Jumat, 25 April 2008

Get Merit

Kemaren gue nonton dvd yang dibintangin oleh Nirina Zubir, dkk (ketinggalan bangir ya? Wong itu udah lama turun dari bioskop). Lucu sih lucu, cuma banyak bahasa kasarnya. Pesannya sederhana banget, kayaknya emang Cuma untuk membuat orang ketawa. Menurut gue ini film masih lebih bagus daripada film Indonesia yang nyorot sisi horor mulu. Commedy is always better than horror, boo… hehehehe…

Alur ceritanya amat sangat sederhana, hampir ga mungkin terjadi di hari gini. Kalo terjadi pun, pernikahan si Mae dan Rendy yang menjadi ending nih film, udah dapet dipastiin bisa dijadiin awal sekuel film pasca pernikahan (maybe nti judulnya get divorce =gubrak=). Mana ada pernikahan sesimpel itu dan tidak bermasalah?

Percakapan-percakapan para tokoh dalam film itu menyingkapkan bahwa banyak anak di dunia ini yang mengambil peran sebagai “orangtua” karena orangtua ingin melepaskan tanggung-jawab secepatnya atas diri anak. Film ini konyol karena menyoroti bagaimana si anak berusaha memenuhi keinginan ortu yang entah berujung seperti apa. Pokoke untuk film ini, lebih baik dinikmati ketawanya aja deh. Sentilannya ada yang bagus tapi kebanyakan kurang masuk akal hehehe... nontonnya harus mengistirahatkan pikiran bentar, yang bagus diambil dan sebaliknya yang "miring" dimasukin kuping kanan, keluarin aja lewat kuping kiri. Have fun and enjoy, guys...

Senin, 21 April 2008

CCC & Dampaknya


Kamis-Sabtu yang lalu bener2 cuapek poolll... Ikut CCC (Christian Counseling Conference) di hotel Santika-Jkt seharusnya tidak terlalu melelahkan tapi ternyata cukup menguras energi. Kamis gue sampe rumah jam 9.30pm karena nemenin temen2 dari Surabaya & Menado jalan ke TA. Jum'at pulang CCC, gue rapat majelis di gereja sampe rumah jam 11.30pm sementara CCC hari terakhir gue juga nemenin temen dari Surabaya & sampe rumah jam 10an malem. Gue cuma mikir, kalo Minggu or Senin gue ga tepar rasanya itu anugerah banget. Minggu ternyata masih bisa aktivitas dengan baik sementara kasiannya temen gue ada yang tepar karena kecapean.

Senin pagi gue minum tolak angin (buat jaga2 aja) trus jalan ke
gereja dengan semangat. Eh siang ini, badan gue rada meriang. Thanks God, gue bawa oskadon karena kepala gue sakit setelah lunch jadi gue bisa langsung minum obat. Sekarang masih bisa ngetik2 blog rasanya menakjubkan walau nti2 kalo gue baca ulang blog gue mungkin ada beberapa hal yang gue rasa ga nyambung hehehe bodo amat deh yang penting gue seneng bisa ngetik. Sebenernya rencana gue adalah membuat bahan presentasi pelayanan KP & KR eh ga bisa fokus ya udah mending gue nuangin pikiran di blog ^_^

Di CCC gue ketemu banyak kenalan dan rasanya senang sekali bisa melihat betapa Tuhan
mengerjakan banyak hal melalui diri mereka. Gue juga dapet masukan banyak melalui pengalaman mereka, baik di gereja maupun di skul. Yang gue ga nyangka adalah Tuhan memberikan semacam tanda buat gue yang sedang bergumul dengan visi ke depan. Tuhan kembali mengajar gue lagi bahwa sumber segala sesuatu adalah Tuhan sendiri, bukan gue! Melalui jalan yang dibukakan Tuhan, bahkan hari ini gue kembali diyakinkan melalui perenungan sate tentang apa yang sudah Tuhan kerjakan dalam diri Yusuf melalui kegagalan, kepahitan dan masa lalu yang membawanya pada kemenangan pada akhirnya. Dalam semua hal itu, Yusuf terus meyakini bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan dia sehingga di mana pun ia berada, ia selalu mengerjakan yang terbaik, menjadi berkat bagi lingkungan dan akhirnya nama Tuhan dikenal oleh orang2 di sekitarnya, termasuk atasannya. Gue seneng banget atas insight baru yang Tuhan bukakan kembali. Be still and know that HE is GOD. Gue mo terus belajar bahwa Tuhanlah sanggup mengerjakan banyak hal melampaui pikiran gue sehingga akhirnya hanya nama Tuhan yang ditinggikan dan diagungkan, bukan diri gue.

Irit or Hemat or Kikir?

Minggu kemaren kami makan2 di Bakmi Golek, kami pesan nasi buat 7 orang (wong yang hadir ya 7 orang) plus 1 mangkok mie selain Chinese Food. Ternyata, nasinya diberikan dalam panci dan banyakkkkk banget. Walhasil, kami semua menatap nasi dengan mata sayang sekaligus nyesel kenapa ga pesen nasi 5 porsi aja. Lalu terjadilah diskusi antara kami (hamba Tuhan dan diaken), mo diapain tuh nasi. Satu hT bilang bahwa lebih baik ditinggal aja, siapa tau ada jemaat yang liat kan ga lucu bahkan bisa jadi omongan (masak hamba Tuhan ada sisa nasi masih juga dibungkus, pelit amat). Gue nyeletuk kalo mempermasalahkan pendapat orang mah, dengan ninggalin nasi begitu aja juga bisa jadi omongan (masak hamba Tuhan ada sisa nasi ditinggalin gitu aja, ga tau diri orang2 kan pada kelaparan, boros amat ga tau hidup susah). Akhirnya setelah debat2 & ga ada satu pun yang mau bawa pulang (karena di rumah masing2 udah masak nasi), kami putuskan meninggalkan nasi di sana, dengan keyakinan bahwa itu nasi pasti dijual lagi ato dimakan karyawan resto. Hm, apakah masalah selesai?

Ternyata topik "nasi sisa" itu dibahas lagi di mobil dengan memasukkannya ke topik "hemat" vs "kikir" vs "irit". Gue ampe geli mendengarkan omongan orang2 di mobil. Gue tergoda nyeletuk bahwa sebenarnya semua orang merasa bersalah (guilty) dengan meninggalkan nasi begitu saja di resto. Makanya semua membahas ulang tentang tindakan yang telah diambil. Semua sedang berusaha "membenarkan diri" dengan mengemukakan banyak alasan. Dari kejadian ini, gue kembali melihat bahwa "apa yang dikatakan seseorang" memang belum tentu "sama dengan yang dipikirkannya" juga belum tentu "sama dengan yang dirasakannya."

Dalam hal ini nilai/standar hidup menjadi kunci untuk mengambil keputusan (termasuk untuk merasa nyaman dengan keputusan yang telah diambil). Gue jadi inget pelajaran psikologi sosial bahwa tidak ada manusia yang senang bertahan dalam perasaan bersalah. Manusia akan berusaha membenarkan construal (pola pikir) bahkan dengan cara mencari sekutu, berusaha menyakinkan orang lain untuk mendukung tindakannya. Di sini terjadi group polarization (persetujuan kelompok) dengan tujuan meminimalkan rasa bersalah. Anyway, gue seneng dengan kejujuran dan keterbukaan orang2 di mobil, mereka sama2 mengakui masih rancu dengan masalah "irit" dan "hemat" apalagi dengan "kikir" semuanya beti alias beda2 tipis. Tapi dengan pemahaman yang terbatas itu, kami tetep sama2 belajar untuk tidak menjadi batu sandungan bagi orang2 yang kami layani. Walau pendapat bisa jadi beda, gue percaya Tuhan melihat dan memperhitungkan ketulusan hati kami. So, CIA YOU!! SMANGAT TERUS.... perbedaan justru memperkaya pandangan dan pelayanan kami...

Uban Pak Yoppy

Kemaren yang khotbah di gereja adalah pak Yoppy Saerang yang sekarang melayani sebagai koordinator BPK Penabur (18 skul) di Bandung. Dari gue Sekolah Minggu sampe remaja, ia pelayanan di gereja gue. Setelah sekian lama baru ketemu dia lagi, hati gue jadi trenyuh, rambut putihnya makin subur, euy. Tanpa direncanain, ternyata yang nemenin dia & istrinya lunch adalah gue, ev.Iwanwati, ev. Yoseph (di samping 2 orang senior). Kami bertiga, para penginjil adalah anak didik pak Yoppy dulu. Gue dan ev. Iwan sama2 dibentuk di gereja jakarta sementara ev. Yoseph dididiknya selama ia pelayanan di Cirebon (sebelum ke Bandung).

Semua ini menimbulkan perasaan haru dalam hati kami masing2. Dari kami generasi muda, kami bersyukur melihat teladan seorang pak Yoppy sampe mulai putih rambutnya ia masih terus melayani. Dari segi pak Yoppy sendiri, ada rasa bahagia dalam hatinya melihat tuntunan Tuhan dalam hidup anak2 bimbingnya dulu. Walau fisik gue cape (maklum abis pulang seminar & reuni dengan banyak orang), gue merasakan kehangatan sukacita meluap dalam hati gue. Gue disadarkan kembali bahwa waktu cepat sekali berlalu. Bila gue ga ngapa2in pun waktu akan berlalu. Kenapa gue masih membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak penting? Uban pak Yoppy memberikan suntikan semangat baru buat gue bekerja terus selama hari masih siang, selagi Tuhan masih memberikan kesempatan.

Hati Sirsak Siapa Yang Tau?

Senin malem gue tergoda bikin es sirsak gara-gara ada sirsak yang dibeli adik gue dan nganggur didiemin aja ga diapa-apain selama 2 hari. Dengan semangat 45 gue belah tuh sirsak dan adujubile minjalik, hatinya hitam kelam, busuk booo. Langsung ilang nafsu makan gue berganti jijik tapi juga ada rasa sayang yang akhirnya mendorong gue untuk terus memotong mencari bagian-bagian yang “dapat diselamatkan” dan HOREE, berhasil! Setengah sirsak itu masih bisa dimakan. Gue kupas bagian sirsak yang bersih, gue cobain sedikit dan ga terasa busuk. Cukup sudah, itu membuat gue terus mengupas sirsak. Hasilnya, sirsak cuma dapat diselamatkan sedikit, lalu gue cuci bersih dengan air hangat, tampilannya cukup menggiurkan (buat yang ga tau asal-usulnya) tapi gue pribadi udah ga niat makan barang sesendok sekalipun! Gue mo bereksperimen apakah nantinya keluarga gue pada bisa nebak ato kagak (jahat amat ya? ^_^). Saking dikitnya, akhirnya gue campur ama semangka plus susu wong buat dimakan rame-rame.

Setelah keluarga gue makan, gue tanya enak ato kagak tuh es sirsak campur semangka. Mereka dengan antusias bilang enak. Gue langsung ngakak tapi langsung diem ketika mereka melotot dengan curiga dan bertanya kenapa gue ketawa gitu. Yah udah deh ngaku dosa cerita asal-usul tuh sirsak sambil tetap menyakinkan mereka bahwa udah gue “steril-kan” dalam proses pembuatannya. Thanks God, mereka pada ga diare tuh, baik-baik aja perut mereka :p

Ini semua memberikan pelajaran berharga buat gue. Hati sirsak yang hitam mengingatkan gue terhadap hati manusia, bahkan hati gue sendiri. Dari luar, siapa yang bisa nebak hati gue? Sikap gue yang jijik terhadap hati hitam si sirsak pasti juga dialami oleh Tuhan yang melihat hitamnya hati manusia yang jatuh dalam dosa. Dan perasaan sayang yang muncul dalam hati gue yang terus mencari bagian-bagian sirsak yang dapat diselamatkan, membuat gue tersadar. Kalo gue sayang ama tuh sirsak yang bukan dibeli ama gue, bukan hasil tanaman yang gue rawat, pasti Tuhan jauh lebih mengasihi manusia yang DIA ciptakan, dia rawat dan merupakan milik kepunyaan-Nya!

Yang lebih menggembirakan lagi adalah Tuhan tidak seperti gue! Walau gue menyelamatkan si sirsak menjadi layak disantap keluarga, gue pribadi merasa jijik terhadap sirsak yang udah gue bersihkan karena dalam ingatan gue terpampang jelas hati hitam si sirsak. Tuhan bukan hanya membersihkan dosa gue tapi IA totally sayang gue, DIA ga inget2 lagi hitamnya masa lalu gue. Hati gue dipenuhi ucapan syukur karena setelah membersihkan gue, Tuhan bukan hanya memakai gue jadi berkat bagi orang lain, tapi DIA pribadi mengasihi gue dan ingin memberkati gue dengan hidup berintegritas, sehingga hati gue dapat dibaca oleh semua orang hari lepas hari dibersihkan dari bagian-bagian hitam yang dapat menghambat gue bertumbuh semakin serupa Kristus. Sikap Tuhan yang seperti itu juga mendorong gue untuk terus belajar mengampuni, baik diri sendiri maupun orang lain karena itulah teladan Tuhan yang gue pelajari melalui hati sirsak yang busuk.

Senin, 14 April 2008

Three Kingdoms

Kemaren gue senang banget karena bisa nonton "Three Kingdoms" di Djakarta Teater bersama bokap, nyokap dan kedua adik gue. Selain karena udah lama ga keluar bareng komplit, filmnya lumayan membuat kita semua jadi mikir sambil tentunya bernostalgia sama Andy Lau dan Sammo Hung tentunya ^_^. Kata orang kan, harus belajar dari sejarah, jangan sampe sejarah jelek berulang.

Andy berperan sebagai Ji Long, berasal dari Chang San mengawali karier sebagai tentaranya Liu Pei yang mendirikan kerajaan Shu. Sammo jadi Ping An, koko angkat Andy yang merekrut Andy ke dalam pasukan. Tapi akhirnya, Andy berhasil naik pangkat jadi salah satu dari 5 jenderal besar Liu Pei (bersama Zhang Fei dan Guan Yu, hanya mereka berdua yang gue tau dalam sejarah Sam Kok selain Liu Pei sendiri hehehe). Walau kisah ini menceritakan tentang perang, banyak sekali intrik drama self-talk yang dilakukan oleh para tokoh utama, seperti: Ji Long, Ping An dan Chao Ying (cucu Chao2, musuh besar Liu Pei). Ping An yang bergumul dengan kepahitan, iri hati, kecemburuan sekaligus rasa sayang terhadap Ji Long. Respek dan kasih yang ditunjukkan Ji Long terhadap Ping An dan rajanya. Menariknya di awal karirnya, Ji Long berkata tujuan hidupnya adalah mempersatukan kerajaan Cina menjadi kerajaan yang damai PLUS menikah dan membentuk keluarga. Ironisnya, di akhir hidupnya, Ji Long mengakui di hadapan Ping An bahwa tidak satu pun tujuannya yang tercapai! Kebesaran hati Ji Long membuat Ping An tersadar bahwa sebenarnya mereka berdua sama saja, tujuan hidupnya tidak tercapai. Untuk apa mereka hidup dan berperang mati-matian selama ini? Kenapa setelah pengabdian yang luar biasa dengan mengorbankan kepentingan pribadi, mereka malah "dikorbankan" oleh PM. Chu Kat Liang (si pintar strategi militer) demi perluasan wilayah "negara."

Sedih sekali menyaksikan film tentang perang. Kalo ada orang yang mengagumi pembuatan film perang, gue pribadi lebih melihat bahwa pesan itu mengatakan bahwa selalu ada yang dikorbankan dalam peperangan. Ironisnya adalah biasanya orang kecil yang berkorban (atau dikorbankan) demi kenyamanan orang besar. Berkaca dari situ, gue bersyukur Indonesia tidak sedang mengalami peperangan. Tapi invisible war justru masih terus berlanjut, bahkan antara rakyat kecil dengan pemerintahnya sendiri. Gue jadi inget kasus para petani Kulon Progo yang jadi fokus Kompas Jum'at yang lalu. Ampun deh, hati ini rasanya ikut merasakan sakit ketika rakyat kecil dikorbankan demi sesuatu yang lebih besar, seperti dalih meningkatkan devisa negara. Kalau SBY benar2 menyetujui penambangan dilakukan dengan menggusur petani yang udah mati-matian mandiri berjuang hidup, gue cuma bisa geleng-geleng kepala. Lah "wong cilik" itu ga nyusahin "orang besar" malah membantu supaya "orang besar" ga kebanyakan impor ini/itu yang bisa dihasilkan sendiri, kog malah menutup pintu penghidupan mereka? Mau kemana negara ini pergi? Masak rakyat berperang dengan pemerintah sendiri? Perang tak terlihat ini sungguh mengiris hati.
Apa kata dunia?

Kembang Tidur

Sabtu dini hari gue ada di ruangan yg besar dan tinggi dg dinding kaca, keren deh kyk rumah kaca. Mata gue dg sukacita menatap pemandangan di luar yg serba biru bersih kyk air laut, kemudian gue sadar bhw itu bener2 air yg naik, naik, makin tinggi, makin tinggi dan pikiran gue langsung disentak dg 1 kata: BANJIR!! Berhubung gue ga bisa berenang, yg gue pikirin adalah lari ke tempat yg lebih tinggi utk menghindari air yg makin tinggi.

Perasaan mencekam muncul krn melihat air naik dg sangat cepat. Waktu gue lari bersama org-org, gue sempet nengok ke luar dinding kaca, mo liat langit. Dan gue ga bisa liat langit! Kenapa? Krn ada air tinggiiiiii banget spt tembok menjulang ke langit. Gue kaget luar biasa dan langsung lemes krn sudah tau bencana apa sdg terjadi. TSUNAMI!!!! Gila deh, dalam ketakutan itu gue berteriak, "Tuhan Yesus, kalo aku hrs mati ya mati deh." Gue terpaku krn tau tdk ada apa2 yg bisa gue pegang, lari pun ga bisa, ngeri banget rasanya membayangkan dinding kaca akan ambruk pecah diterjang dinding air yg mengamuk.

Dalam saat yg sgt menegangkan, klo di film2, itu klimaks tuh (^_^) eh gue terbangun dari mimpi. Krn hari masih gelap, gue tidur lagi dg hati penuh syukur bhw itu cuma mimpi. Pagi ga mikirin mimpi. Malem ikut persekutuan pemuda di gereja dan ada jemaat yg dtg dari Papua, pulau Biak yg rawan dg gempa. Gue jadi cerita ttg mimpi gue krn walau jangankan ngalami bencana alam langsung, ngalami di mimpi aja, udah sangat menakutkan. Dgr sharing gue, penginjil pembina KP pun sharing bhw dia pun mimpi wkt tidur sore di hari yg sama, ttg banjir dan dia naik perahu sambil kebingungan krn dia ga bisa berenang juga.

Kami berdua saling berpandang-pandangan dan sambil ketawa mengatakan bhw "Tuhan sudah kasih tanda mungkin spy kami berdua sama-sama belajar berenang." Hahaha itu cuma guyon walau ada benernya juga :D Kenyataannya, secara pribadi buat gue, mimpi itu kembali menyadarkan gue bhw hidup ini singkat. Bencana bisa dateng setiap saat, mati-hidup gue ada di tangan Tuhan. Gue ga bisa dg santainya mengatakan ttg tdk takut mati, dsb, krn perasaan ngeri ketika berhadapan langsung dg bencana, itu bnr2 sukar dilukiskan dg kata. Perasaan diri kecil dan tdk berdaya di hadapan alam yg sedang mengamuk, apalagi di hadapan Tuhan Allah Sang Pencipta pada waktu gue dtg menghadapNya di akhir hidup gue yg fana di dunia. Krn hidup itu singkat, mari isi hidup ini dg hal-hal yg tdk akan kita sesali di kehidupan kekal...