudah tidak membutuhkan itu lagi. Dia sudah mendapatkan kekekalan bersama Tuhan Yesus, sesuatu yang dirindukan oleh semua orang.

Gue ga mo nunda lagi, di jam pemakaman Joy di Jakarta, gue ga bisa datang tapi setelah pemakaman selesai, gue ke rumah ortunya di Jakarta. Pemberian yang tertunda, gue langsung berikan ke ortunya. Tapi tidak tertulis untuk Joy, yang ada hanyalah untuk ortu & adiknya yang masih berusia 2 bulan. Kita tidak tahu sampai kapan kita hidup di dunia ini. Jadi, selama ada waktum, berbuat baiklah kepada orang-orang yang kau kasihi dan mengasihimu. Karena semua penyesalan selalu datang terlambat! Jangan pernah menunda menebarkan kebaikan... hidupku?
hidupmu? hidupnya? hidup mereka? Semua tak tahu sampai kapan...

Gigi Oh Gigi

Akhirnya, bisa nulis lagi setelah absen berapa lama ya? hehehe Kemaren gusi bengkak & sakit banget. Bayangkan! Patin bakar, patin tim, tahu tempe & sambel yang luarbiasa lezat gue makan dengan menahan sakit. Jadinya ga nafsu buat nambah. Gue pikir lebih baik sakit ati daripada sakit gigi karena kalo sakit gigi, semua orang rasanya bikin gue sakit ati (jadi sakitnya double). Tambahan lagi, kalo sakit gigi, ga bisa makan yang gue mau sementara kalo sakit ati, rasanya bolehlah cari makan enak buat menghibur diri ^_&

Gara-gara ponstan gue bisa tetep senyum walau masih cenat-cenut. Karena ga tahan, gue pergi ke dokter gigi. Ternyata Pdt.P punya istri dokter gigi (drg) so gue kesana. Ngomong punya ngomong ternyata sang drg itu cicinya majelis gereja gue sementara majelis tersebut murid papa gue dulu. Owalah, dunia ini terasa begitu sempit. Weitz bukan itu denk yang mo gue ceritain. Sang drg itu me-rontgen gigi gue dan ditemukanlah bahwa geraham bungsu kanan atas gue tumbuh agak miring dan mendorong gigi di sampingnya sehingga gusi membengkak. Sang dokter bilang kalo gue ke dokter lain, pasti disuruh operasi cabut gigi. Dia cabut gigi gue dengan hanya memberikan anestesi yang luarbiasa banyak sampe gue udah ga berasa apa2 lagi deh. Terus, dia mulai mengeluarkan tenaga buat nyabut gigi gue. Ihhhhh gue sampe merem, ga berani liat. Asli, menakutkan banget, wong gigi gue masih kuat. Waktu udah keluar, gue liat akar gigi gue begitu panjang & kokoh huhuhuhu yang luarbiasa si dokter berhasil mencabutnya tanpa harus mengoperasi gue!

Sampe rumah gue ceritain kejadian tersebut dan anggota keluarga gue pada bilang luarbiasa si dokter itu berani sekali. Selama ini gue pikir keberanian selalu bersangkutan dengan melakukan sesuatu yang tidak biasa. Ternyata melakukan suatu tugas sehari-hari seperti si dokter ini pun membutuhkan keberanian! Karena tidak semua dokter dapat mengeluarkan keberanian untuk melakukan hal sejenis. So, gue belajar untuk menghargai keberanian yang Tuhan kasih ketika gue melakukan hal-hal yang rutin or tampaknya biasa di mata orang lain, karena sebenarnya banyak sekali unsur keberanian yang terpendam dari sebuah hal yang tampak biasa. Hhhh gue masih merasa kehilangan si gigi geraham bungsu tapi gue terhibur dengan perkataan dosen gue ketika gue minta dia mengilustrasikan gigi: "Gigi seperti om tua yang galak, sombong n enggak tahu diri. Esok kelak tempatnya tidak mengenal dia lagi." Bener juga ya...tempat gigi gue berada dulu, sekarang sudah tidak mengenali sang geraham bungsu lagi...betapa fana-nya gigiku... oh...