Selasa, 09 Desember 2008

Barking at the Moon Lyric

Ini nih lagu Jenny Lewis yang gue suka dari film Bolt sampe gue cari liriknya di internet hehehehe...

I have got so much to give, I swear I do.
I may not have nine lives, this one feels brand new.
Yes I've lived a good one.
I have tried to be true.
There are some things I never realized, till I met you.
How the wind feels on my cheeks, when I'm barking at the moon.

{[chorus}
There is no home like the one you've got, cuz that home belongs to you.
Woo Woo! Here I come.
Woo Woo! Back to you.
There is no home like the one you've got, cuz that home belongs to you.

Well I was in trouble, bad.
I was so confused.
I may not see in color babe, but I sure can feel blue.
I have been a lot of things, they may not all be true.
My experience was so mysterious, till I met you.
Now the sun may rise in the east, but I'm barking at the moon.

{Chorus}
There is no home like the one you've got, cuz that home belongs to you.
Woo Woo! Here I come.
Woo Woo! Back to you.
There is no home like the one you've got, cuz that home belongs to you.
There is no home like the one you've got, cuz that home belongs to you.
There is no home like the one you've got, cuz that home belongs to you...

Bolt

Gue takut anjing, gue ga suka kucing, gue jijik ama hamster. Tapi ketiga hewan itu bergabung dalam film Bolt, ternyata bagus juga, bisa jadi komedi segar plus penuh makna ^_^ Ada seekor anjing (Bolt) yang menjadi bintang dalam sebuah film di mana ia bertugas sebagai bodyguard seorang gadis cilik (Penny) yang ayahnya (seorang dokter) ditawan musuh jahat.

Agar menjiwai aktingnya, anjing ini dikurung dalam studio Hollywood dan tidak mengenal jati diri yang sesungguhnya. Bolt selalu berpikir bahwa ia adalah anjing super yang matanya sanggup melelehkan besi, tangannya mampu mengoyakkan jeruji baja, gonggongannya dapat menghancurkan satu pasukan musuh (kelompok si mata hijau), lompatannya luar biasa... pokoknya, tak terkalahkan deh. Sejak kecil, ia sudah dilatih untuk hidup dalam suatu dunia ciptaan para kreator film. Bolt sedemikian terlindungi, bahkan
tidak tahu rasa lapar dan darah pun tidak pernah keluar dari tubuhnya (namanya juga film, booo...). Penny sangat menyayangi Bolt tapi Bolt mewujudkan rasa sayangnya hanya dengan menjaga Penny dengan sangat serius.Lalu sang sutradara membuat adegan Penny dan Bolt ditangkap. Di situlah titik awal perjuangan Bolt menjadi dirinya sendiri.

Bolt "membebaskan diri" dari kurungan dan bermaksud menyelamatkan Penny (padahal dalam dunia realita, Penny tidak dalam bahaya apapun). Bolt masuk ke dunia realita dan keluar dari Hollywood. Dalam perjalanannya menyelamatkan Penny, Bolt ditemani oleh Mittens (kucing) dan Rhino (Hamster). Alur ceritanya cukup segar, percakapan dikombinasikan dengan musik dan adegan-adegan lucu menciptakan film ini layak untuk ditonton semua usia karena memiliki pesan yang bagus, di antaranya sbb:

1. Be yourself. Dunia film/TV penuh dengan khayalan yang seringkali bertolakbelakang dengan dunia nyata. Bolt yang hidup di dunia TV itu sangat terlindungi & dapat menjadi anjing super sementara di dunia nyata, ia bukanlah anjing super, ia hanya anjing biasa. Selama Bolt masih terjebak dalam pemikiran bahwa ia adalah anjing super, ia tidak dapat menikmati hidupnya sebagai anjing biasa. Salah satu klimaks yang mengharukan adalah ketika Bolt menerima dirinya sebagai anjing biasa yang tidak punya kekuatan super, tetapi ia tetap setia dan tetap ingin menyelamatkan Penny. Gue jadi inget sebuah slogan: If you want to make your dreams come true, the first thing you have to do is wake up. Bolt belajar menjadi anjing yang suka bermain, menjulurkan lidah, berputar-putar, dll yang biasanya dilakukan anjing "normal". Menyaksikan ini, pelupuk mata gue sempet basah dikit loh soale emang menjadi diri sendiri itu luar biasa nikmat dan rasanya senang sekaligus terharu menyaksikan Bolt or orang-orang lain bisa menerima dan menjadi diri sendiri.

2. Fokus pada tujuan awal. Mittens yang sudah menjadi sahabat Bolt menawarkan kenyamanan tempat tinggal ketika perjalanan tinggal selangkah lagi bagi Bolt untuk sampai ke kota tempat Penny tinggal. Ekspresi Bolt yang bingung menunjukkan betapa sulitnya menolak tawaran dari seorang sahabat, walau kadang sahabat itu sepertinya tidak mengerti fokus tujuan kita. Gue ngerti banget perasaan Bolt yang bingung waktu teman berniat baik pada kita tapi kebaikannya itu dapat menyimpangkan kita dari tujuan awal hiks... Walau harus menyinggung Mittens, Bolt tetap fokus pada tujuan awalnya. Gue rasa ini yang dinamakan anjing yang bertujuan! Kalo manusia gimana ya? harus lebih bertujuan dong dari Bolt hehehe....

3. Belajar menang atas masa lalu bersama sahabat. Mittens punya masa lalu yang kelam karena dikhianati pemiliknya. Jadi, ia sangat menentang Bolt yang ingin kembali ke Penny. Betapa sakit hatinya Mittens ketika niat baiknya, semua usahanya untuk Bolt malah membuahkan penolakan. Ga heran kalo ia mengusir Bolt karena merasa Bolt keras kepala. Ketika Bolt benar-benar pergi, jelas muncul kesedihan dalam hati Mittens karena ia sungguh-sungguh tidak ingin Bolt terluka (sampe ga nafsu makan euy). Mittens memiliki konsep: tidak ada manusia yang bisa dipercaya, ia tidak dapat mengerti kenapa Bolt tidak mau menuruti sarannya. Ia menuntut Bolt percaya pada pemikiran dan perasaannya tetapi di sisi lain, Mittens sendiri belum bisa mempercayai pemikiran dan perasaan Bolt. Ironis ya? Waktu nonton adegan itu, gue jadi merenung karena manusia pun sering begitu dalam berinteraksi satu dengan yang lain. Semakin dekat kita dengan seseorang, kita makin menuntut orang itu untuk menerima pemikiran dan perasaan kita dan sebaliknya, kita malah sering lupa dengan pikiran dan perasaannya, kita lupa bahwa orang terdekat kita itu pun manusia yang punya pikiran dan perasaan. Beruntung ada Rhino si hamster kocak yang walau hidup dalam dunia khayalan, ia mampu menjadi contoh bagi Mittens, bagaimana seorang sahabat itu seharusnya bersikap. Daripada menyediakan suatu kenyamanan bagi sahabat (agar ia tidak terluka), lebih baik mendukung sahabat kita untuk berjalan dengan fokus pada tujuannya. Kita boleh aja memberi saran bagi sahabat dengan tujuan dan maksud baik tapi kalau sahabat kita memutuskan untuk melakukan yang berbeda, tugas kita sebagai sahabat adalah mendampingi dan mendukungnya agar ia berhasil. Wow, teori yang gampang tapi prakteknya ehm ga semudah membalik telapak tangan tuh... Mittens akhirnya berhasil mengalahkan masa lalunya, karena ia mendengarkan nasihat Rhino dan ia pun dapat mendukung Bolt yang sempat merasa kecewa karena suatu kesalahpahaman dan merasa pemikiran Mittens benar bahwa Penny tidak menyayanginya lagi. So, siapa yang mendorongmu berjuang mengatasi masa lalu? Siapa yang tetap mendukungmu di saat kamu mengambil keputusan yang berbeda dengan keinginannya? Siapa yang menghiburmu di saat kamu merasa keputusanmu salah? Dialah sahabat sejatimu ^_^

4. Rhino mencetuskan kalimat yang menurut gue adalah intisari semua film Hollywood. "Semua orang membutuhkan pahlawan." Di dunia perfilm-an sudah pasti tokoh baik jadi pahlawan melawan tokoh jahat dan yang menang biasanya tokoh baik. Biasanya bete banget kalo yang menang tokoh jahat. Gue setuju, pada dasarnya semua manusia sangat membutuhkan pahlawan dalam hidupnya. Karena gue yakin kebutuhan akan pahlawan itu ditaroh Tuhan dalam hati tiap manusia, kebutuhan akan seseorang yang dapat menyelamatkan orang lain. Kebutuhan akan seseorang yang lebih hebat dari dirinya. Dan sesungguhnya kebutuhan ini hanya dapat dipenuhi oleh Sang Pencipta yang datang ke dunia dalam diri Tuhan Yesus Kristus, Sang Pahlawan Sejati yang menyelamatkan manusia berdosa. Jadi, kalau mencari pahlawan di luar Kristus, manusia hanya akan mengalami kekosongan selamanya. Karena tidak ada pahlawan manusia yang sempurna. Hanya Allah yang sempurna yang sanggup menjadi Pahlawan Sempurna. Dunia film boleh aja menawarkan banyak pahlawan seperti: Batman, Superman, X-man, Ultraman, Power Rangers, Ksatria Baja Hitam, Sailor Moon, Robin Hood, Peterpan, dan lain-lain (ga akan abis gue sebut wong gue aja ampe lupa saking banyaknya), tetapi selama manusia belum menemukan Pahlawan Sejatinya, hati manusia tak akan pernah puas dan akan selalu menemukan kekecewaan.

Hmm apa lagi ya? sebenarnya banyak yang bisa direnungkan dari film Bolt tapi sekarang gue udah harus back to work lagi so buat yang belum nonton dan ada waktu, nonton aja dan tarik sendiri pelajaran dari film itu ya, kan bisa jadi penghiburan sehat hehehe... Met nonton deh...

Rabu, 03 Desember 2008

Cara Tuhan

Syair kutipan dari buku "Merupa Hidup dalam Rupa-Mu" (halaman 80)

Kumohon kepada Tuhan
agar aku bisa bertumbuh dalam
iman, kasih dan setiap anugerah
di mana aku bisa lebih mengenal karya keselamatan-Nya,
dan lebih sungguh-sungguh mencari wajah-Nya.
Dialah yang mengajarku berdoa demikian,
maka aku berharap Dia akan menjawab
permohonanku dengan segera;
Dan dengan kekuatan kasih-Nya
menaklukkan dosa-dosaku,
dan memberiku ketenangan.
Aku yakin Dia telah menjawab doaku,
namun dengan cara sedemikian rupa
yang justru membuatku hampir putus asa.
Ya, bahkan dengan tangan-Nya sendiri,
Ia kelihatannya bermaksud menambah sengsaraku;
merintangi segala kesenangan yang kurancangkan;
menghancurkan kemegahanku, dan merendahkannya.
Bukannya seperti permohonanku,
Ia malah membuatku merasakan kejahatan-kejahatan
tersembunyi dalam batinku,
dan membiarkan berbagai kekuatan amarah neraka
menyerang setiap bagian jiwaku.
Serta menunjukkan bahwa
perasaan dendam, perselisihan, benci,
cemburu, iri, tidak sabar, malu, putus asa, hawa nafsu,
kesombongan, ambisi, dan sensualitas
masih berkuasa atas perilakuku.
"Tuhan, mengapa ini?" seruku gemetar.
"Dengan cara inilah," sahut Tuhan,
"Aku menjawab permohonanmu
akan iman, kasih dan anugerah.
Engkau meminta iman,
itu Kujawab dengan badai, lembah kelam,
dan kesulitan menggunung
di situlah imanmu ditempa.
Engkau meminta kasih,
itu Kujawab dengan orang-orang yang datang
menyakitimu, merendahkanmu,
di situlah kasih-Ku mengalir
Engkau meminta anugerah,
pencobaan-pencobaan telah Kugunakan
membebaskanmu dari kesombongan
dan memperlihatkan kepadamu
dari orang-orang berdosa, engkaulah yang paling berdosa,
di situ anugerah-Ku melimpah.
Engkau meminta lebih mencari wajah-Ku,
itu Kujawab dengan membebaskanmu dari segala
kesenangan duniawi,
dan mengambili apa-apa yang kau kasihi
agar engkau kiranya mencari segala sesuatu di dalam-Ku.
Dan dapat dengan sukacita berkata,
"Jangan biarkan aku hidup dengan bebas dari 'segalanya'
yang mendekatkanku kepada-Mu."

Selasa, 25 November 2008

First Adam vs Second/Last Adam


Seorang anak Sekolah Minggu bertanya, “Apakah Adam mempunyai pusar seperti semua manusia sekarang?” Pertanyaan itu mungkin terdengar lucu dan kurang Alkitabiah. Tetapi coba dipikir sejenak. Pusar adalah suatu bekas luka yang terbentuk dari sambungan melalui tali pusar (tali umbilikal) ke ibu. Setelah lahir, tali tersebut dipotong dan tempatnya menempel ke badan bayi, mengerut serta membentuk bekas luka yang disebut sebagai pusar. Alkitab mengatakan bahwa Allah menciptakan manusia pertama, Adam dengan membentuknya dari debu dan tanah lalu menghembuskan nafas hidup padanya. Bila Adam tidak dilahirkan oleh seorang perempuan, dia tidak akan punya tali pusar, Adam tidak ada bekas luka dan berarti tidak punya pusar.

Allah menciptakan Adam pertama sempurna, sesuai dengan gambar dan rupa-Nya. Tidak adanya pusar menunjukkan ia diciptakan dengan cara yang berbeda dengan manusia setelahnya dan istrinya. Mereka tidak berdosa ketika diciptakan. Allah memperlengkapi Adam dengan akal-budi. Dengan akal budi itu, Adam memelihara taman Eden ia juga memberi nama seluruh hewan dan tumbuhan yang ada. Adam sangat sibuk menggunakan akal-budinya untuk sesuatu yang baik di mata Allah.

Tetapi kemudian Adam masuk dalam jebakan “dari mata turun ke hati”. Adam memilih menuruti istri dan menggunakan akal-budinya untuk meladeni Iblis. Kejadian 3:6 memberitahu bahwa “Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.”

Tingkatan yang dilakukan Adam: 1. Melihat; 2. Mendiamkan istri mengambil; 3. Menerima pemberian istri; 4. Memakan. Mungkin tidak tertulis Adam mengingini tetapi dengan akal-budinya, Adam punya kemampuan untuk menolak sesuatu yang di luar keinginannya. Jadi, Adam secara sadar memilih mendengarkan omongan Iblis, mendapatkan yang diingininya, walaupun itu berarti melawan perintah Allah.

Ibarat ada seorang ibu kaya yang melahirkan seorang anak. Dengan tulus ibu itu memberikan larangan supaya anak itu tidak mengambil uang di kotak tak terkunci, tetapi semua harta di rumah boleh digunakan si anak. Lalu ada tetangga yang iri hati dan menghasut si anak bahwa ibu itu memberikan larangan hanya karena ia takut si anak akan menjadi sekaya si ibu. Lalu si anak memilih mengikuti omongan tetangga daripada ibunya. Ia mengambil uang dalam kotak dengan harapan ingin menjadi kaya seperti si ibu. Kalau Anda jadi si ibu, apa perasaan Anda? Kemungkinan luar biasa sedih, kecewa, jengkel, sakit hati, tertolak, diabaikan, marah dan tidak habis pikir kenapa anak itu begitu. Kisah yang sangat tidak masuk akal-kah? Tapi mirip dengan itu yang terjadi dalam hidup manusia dan Penciptanya. Adam lebih memilih mempercayai omongan Iblis demi mendapatkan sesuatu yang ia inginkan walau itu berarti melawan dan menolak Sang Pencipta.

Allah mengatakan manusia akan mati jika melanggar perintah-Nya. Dan itulah yang terjadi, manusia memang tidak langsung mati secara fisik, tetapi manusia terpisah dari Allah (kematian rohani karena manusia terdiri dari fisik dan roh). Tidak ada satu pun manusia yang lolos dari kematian fisik, manusia pasti kembali menjadi debu dan tanah. Semua manusia yang hidup setelah Adam, lahir dari seorang perempuan, mereka memiliki pusar adalah salah satu bukti bahwa mereka mewarisi dosa keturunan. Dalam Roma 5:12, Paulus mengatakan, “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.

Iblis mungkin tertawa terbahak-bahak ketika Adam mengikuti sarannya ketimbang perintah Allah. Iblis bersorak ketika Allah menjatuhkan hukuman, Iblis yakin dapat memperbudak manusia dalam kekekalan neraka. Dengan mengeluarkan seringai kemenangan, Iblis melirik Allah, berharap menyaksikan Allah yang menatap sedih atau marah dan tak peduli pada manusia lagi. Apakah Allah merasakan kesedihan seperti si ibu dalam kisah di atas? Tanpa bermaksud menurunkan citra Allah, YA, Allah dapat merasakan kesedihan akibat pemberontakan ciptaan-Nya. Tapi sesungguhnya, Allah Maha Kuasa dan Maha Tahu. Ia tidak terpekur sedih tak berdaya atau marah dan membuang manusia seperti yang diharapkan Iblis. Allah menatap ke depan dengan suatu senyum misterius. Allah menyadari bahwa Adam pertama telah gagal, tetapi mata Allah sedang memandang jauh ke masa depan di mana Adam Kedua (atau Adam Terakhir) tak akan pernah gagal melakukan perintah-Nya. Siapakah Adam Kedua (Terakhir) itu?

Gordon Lewis dan Bruce Demarest mengatakan, “Kelahiran Yesus yang melampaui kondisi alamiah menunjukkan bahwa Dia bukanlah salah seorang anggota dari keturunan Adam yang rusak moral, terhukum dan terasingkan, melainkan adalah Kepala dari suatu tatanan baru yang terdiri dari mereka yang telah menjadi ciptaan baru karena anugerah Allah.”

Dengan kata lain, Yesus Kristus adalah Adam Kedua. Allah merelakan Putera Tunggal-Nya datang ke dalam dunia menyelamatkan manusia dengan mati di kayu salib bagi tiap orang yang mau percaya kepada-Nya (Yoh 3:16). Apakah Allah tidak ada cara lain untuk menyelamatkan ciptaan-Nya? Analoginya: Kita tidak akan berhasil menolong seseorang yang sudah tenggelam ke dasar laut yang mematikan jika hanya berteriak, “Berenanglah!” atau “Ini pelampung, pakai dan menepilah” atau “berdoalah agar selamat”. Untuk menolong orang sekarat itu, kita perlu turun dan mengangkatnya sehingga ia dapat hidup. Allah di dalam diri Yesus Kristus telah melakukan seperti analogi ini. Selain Yesus Kristus, tak ada satu pun manusia dapat menjadi Sang Penyelamat karena dalam Roma 3:10&23 dikatakan, “Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” Lihatlah tabel perbandingan di atas.

Adam Kedua (Yesus) yang merupakan Allah sendiri harus menjalani proses kehidupan di dunia ini sebagai manusia 100% dan Allah 100%. John Hendri Foh berkata,

Yesus Allah sejati karena berasal dari Roh Kudus dan manusia sejati karena berasal dari Maria. Ke-Allahan-an-Nya (Godhead) tidak berkurang karena persatuan dengan sifat manusia. Demikian pula kemanusiaan-Nya tidak bertambah (menjadi ilahi) karena perpaduan dengan sifat Allah. Jika Yesus hanya bernatur Allah saja, tentu Dia tidak dapat jadi Penyelamat karena Allah tidak dapat mati. Tetapi seorang Penyelamat juga harus Allah sejati karena tidak ada yang dapat menaklukkan kuasa kematian selain diri Allah yang tidak mungkin mati.”

Ini sulit diterima akal-rasio manusia, tetapi karunia-Nya menolong orang-orang pilihan-Nya menerima hal di luar akal manusia. Adam Kedua harus mencicipi sengat maut (kematian), bukan disebabkan karena kesalahan-Nya, melainkan karena Dia memberi diri-Nya menggantikan tempat manusia yang seharusnya menerima hukuman Allah. Betapa luar biasa kasih dan pengorbanan-Nya bagi manusia! Natal adalah langkah awal usaha penyelamatan yang dilakukan Allah bagi manusia. Kristus, Adam Kedua adalah hadiah terindah yang Allah berikan untuk manusia, apakah yang dapat diberikan pada-Nya dan sesama di Natal kali ini? Selamat Natal, Selamat meneruskan jejak Adam Kedua menjadi berkat bagi yang membutuhkan.

Senin, 24 November 2008

Last Minute Style or Forgetful?

Menyedihkan, karena gue masih belum bertobat dari last minute style, Jum'at malem gue masih ngejar deadline menyelesaikan sertifikat dan analisis tes 22 remaja tentang kecerdasan majemuk dan 5 bahasa kasih. Padahal itu PR gue sejak bulan September, baru gue kebut di November ini. Gara-gara ngebut sertifikat di Jum'at malem padahal sampe rumah dari kantor aja udah jam10an malem, walhasil Sabtu gue ngantuk. Rencana nge-print sertifikat di gereja batal karena ngebut persiapan ceramah buat Sabtu sore dan sempet tidur 30 menit sebelum ceramah.

Sabtu sore gue buru2 ke gereja dan sampe gereja, say hello beberapa pemuda terus buka tas dan ternyata gue GA BAWA FLASHDISK!! Ga ada flashdisk, gimana gue ceramah nti? Jemaat pemuda masih banyak yang belum datang, yang sudah datang adalah para pelayan. Mereka lagi sibuk latihan :( Thanks God, di saat seperti itu, datang sie acara pemuda yang biasa bawa motor, gue langsung minta dianter ke rumah karena waktu udah mepet banget. Di saat seperti itu, gue benar-benar bersyukur rumah gue ga terlalu jauh dari gereja ^_^ Orang-orang cuma pada geleng-geleng ketika tahu kalo flashdisk gue ketinggalan. Gue juga ga ngerti kenapa bisa begitu, alangkah mengerikannya kalo gue lagi pelayanan di jelambar misalnya dan gue ga bawa materi ceramah huaaaaa... jangan sampe kejadian kayak gitu deh...

Apakah cerita berakhir sampai sini? Ternyata tidak, rencana minggu gue akan hadir pemberkatan nikah temen di gereja jam 1pm lalu setelahnya pergi karena ada janji dengan teman jam 3pm di mall ambasador tapi ga menyebutkan lokasi janjian karena terbiasa kontak-kontakan dengan handphone on the spot. Gue udah sampe ke gereja, masuk dan siap mengikuti ibadah. Gue buka tas cari Alkitab eh gue merasa ada yang aneh, kenapa tas terasa agak kosong. Ampun deh, ternyata gue GA BAWA HANDPHONE!!! Gimana gue cari temen gue di mall & itc ambasador yang gede & rame itu tanpa sebuah handphone? Payahnya, walau udah 8 tahun bersahabat dengannya, gue ga hafal nomor handphonenya or nomor telp kosnya!!! Gue langsung buru-buru keluar ruang kebaktian (ga enak banget deh soale di depan pintu sudah berjejer para majelis dan pendeta gue) dan lari ke ruang tata usaha di lantai 4. Gue telepon rumah dan malangnya mama gue baruuuuu ajaaaaa berangkat dari rumah ke gereja hiks... jadi ga bisa minta mama yang bawain handphone :=.=:

Di saat gue panik itu, tiba-tiba staf TU gereja yang sudah mo pulang, masuk dan bertanya apakah gue mo dianterin pulang ke rumah soale dia liat muka gue yang kebingungan. Walau gue merasa ga enak, akhirnya gue terima tawarannya karena mo gimana lagi. Sampe gereja lagi, penyambutnya nanyain "ada apa" soale ternyata di gereja gue yang kecil itu, kelakuan gue gampang banget terlihat orang hiks... mereka liat gue grabak-grubuk ga jelas dan jadi bertanya-tanya ada apa gerangan.

Well, jujur gue bingung banget kenapa dalam 2 hari berturut-turut gue harus mencari ojek dari gereja-rumah-gereja karena ada sesuatu yang tertinggal di rumah?!! Apa yang sedang gue pikirkan? Atau apa yang sedang gue ga mo pikirkan (tapi sebenarnya penting & harus gue pikirkan), sehingga malah berefek dengan hilangnya konsentrasi gue secara ga sadar.

Sampe sekarang sih gue belum nemu :( Tapi yang pasti gue belajar bersyukur bahwa dalam kelemahan gue, Tuhan luar biasa baek, DIA mengirimkan orang-orang untuk menolong gue di detik-detik terakhir. Dalam kelemahan gue, kuasa, kebaikan dan anugerah Tuhan benar-benar terasa dalam hidup gue. Dan yang
pasti, emang karena last minute style ini, gue udah sangat lelah grabak-grubuk tiap weekend. Tapi saat ini gue merasa sudah terikat dengan janji & tanggung-jawab sampai akhir Desember. Apakah God akan memberikan kesempatan bagi gue untuk memperbaiki diri di tahun 2009? Hm, who knows? Gue cuma berharap bisa memperbaiki pengaturan waktu gue. Tahun ini luar biasa amburadul dan menguras fisik dan emosi hiks...

Rabu, 19 November 2008

Narcisisme

KTB staf sekarang bahas buku Pak Yohan Chandawasa yang berjudul "Merupa Hidup dalam Rupa-Nya". Bab 1 membahas tentang Narcisisme. Kata Narcisisme berasal dari tokoh mitos Yunani yang bernama Narcisus. Narcisus adalah seorang pemuda yang ketampanannya luar biasa, tiada tanding di muka bumi ini. Banyak dewi yang jatuh cinta padanya tapi tidak ada 1 pun yang berhasil merebut hati Narcisus. Suatu kali, Narcisus pergi ke sebuah telaga dan ketika dia melongok ke dalam telaga, dia melihat seorang yang tampan luar biasa. Ia sangat terpesona dan berusaha menggapai orang itu. Apa nyana, tiap kali tangannya meraih ke dalam telaga, orang itu selalu menghilang dari pandangannya. Narcisus sangat merindukan orang dalam telaga itu. Ia begitu terpikat sampe akhirnya lupa makan, lupa tidur, bengong di tepi telaga dan akhirnya MATI. Narcisus tidak menyadari bahwa orang di dalam telaga itu adalah bayangannya sendiri. Relasi "aku-engkau" yang dipikirnya sedang dirasakannya, sesungguhnya adalah relasi "aku-aku". Ia mati karena terjebak dalam kekaguman terhadap diri sendiri.

Nah, Pak Yohan membahas Mazmur 73:1-28 yang ditulis oleh Asaf. Asaf adalah seorang keturunan Lewi yang dikhususkan melayani bagian musik oleh Daud. Asaf seorang yang jujur hidupnya dan menjalankan semua ibadah dengan sungguh-sungguh. Tetapi di satu titik, Asaf menyadari bahwa ia hampir tergelincir ketika mengamati hidup orang fasik yang rasanya serba enak, menyenangkan dan tidak ada kesusahan di dalamnya. Dalam mazmur ini tersirat perasaan putus asa, kecewa, kebingungan, frustrasinya Asaf ketika membandingkan diri dengan orang fasik. Sesungguhnya yang terjadi adalah Asaf sedang "memanfaatkan Tuhan" untuk mendapatkan impian/harapan/keinginan/cita-citanya sendiri.

Ketika Tuhan tidak menjawab sesuai keinginan, maka muncullah perasaan sia-sia semua "ibadah" yang dilakukannya. Asaf sedang mengalami narcisisme rohani. Ada kalimat yang sangat indah: Tuhan tidak pernah menyetop keinginan kita kalau keinginan itu dapat membuat kita semakin serupa dengan Kristus. Kalau hal-hal duniawi (yang kita inginkan) dapat membuat kita semakin serupa Kristus, Tuhan pasti akan memberikannya pada kita. Sayangnya, banyak keinginan kita justru hanya menghambat proses pembentukan menjadi serupa Kristus.

Semalam ada seorang teman mensharingkan pokok doa tentang teman lain yang sakit-sakitan. Seorang pria yang berusia 34 tahun, tetapi mengalami sakit silih berganti: dari cuma jatuh dadakan, pingsan, sampe kena hepatitis lalu kena alergi kulit yang parah dan disusul ada kelainan pada sarafnya, dokter bingung memberikan diagnosa dan terakhir tulangnya ada yang keluar. Masuk rumah sakit terus-menerus bagi pria ini jelas sesuatu yang menyakitkan. Ia kehilangan pekerjaannya (sering tepar di RS), dicemooh keluarganya (yang mayoritas agama lain dan masih sering menyarankannya pindah agama atau mencoba cari kesembuhan dengan menghalalkan segala cara) dan terakhir ditinggalkan oleh pacarnya.

Pria ini ada di tahap seperti Asaf, mempertanyakan kenapa ikut Tuhan sangat membuatnya menderita? Tuhan yang seperti apa yang mengizinkan semua ini terjadi pada anak-Nya? Buat apa lagi hidup dengan segala kehilangan dan penderitaan ini? Buat apa lagi susah payah mempertahankan kesalehannya mengikut Tuhan kalau dia harus mengalami sakit penyakit yang tiada hentinya di usia di mana orang lain sedang produktif membina karir dan rumah tangga? Semua terasa sangat menyakitkan!

Buat pria ini, derita yang dirasakannya jelas tidak dapat diobati dengan mengatakan bahwa semua pencobaan tidak akan melebihi kekuatannya. Pria ini mungkin akan marah ketika ada yang mengatakan bahwa anak Tuhan punya Bapa Surgawi yang baik yang akan terus mendampinginya. Dengan sendirinya pria ini akan berespons bahwa semua orang tidak akan mampu mengerti masalahnya, karena biasanya orang lain yang menyarankan banyak kata penguatan, justru tidak mengalami penderitaan seperti pria ini.

Pak Yohan menjelaskan ada 4 fase relasi suami-istri yang dapat disejajarkan dengan relasi aku-Engkau (Allah), sebagai berikut:
1. Fase Romantis: orang yang akan menikah pasti membawa banyak impian. Aku ranting, dia bunganya; dia ikan, aku akuariumnya; aku sakit, dia obatnya. Demikian juga dengan relasi aku-Engkau (Allah). Masa romantisnya dirasakan ketika kita menyanyikan He's everything to me (karya Ralph Charmichael): "Ia bukan Allah yang tinggal jauh dari aku dan yang mengabaikanku, kini aku ditemaniNya dan selalu dijagaiNya, Sepanjang jalanku, Yesuslah hidupku." Wow, rasanya betapa indahnya hidup berjalan bersama Kristus :)

2. Fase Realistis: Setelah tinggal bersama, mulailah pasangan suami-istri mengalami "TIDAK" dalam hidup mereka. Aku begini, dia begitu; aku ke sini, ia ke situ; aku mo yang ini, dia mo yang itu; maka berubahlah pandangan kita tentang pasangan: aku bunga, ia ulat bulunya; aku ikan, dia buayanya; aku sakit, dia virusnya. Relasi kita dengan Allah pun demikian. Dalam bergaul dengan Allah, konsep dan perlakuan kita yang keliru terhadapNya akan dihancurkan oleh Tuhan sendiri melalui "TIDAK" yang disodoorkan dalam hidup kita. Allah akan membuat kita sadar bahwa IA sama sekali bukan bayang-bayang kita, IA sama sekali bukan diri kita saat IA tidak menyembuhkan penyakit kita, tidak melepaskan kita dari kesusahan, mengizinkan musibah terjadi atas hidup kita, membiarkan kita ditinggalkan oleh orang-orang yang kita kasihi atau mengasihi kita, dll.

3. Fase Marah dan Menyesal: Tahap ini adalah tahap di mana semua perasaan indah di masa romantis pernikahan dan pacaran, surut. Sukacita berubah menjadi depresi, fantasi berubah menjadi frustasi. Demikian pula dengan relasi aku-Engkau. Hal-hal yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita itu dapat membuat iman kita goncang, marah, kecewa dan putus asa terhadap Tuhan. Namun, fase ini perlu dialami supaya kita memiliki konsep yang benar tentang Tuhan.

4. Fase Reorientasi: Krisis dalam ikatan perkawinan akan membawa suami-istri ke persimpangan jalan untuk memutuskan "bercerai-berpisah sementara-mulai dari awal. Demikian juga dalam relasi kita dengan Tuhan. Sama seperti yang dialami oleh pria yang gue sharingkan di atas. Ia sedang berada di persimpangan itu. Apakah ia akan tetap mengikut Yesus walau penderitaannya tidak berkurang? Atau sebaliknya ia akan meninggalkan Yesus karena Yesus bukanlah Tuhan yang diharapkannya, bukan Tuhan yang mengabulkan apa yang dimintanya? Dalam hal ini, relasi aku-aku yang dianutnya dapatkah berubah menjadi aku-Engkau?

Gue rasa narcisisme akan tetap menjadi pergumulan manusia selama manusia itu masih hidup dalam daging. Fase-fase pun akan dialami tiap orang silih berganti. Kalau gue udah pernah memasuki fase kekeringan, marah dan kecewa terhadap Tuhan yang tidak menjawab doa gue lalu atas anugerahNya, gue menundukkan diri pada relasi aku-Engkau dan bukan lagi aku-aku; semua ini tidak menjamin kalau gue ga akan pernah marah dan menyesal lagi terhadap Allah yang gue sembah. Tapi sesungguhnya semakin berat ujian, tantangan dan kesulitan itu, di situlah poin Tuhan semakin mempercayai kita! Kalau boleh memilih, tidak ada satu orang pun yang ingin dibentuk Tuhan dengan cara seperti ini :( Semua orang ingin dibentuk dengan cara yang tidak menyakitkan.

Tapi ilustrasi batu berlian yang harus diasah, dikikis dan dibentuk dengan cara yang menyakitkan (kalo si batu bisa merasa ^_^) dapat menolong kita untuk melihat hal positif yang sedang Tuhan kerjakan melalui penderitaan yang diizinkannya terjadi atas hidup kita. Batu berlian itu semakin mahal harganya ketika sudah mengalami kesakitan luar biasa. Ketika ada teman yang sedang dalam pergumulan luar biasa berat, biarlah kita terus mendukungnya dalam doa dengan sepenuh hati karena hanya Tuhanlah yang mampu menjaga mereka supaya memiliki relasi aku-Engkau. Bagian yang dapat kita kerjakan sebagai teman adalah mendampingi teman kita, menggabungkan kekuatan keluarga Allah untuk bergiliran menguatkan sang teman.

So, beranikah meminta ujian kenaikan tingkat dari Tuhan? Jangan takut!!! Karena sama seperti Asaf dan para pemenang iman lainnya, kita akan mengalami kelepasan luar biasa ketika sanggup berkata, "Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya." (Maz 73:25-26)

Taat itu Indah ^_^

Pagi ini bangun dengan rasa kantuk luar biasa gara-gara dengerin kuliah tentang kapal semalam. Dan justru today harus bangun lebih pagi dari biasanya karena ada KTB core-team di ECC. Rasanya pengen banget bolos. Pagi-pagi langsung self-talk apa yang bisa gue dapat kalau gue ga KTB. Tuhan gerakkan hati gue untuk bangun. Berdoa dalam ngantuk, sate dengan mata merem-melek, gue mo taat. Tau-taunya sate today dapat kisah tentang Naaman (gue pernah nulis tentang Naaman di blog).

Hari ini gue kembali menyadari 1 hal. Bahwa Tuhan senantiasa memberikan petunjuk (kalo lebih dalam lagi: visi) tapi manusia (khususnya gue) selalu dihadapkan pada sebuah pilihan, mo taat or kagak. Dalam contoh kecil hari ini, gue taat ketika gue tau Tuhan mau gue ikut KTB padahal secara fisik, gue capek banget dan banyak rasionalisasi yang lain, misalnya: gue mo pake waktu yang ada untuk persiapan mimpin KTB staf kantor siang ini.

Tapi ketika gue taat dan menghalau semua rasionalisasi gue, hasilnya gue sangat terberkati dengan KTB core-team di mana gue belajar bahwa pemimpin itu harus peka terhadap kehendak Tuhan karena Tuhan mempercayakan visi kepada seorang leader. Mendengar diskusi dan sharing dari para hamba Tuhan yang lain, gue merasa bahwa ladang tempat gue melayani memang berada di persimpangan dan harus membuat suatu pilihan. Jalan di depan tampaknya gelap sekali dan sulit melangkah. Di saat seperti ini, kami sama-sama jadi mengerti perasaan Gideon dan Musa yang minta tanda ketika Tuhan ingin mereka melangkah. Ketika Tuhan berbicara secara pribadi, tetap muncul kebingungan apakah itu keinginan pribadi atau benar-benar suara Tuhan atau pikiran orang lain yang mendistorsi.

Gue mensharingkan apa yang gue dapat tentang kapal semalam. Dalam sebuah kapal, ada 1 kapten yang ketika mo berlabuh harus berada di posisi tanpa blind-spot. Kapten harus dapat memandang ke depan, belakang, kiri, kanan tanpa ada 1 halangan sedikitpun. Kapten ini harus memberi arahan kepada si juru-mudi. Juru-mudi hanya bertugas memegang stir dengan menjalankan perintah kapten, apapun itu. Juru-mudi hanya berpegang pada perintah kapten dan kompas. Tapi yang mutlak dijalankannya adalah suara kapten. Kapten bilang "Maju" si juru-mudi harus maju dan tidak bisa stop selama kapten belum bilang "Stop". Si juru-mudi tidak dapat melihat dengan jelas jalan di depan, apalagi kalau malam. Semuanya serba gelap dan tidak mampu melihat apakah jalan sudah lurus atau belum. Tapi dengan panduan si kapten, juru-mudi hanya harus taat & percaya bahwa kapten melihat dengan jelas arah di depan.

Ada bagian yang disebut juru-mesin yang mengatur mesin untuk maju-mundurnya kapal. Tapi si juru-mesin ini harus melaporkan kepada kapten segala masalah dalam mesin. Kalau seandainya juru-mesin melapor pada kapten bahwa mesin sudah kepanasan, maka kapten harus mendengarkan pendapat dan masukan juru-mesin. Kalau kapten merasa arah jalan sudah benar dan dapat masuk dermaga, tapi juru-mesin bilang mesin ga sanggup, maka kapten harus stop sejenak.

Semua ini menggambarkan team-work yang sangat baik. Bagaimana tiap orang menjalankan bagiannya masing-masing. Bahkan di saat-saat tertentu, kapten dapat meninggalkan posisi dan jogging di bagian lain kapal. Tetapi kapten tidak dapat meninggalkan kapal, karena kapal jarang berhenti. Rutenya: merapat ke dermaga, turunkan penumpang, angkut penumpang lain, melaut, merapat ke dermaga lain, turunkan penumpang, dst. Berat juga ya jadi kapten euy :D

Semua ini memberikan pelajaran singkat buat gue (aplikasinya yang butuh waktu panjang hihihihi):
1. Tuhan memberi visi, bagian manusia hanya TAAT (apapun itu resikonya). Untuk taat seringkali manusia dihadapkan pada sebuah pilihan lain yang lebih menyenangkan secara daging. Tapi kalau mo taat pada suara Tuhan, akan muncul kata: Taat itu Indah :)

2. Pemimpin dipercayakan Tuhan menjadi owner sebuah kapal. Pemimpin harus punya visi yang jelas dan mampu mengkomunikasikan visi itu kepada anak buahnya. Pemimpin juga perlu mempercayai anak buahnya akan menaatinya. Kalau kapten turun dan melakukan tugas anak buahnya, kapal bisa berantakan.

3. Tiap orang memiliki fungsi & kepribadian yang unik dalam sebuah kapal. Kalau semuanya menjalankan bagian masing-masing dengan menaati kapten kapal, kapal itu dapat merapat ke tujuan yang sama tanpa terpecah-belah di laut.

Sebagai penutup, gue cantumkan good quotation dari seorang teman
today: Seorang leader bekerja dari segala keterbatasan, menembus dinding-dinding kesulitan dan memberikan sebatang lilin yang dinyalakan sumbunya di tengah-tengah terowongan tak bercahaya. Ia memberikan cahaya harapan, dan menuntun para pengikutnya menelusuri jalan-jalan baru yang berisiko gagal. Di tangannya terbentang sebuah peta, yang belum jadi betul denahnya. Tetapi, ia sadar betul ini adalah jalan terbaik untuk keluar dari kegelapan. Mereka percaya bahwa jalan baru pasti ditemukan, kendati mungkin saja mereka akan kesasar. Mereka beranggapan: kalau tak mau kesasar, mereka tak akan pernah menemukan jalan baru itu. (Djohan Robby, Leading in Crisis, Bara, 2006). Jadi leader emang berat tapi kalo God mempercayakan kapal milik-Nya kepada kita, bagian kita hanya taat karena sesungguhnya kalau relasi kita dekat dengan Tuhan, kita sedikit-banyak dapat peka dengan isi hati Tuhan, masalahnya: mo taat or kagak? Yah kurang lebih itu deh yang bisa gue sharingkan today. Masih banyak berkat Tuhan yang menanti hari ini, nih. Tuhan baek banget ama gue ya, SMANGAT2x! ^_^

Rabu, 22 Oktober 2008

Naaman: Panglima yang Kustanya Ditahirkan

Membaca bab yang ditulis Chuck Swindoll tentang Naaman menarik sekali. Gue cari-cari di Ensiklopedia Alkitab Modern ternyata kisah Naaman disinggung oleh Tuhan Yesus dalam Lukas 4. Di sana dikatakan bahwa ada banyak orang kusta di Israel tapi yang disembuhkan nabi Elisa hanyalah Naaman, orang Siria (atau Aram). Yesus juga menyebutkan dalam ayat sebelumnya bahwa ada banyak janda di Israek yang kelaparan tapi nabi Elia hanya diutus kepada janda Sarfat di Sidon. Ketika Yesus menyinggung topik ini, berarti ada suatu pesan yang penting ingin disampaikanNya. Keselamatan adalah untuk semua orang yang percaya Yesus Kristus Tuhan dan Juruselamat, tanpa orang itu orang Israel atau bukan. Renungkan Yesaya 55 untuk mengerti konsep ini.

Chuck Swindoll menyebut orang-orang ini sebagai para pencari Tuhan. Ada istilah "tepukan di pundak" bagi para pencari Tuhan. Tepukan di pundak itu mengandung undangan, peringatan, janji-janji dan kejutan-kejutan. Ini menunjukkan konsep pilihan Tuhan yang luar biasa dalam hidup anak-anakNya, jauh sebelum mereka percaya padaNya. Untuk dapat merespons "tepukan di pundak" itu, kita dapat belajar dari tokoh bernama Naaman.

Naaman adalah panglima perang yang sangat sukses, sering menang perang dan tentu saja disayang raja Benhadad. Tetapi Naaman ini sakit kusta. Ketika akhirnya Naaman datang ke Israel, ia memiliki kesalahan terbesar, yaitu: membawa harapan, rencana dan pikiran pribadi untuk kesembuhannya, misalnya:
1. Naaman berpikir ia dapat membeli kesembuhannya. Ini terbukti dari betapa luar biasanya "persembahan" yang dia bawa ke hadapan nabi Elisa. Konsep "tidak ada yang gratis di dunia" atau "duit tahu barang" menyatakan kalau kualitas sesuatu itu semakin baik, maka harga yang harus dikeluarkan untuk memiliki sesuatu itu tentu semakin mahal/besar. Konsep seperti ini membuat banyak orang sulit menerima sesuatu yang gratis.

2. Naaman berpikir kalau ia akan disembuhkan oleh orang berdosa lainnya. Ia tidak pernah berpikir akan berjumpa dengan utusan Tuhan Allah Pencipta alam semesta. Ia datang kepada raja Israel dan ia tahu kalau bangsa Israel mayoritas menyembah dewa-dewa asing dan tentu saja ini memberikan kesimpulan baginya bahwa Allah yang disembah Israel adalah Allah yang kurang berkuasa. Kalau Allah Israel berkuasa, kenapa pula orang Israel malah menyembah ilah lain. Konsep ini masih sering nampak di masa sekarang, banyak orang merasa terberkati kalau yang memberikan berkat itu pendeta (bukan penginjil). Banyak orang yang merasa disembuhkan dan keadaannya lebih baik jika didoakan pendeta dan bukan hanya penginjil. Padahal semuanya ini berkaitan antara manusia itu dengan Tuhan Allah sendiri. Hanya Yesus satu-satunya Perantara dan tidak ada jabatan atau posisi apapun yang dapat menggantikan relasi langsung antara kita dengan Pencipta.

Dari semua hal berkaitan dengan Naaman, para pencari Tuhan atau anak-anak Tuhan semua dapat belajar 4 tahapan/langkah sebagai berikut:
1. Akui: keberadaan diri yang penuh dosa. Hanya orang sakit yang menyadari kalau ia butuh kesembuhan. Hanya orang yang sadar kalau ia berdosa maka akan menyadari bahwa ia butuh keselamatan & penyucian Tuhan.

2. Dengarkan: suara-suara kebenaran. Tuhan bisa memakai perkataan orang-orang di sekitar kita. Tapi butuh kerendahan hati untuk mendengarkan itu. Naaman bersedia mendengarkan perkataan budak perempuan kecil, mendengarkan pegawai-pegawainya. Dan yang menarik adalah kalau orang-orang bawahannya dapat memberi masukan padanya berarti ada 1 kesimpulan bahwa Naaman sedikit banyak merupakan orang yang terbuka. Dia keras tetapi terbuka.

3. Stop jalan sendiri & Ikuti jalan Tuhan. Naaman harus menyetop jalan, rancangannya untuk mendapatkan kesembuhan dengan cara mengikuti jalan Tuhan yang dibukakan nabi Elisa. Kalau mau mengikuti jalan Tuhan, langkah pertama yang diambil adalah stop jalan sendiri.

4. Lakukan alias taat. Kunci ketaatan adalah iman, percaya sesuatu yang belum terlihat. Tetapi Tuhan biasanya memberikan kejutan-kejutan ketika kita taat. Naaman mendapat kejutan ketika dia disembuhkan. Betapa bodohnya cara pikirnya selama ini. Ini membuat dirinya memberi respons iman yang luar biasa waktu di bagian bacaan selanjutnya dikatakan bahwa ia hanya ingin menyembah Tuhan Allah Israel dan memohon ampun kalau seandainya ia harus menemani tuannya masuk menyembah dewa lain. Elisa tidak memberi pendapat apapun tentang pemikiran Naaman ini tetapi Elisa hanya mengatakan "Pergilah dengan selamat."

Keempat tahapan di atas selayaknya dijalani satu per satu jika tidak ingin ada ketimpangan dalam pertumbuhan rohani kita. Bisa saja ada orang yang loncat ke tahap 4 tetapi suatu saat ia harus kembali ke tahap 1. Sudahkah kita mengalami keempat tahap di atas?

Selasa, 21 Oktober 2008

Di Tengah Jalan

Tadi pagi di jalan yang sempit dan agak menikung, tiba-tiba mikrolet yang gue tumpangi berhenti. Sopir mikrolet gue ga bisa jalan, harus menanti sopir mikrolet dari arah lain yang sedang membuka pintu lalu memungut sesuatu dari jalan. Gue penasaran sekali apa yang dipungut oleh sopir itu dan herannya kedua sopir itu tertawa-tawa. Bikin penasaran aja... Ternyata si sopir itu memungut anak kucing dari tengah jalan dan kemudian meletakkannya ke atas batu tinggi di pinggir jalan.

Si anak kucing itu ga tau ada bahaya menghampiri. Kalo kucing dewasa upsss kucing gede, diklakson-in biasanya akan langsung lari menepi. Si anak kucing itu tidak demikian. Walhasil terpaksa orang yang bawa mobil harus turun dan mengangkat si anak kucing. Kalo ga, si anak kucing itu bisa tergilas. Heran deh, dengan manisnya si anak kucing berdiam di tengah jalan padahal bahaya mengancamnya dari segala arah.

Kejadian tadi membuat gue merenungkan bahwa hidup gue seperti si anak kucing itu. Gue ga tau bahaya yang ada di sekitar yang mengancam. Gue hidup di dunia ini sama seperti orang-orang lain. Ketika gue ga tau apa-apa, seperti anak kucing yang bengong di tengah jalan, tidak mengerti apapun, gue tidak bisa melakukan apapun alias tak berdaya.

Kemudian di situlah kejadian yang luar biasa di mana Allah yang hidup, mau repot-repot turun ke dalam dunia dalam diri Tuhan Yesus Kristus menyelamatkan gue, mengangkat gue dari bahaya ke tempat yang lebih tinggi, sampai suatu saat ketika gue kembali ke jalan, yang terjadi adalah gue udah lebih bisa waspada. Bedanya gue dengan si anak kucing adalah gue manusia yang diberi akal budi, bisa bersyukur dan mengerti. Dan yang membedakan si sopir angkot dengan Tuhan Yesus adalah si sopir angkot hanya mengorbankan sedikit waktu untuk mengangkat anak kucing tadi sementara Tuhan Yesus harus mengorbankan diriNya sendiri mati demi menyelamatkan gue. Tiada yang lain yang dapat gue persembahkan pada Yesus sebagai ucapan syukur gue, hanya hidup yang semakin hari semakin serupa Penyelamat gue, itulah bukti syukur dan kasih gue karena DIA sudah terlebih dahulu mengasihi gue...

Jumat, 17 Oktober 2008

Yusuf: Kereennn bangettt...

Hari ini gue selesai rapat sejak jam 7.30 pagi, gue ikut BGA di Sahabat Kristus yang membahas dari Kejadian 39-40 tentang Yusuf. Menarik sekali diskusi dan PA yang dibawakan oleh Ibu Ina ex-PPA. Di saat gue lagi rada mabok dengan tanggung-jawab yang bertambah yang selama ini berusaha gue syukuri sebagai wujud kepercayaan yang juga bertambah. Di sisi lain, gue ga bisa menyangkal kalo rasanya mabok dan stres melihat tumpukan deadline dan schedule sampe akhir November. Dan jujur gue ragu apakah memasuki Desember pun gue bisa menarik nafas lega.

Tetapi hari ini belajar dari sepenggal hidup Yusuf, gue mendapat banyak sekali. Kisah tentang Yusuf ini ditulis Musa dalam masa pengembaraan bangsa Israel menuju tanah perjanjian (Kanaan). Gue membayangkan apa ya respons pembaca pertama (bangsa Israel) ketika melihat kisah hidup Yusuf? Sedikit banyak kalo gue ada di posisi bangsa Israel, mungkin akan muncul hal-hal berikut:

1. Tuhan tidak pernah ingkar janji. Dia berjanji dan Dia menggenapi janjiNya. Perjanjian itu bukan sesuatu yang mudah. Di dalam sebuah perjanjian selalu ada kendala dan kesulitan. Yusuf mendapat banyak tantangan, kesulitan dan penderitaan sebelum akhirnya merasakan penggenapan janji Tuhan padanya. Bangsa Israel yang berada di padang gurun pun mengalami kesulitan dan tantangan tapi Tuhan menjanjikan tanah Kanaan dan Tuhan pasti akan menggenapinya. Ada suatu pengharapan ketika membaca kisah Yusuf bahwa karena mereka memilliki Tuhan yang sama maka mereka akan mengalami kemenangan seperti Yusuf pada akhirnya.

2. Tuhan hadir, exist, selalu menyertai Yusuf. Segelap apapun keadaan di sekitar Yusuf, ia tetap memandang kepada Tuhan. Yusuf memiliki focus of life yang jelas, hanya memandang pada Tuhan. Itu yang menolongnya memiliki semangat juang dan senantiasa mampu menjadi berkat bagi lingkungannya. Yusuf tetap terang di tengah kegelapan karena ia dekat dengan Sang Sumber Terang itu sendiri. Yusuf memiliki relasi yang intim dengan Tuhan makanya Tuhan selalu memberkati pekerjaan Yusuf di manapun. Teladan ini menolong bangsa Israel yang berada di gurun pasir untuk meyakini bahwa Tuhan pun selalu menyertai mereka. Segelap dan sesukar apapun yang harus mereka tanggung, kalau Tuhan menyertai, mereka dapat menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain.

3. Hidup penuh dengan ketidakadilan. Ketidakadilan menimbulkan kesengsaraan. Kesengsaraan dapat menimbulkan kehancuran dalam hidup manusia. Tetapi atas anugerah Tuhan, semua yang buruk itu dapat dipakaiNYA untuk menghasilkan ketekunan (endurance). Dan ketekunan itu menjadi cikal bakal sebuah kekuatan anak-anakNya. Yusuf mendapat anugerah Tuhan untuk tidak hancur dalam semua ketidakadilan yang dialaminya. Ia bertekun mengerjakan bagian yang dapat dilakukannya. Ia tetap memperhatikan kebutuhan orang lain di saat-saat ia sendiri punya masalah yang tidak diperhatikan orang lain. Tuhan sangat mengasihi orang seperti Yusuf. Bangsa Israel mungkin berulangkali berpikir alangkah lebih enaknya hidup di Mesir yang penuh dengan kenyamanan hidup dibandingkan di padang gurun. Alangkah tidak adilnya harus berputar-putar di padang gurun. Tetapi kalau mereka mampu bertekun mengerjakan bagian yang sudah Tuhan tetapkan, pada akhirnya mereka akan kuat di dalam Tuhan, sama seperti Yusuf.

4. Yusuf orang yang cerdas. Ia bukan orang yang pasif. Ia mampu melihat peluang. Ia menceritakan ketidakadilan yang dialaminya kepada orang yang "dipikirnya" tepat: juru-minuman dan juru-roti Firaun dengan harapan mendapat keadilan dan ia akan dikeluarkan dari penjara. Usahanya dan harapannya kepada manusia harus diruntuhkan terlebih dulu dalam pemandangan Tuhan, agar Yusuf benar-benar belajar bersandar dan mengakui hanya Tuhanlah yang berdaulat dalam hidupnya. Tuhan mengizinkan dia dipenjara karena suatu ketidakadilan, Tuhan pula yang berkuasa untuk mengeluarkannya dari situ. Gue sangat senang waktu menemukan hal ini. Karena di sini Yusuf menggabungkan antara iman dan usaha manusia. Rasanya di sini, Yusuf sangat manusiawi banget. Memang ketika manusia angkat tangan, di situlah Tuhan leluasa turun tangan. Tetapi prinsip dasar lain yang perlu dicamkan adalah: do the best and God will do the rest. Jangan harap Tuhan mengerjakan bagianNya kalau kita tidak mau mengerjakan bagian kita. Tuhan sudah menitipkan talenta pada diri kita untuk kita berdayakan semaksimal mungkin. Tetapi semua itu harus diserahkan kembali kepada Tuhan. Bangsa Israel juga sering tergoda untuk berusaha sendiri (bersandar pada diri sendiri) atau sebaliknya nyuruh-nyuruh Tuhan melakukan sesuatu sementara mereka hanya duduk di kursi goyang, tidak mau melakukan pekerjaan mereka.

5. Waktu Tuhan sering berbeda dengan waktu kita, tetapi jam Tuhan tidak pernah terlambat. Waktu Tuhan adalah yang terbaik. Pada akhirnya, setelah 2 tahun melupakan Yusuf, si juru-minuman ingat pada Yusuf. Tuhan tidak memakai "waktu Yusuf" tetapi tetap memakai "rencana Yusuf melalui si juru-minuman." Inilah indahnya bekerja dengan otak (menghargai talenta yang sudah diberi Tuhan) tetapi tetap menyerahkan hasilnya pada Tuhan. Menurut gue, kejutan manis seperti ini hanya dapat dirasakan oleh orang yang bersedia menunggu dengan tetap fokus memandang Tuhan. Tuhan sering membiarkan manusia menunggu karena dalam proses menunggu itu, Ia ingin anak-anakNya bersandar penuh padaNya. Menunggu adalah sesuatu yang tidak mengenakkan. Itu pribadi gue rasakan karena gue pada dasarnya ingin segala sesuatu serba cepat. Tetapi ternyata menunggu itu membuat kita punya kesempatan melihat karya Tuhan yang lebih indah dan diterima dengan ucapan syukur yang lebih dalam. Bagi bangsa Israel, menunggu pun pasti tidak menyenangkan tetapi ketika ada keyakinan bahwa jam Tuhan ga pernah terlambat, mereka pun dapat belajar dari Yusuf untuk sabar dalam penantian memasuki negeri yang dijanjikan Tuhan.

6. Tuhan hanya memilih sedikit orang. Yusuf hanya seorang diri di negeri yang asing. Bangsa Israel hanya bangsa yang kecil dibanding bangsa-bangsa lain. Tetapi yang sedikit dan kecil ini bila mau tetap memandang Tuhan, tetap dapat dipakai Tuhan untuk menjadi berkat bagi bangsa yang lebih besar. Kalau Yusuf bisa, kenapa bangsa Israel tidak bisa? Ini menjadi semangat baru bagi bangsa Israel yang merupakan pembaca pertama kisah Yusuf yang ditulis oleh Musa ini.

Wah kalo dipikir, ada banyak sekali yang masih bisa digali tentang Yusuf tetapi jujur semua itu seperti menampar muka gue sendiri. Kesulitan yang gue alami tidak ada seberapa persennya si Yusuf. Tetapi sesulit apapun keadaan gue, Tuhan yang dimiliki Yusuf adalah Tuhan yang juga dimiliki gue. Tuhan yang tidak pernah berubah dan semua pelajaran hari ini menolong gue untuk memiliki perspektif yang baru dalam bekerja di ladangNya di manapun itu Tuhan bukakan. Ini menimbulkan semangat yang baru dan tentu saja sukacita yang lebih melimpah. Dua kata yang bisa menutup tulisan ini: Thanks God....^_#

Kamis, 16 Oktober 2008

Begadang

Begadang ternyata sangat menguras fisik wanita yang berada di penghujung kepala dua... cah ilehh... Setidaknya itu yang gue alami. Sudah lama tidak pernah begadang eh semalam keasyikan baca ebook sampe jam 3 subuh. Bangun jam 6 saat teduh lucu banget. Gue pake ODB dapat perikop dari Lukas 10:38-42 tapi gue baca Lukas 11:38-42. Sambil merenung, gue mikir tumben-tumbenan ODB motong ayat rasanya kog ga pas, tapi berusaha merenungkan apa yang God mau gue pelajari. Karena masih sangat ngantuk, merenungnya ga lama lalu baca artikel dan belum selesai artikel dibaca, otak gue bingung kog ga nyambung antara perikop Alkitab dengan artikel & perenungan singkat gue. Akhirnya gue cek lagi ternyata hehehe salah baca perikop, denk...

Payahnya gue dapet sopir angkot yang punya mimpi bawa pesawat ulang-alik, jadilah badan gue yang udah ga enak itu terpelanting di dalam angkot. Walhasil selama di kantor perut dan seluruh badan gue rasanya ga enak banget. Kerja dan mikir juga ga maksimal, jadi ga konsen banget.
Mata sih bisa aja melek tapi otak udah ga bisa kompromi. Bayangkan sepanjang hari di kantor dengan kepala sakit, gue berjuang mati-matian bertahan dan menunggu jam pulang. Menyedihkan sekali sampe pengen nangis tapi ga bisa karena emang salah sendiri hiks... Sampe rumah hampir jam 7malam, makan lalu mandi, minum tolak angin, doa lalu tidur.

Ternyata memang benar kalau umur bertambah, kemampuan fisik pun menurun. Menyedihkan tetapi itu membuat gue jadi lebih bisa berempati pada para lansia. Di satu pihak gue belajar tentang pengendalian diri. Umur gue sih boleh aja udah hampir kepala tiga tapi ternyata untuk pengendalian diri gue masih remaja hehehe malah banyak remaja yang pengendalian dirinya lebih baik dari gue kali ya? ^_& Anyway busway, penyesalan selalu datang terlambat. Jadi, rasanya kapok deh begadang. Mending kalo begadang menyelesaikan suatu tanggung-jawab sehingga setelah selesai ada hasil yang bisa membuat hati terasa lega dan puas. Kalo efek setelah begadang malah penyesalan karena hanya memuaskan kedagingan doang wuahhh hanya dua kata yang layak gue teriakkan: CHUAPE DHEEE....!!!

Rabu, 15 Oktober 2008

Yabes: Seorang Tidak Terkenal yang Menjadi Terkenal

Siapa yang tidak kenal Yabes? Soale di gereja sih udah ada Mezbah Doa Yabes di mana jemaat diizinkan menaikkan doa permintaan. Tetapi ternyata menggali bagian tentang Yabes sungguh menarik. Ternyata Chuck Swindoll juga menulis tentang Yabes dalam bukunya "Kisah-Kisah Menarik Orang-Orangn yang Terlupakan." Berikut ringkasan yang dapat ditulis.

Nama Yabes hanya muncul dalam 2 ayat di 1 Tawarikh 4:9-10 'Yabes lebih dimuliakan dari pada saudara-saudaranya; nama Yabes itu diberi ibunya kepadanya sebab katanya: "Aku telah melahirkan dia dengan kesakitan. Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!" Dan Allah mengabulkan permintaannya itu.' Uniknya, penulis kitab Tawarikh ini sedang menuliskan silsilah keturunan Yehuda yang cenderung sama. Tetapi di bagian Yabes, ada tambahan keterangan 2 ayat seperti itu.

Chuck Swindoll dengan sangat baik menggambarkan tentang hal ini: Ketika Tuhan berhenti sejenak dan ingin menuliskan lebih jauh tentang seseorang, berarti ada sesuatu yang penting yang Tuhan ingin pembaca menarik pelajaran dari tokoh tersebut. Berarti ada sesuatu berkaitan dengan Yabes yang jauh lebih penting daripada sekedar permintaannya dikabulkan oleh Tuhan.

Ada 3 prinsip yang dapat dipelajari berkaitan dengan Yabes:
1. Awal yang kecil (atau seburuk apapun) tidak menjamin akhir yang pasti kecil (buruk) juga. Yabes memiliki masa lalu yang buruk. Ketika lahir, ia langsung dinamakan Yabes yang artinya senada dengan Pain atau penderitaan, kesakitan. Ia lahir di tengah gurun, sebelum masuk tanah Kanaan, di tengah pergumulan penderitaan bangsa Yahudi. Tetapi Yabes memiliki iman untuk meminta Tuhan menjauhkan arti namanya dari hidupnya. Iman itu berarti berani mempercayakan masa depan kita kepada Tuhan bahwa masa lalu yang seperti apapun juga akan dapat dipakai Tuhan untuk membentuk masa depan yang jauh lebih indah bagi tiap anak-anakNya. Rantai masa lalu yang buruk dapat diputus ketika kita mau hidup beriman pada Tuhan Yesus seumur hidup kita.

2. Kekayaan atau kekuasaan (otoritas) yang besar, tidak akan ada artinya tanpa Tuhan. Yabes sangat merindukan agar "tangan Tuhan menyertainya." Baginya, tangan Tuhan adalah sumber segala sesuatu yang ada padanya. Tangan itu pula yang akan melindunginya seumur hidupnya. Yabes menyadari bahwa ia tidak mampu berbuat apa-apa tanpa tangan Tuhan. Dengan kata lain, sebenarnya ia sedang berkata, "Kalau bukan Tuhan yang memberi dan memelihara, aku tidak mau menerima kekayaan atau kekuasaan itu tapi kalau Tuhan sudah memberi, tolong jangan tinggalkan aku." Suatu doa yang luar biasa yang dipanjatkannya. Orang cenderung sering meminta kepada Tuhan tetapi melupakan Tuhan ketika sudah mendapat apa yang diinginkannya. Menyedihkan, pemberian Tuhan lebih berharga daripada Tuhan, Sang Pemberi itu sendiri. Yabes tidak terjebak dalam pola hidup seperti itu. Doanya jauh lebih dalam daripada itu. Ia merindukan Sang Pemberi senantiasa mengiringi pemberianNya dalam hidup Yabes.

3. Kekayaan atau kekuasaan (otoritas) yang besar selayaknya diterima dengan tanggungjawab tanpa diiringi rasa bersalah. Banyak orang yang merasa tidak layak dan bersalah ketika mendapat kekayaan atau otoritas dalam hidupnya. Rasa tidak layak adalah sesuatu yang baik, menunjukkan kerendahan hati. Tetapi ketika rasa tidak layak itu dibiarkan terlalu menguasai sampai menimbulkan rasa bersalah, kita akan sulit menggunakan apa yang sudah Tuhan percayakan dengan bertanggungjawab. Padahal Tuhan mempercayakan segala sesuatu itu pada diri kita dengan tujuan agar kita dapat menjadi hambaNya yang bertanggungjawab mengelola semuanya itu.

Berikutnya, ada 3 pertanyaan penting yang harus kita jawab ketika mempelajari tentang Yabes:
1. Mungkinkah Tuhan Allah merancang bagi saya sebuah posisi atau otoritas yang besar beserta dengan hak-hak dan tanggungjawab istimewa di dalamnya?
2. Mungkinkah rancangan Tuhan itu MELEBIHI apa yang saya pikirkan selama ini, Tuhan ingin saya punya otoritas mengambil keputusan yang memiliki dampak bagi lingkungan di mana saya hidup sekarang?
3. Apa yang membuat saya belum atau tidak pernah meminta Tuhan memberikan otoritas dan tanggungjawab yang besar selama ini?

Renungkanlah jawaban-jawaban kita dan berusahalah menjawab dengan jujur di hadapan Tuhan. Sejujurnya, pertanyaan ke-1 & ke-2 pasti akan kita jawab MUNGKIN karena kita memang terbatas tapi Tuhan Pencipta kita adalah Tuhan yang tidak terbatas, IA sering memberi kejutan-kejutan yang melampaui akal kita karena IA TUHAN. Pertanyaan ketiga yang lebih dalam dan harus kita renungkan. Buat gue pribadi, gue tidak meminta karena otoritas, kekuasaan, kekayaan, hak istimewa dan segala titipan itu pada akhirnya menuntut tanggungjawab. Semua titipan itu tidak akan menimbulkan iri hati dari orang lain, tetapi pasti ada konsekuensi menjadi sorotan dan kritikan. Dan itu yang gue ga suka. Ketika dipercayakan sesuatu yang menurut gue besar, kadang gue juga merasa tidak layak, guilty dan lebih baik diberikan pada orang lain yang menurut gue lebih baik. Ternyata otak gue meyakini bahwa itu semua titipan tapi hati kecil gue mungkin masih menganggap itu bagian dari milik gue. Karena kalau gue 100% meyakini semua itu titipan dan kepercayaan dari Tuhan, gue seharusnya tidak terganggu dengan sorotan dan kritikan itu. Karena toh gue cuma pengurus milikNya Tuhan, bukan pemilik dari semuanya itu.

Entah bagaimana sikap pembaca-pembaca kisah Yabes yang lain? Gue rasa sih beda-beda tapi kerendahan hati belajar dari Yabes dalam menaikkan doa untuk tidak ragu meminta sesuatu untuk memuliakan nama Tuhan (bukan untuk memuaskan hawa nafsu belaka) akan dikabulkan Tuhan dengan senang hati. Bukankah itu kerinduan kita semua? Dan pastinya juga kerinduan Tuhan Bapa Surgawi yang luar biasa baik hati *.*

Selasa, 14 Oktober 2008

Laskar Pelangi

Buku Laskar Pelangi karya Andrea Hirata memang pantas diacungkan jempol. Ini buku tetralogi tetapi berhubung gue baru baca buku pertama, gue cuma bisa nulis sebatas ini. Cara Hirata mendeskripsikan lokasi, keadaan dan latar belakang budaya tertentu menunjukkan suatu kekayaaan kosa kata yang dimilikinya. Bukan hanya itu, caranya menghidupkan emosi para tokoh di dalamnya juga sangat mempengaruhi emosi pembaca. Gue belum nonton filmnya, tapi rencana sih mo beli buat koleksi jika DVD originalnya sudah keluar.

Cerita dimulai dengan latar Sekolah Muhammadiyah di Belitong yang sangat minim fasilitas, tenaga pengajar bahkan juga terancam tutup jika jumlah murid <10 anak. Orang-orang di sana sangat miskin, ironis dengan kekayaan alam yang hanya dapat dirasakan oleh segelintir orang yang membangun benteng sendiri di sebuah kota mandiri. Pengarang menggambarkan kecemasan yang dirasakan oleh kepsek dan guru, cemas sekolah akan ditutup dan mereka tidak dapat membagikan ilmu lagi. Orangtua murid cemas memikirkan biaya sekolah dan seandainya tidak jadi sekolah mereka berpikir memang menyuruh anak bekerja akan jauh lebih baik. Anak-anak ingin sekali sekolah dan mereka cemas karena terancam tidak akan bisa merasakan itu semua jika sekolah ditutup. Akhirnya murid ke-10 yang datang adalah seorang anak yang terjebak dalam tubuh dewasa (retardasi mental). Tapi intinya, sudah ada 10 murid jadi sekolah tetap dibuka. Dan dimulailah kelompok murid baru (nantinya dinamakan Laskar Pelangi-karena mereka semua suka melihat pelangi) ini merasakan suka-duka sekolah.

Ada beberapa pelajaran yang bisa ditarik dari buku ini:
1. Nilai-nilai yang ditanamkan sejak kecil sangat berperan dalam pembentukan nilai-nilai dan tingkah laku orang itu ketika dewasa. Nilai yang ditanamkan oleh kepsek di penerimaan murid baru sangat mereka pegang sampai dewasa: "Seseorang harus memberi sebanyak-banyaknya, bukan menerima sebanyak-banyaknya." Setinggi apapun ilmu yang dimiliki kalau tidak bisa memberikan dampak bagi diri sendiri dan lingkungan, dunia dan akhirat maka itu tiada guna.

2. Bakat alam adalah karunia. Tapi kesempatan pun adalah karunia yang tidak kalah pentingnya. Lintang yang genius tidak dapat menamatkan SMP karena ayahnya meninggal dan ia anak sulung sehingga beban hidup 14 orang dalam keluarganya langsung jatuh ke pundaknya. Gue paling sedih membaca kisah Lintang ini. Rasanya waktu nulis ini pun air mata gue udah mengambang di pelupuk. Berapa banyak anak-anak di Indonesia yang pintar tetapi tidak punya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan terpaksa menggunakan otot fisik untuk mencari nafkah seadanya dan akhirnya bakatnya terpendam begitu saja? Mahar pun sampai SMP baru ketahuan bakat otak kanannya dan itu pun karena pintu kesempatan yang selama SD (6 tahun) tidak pernah terbuka baginya.

3. Hargailah & bertanggung-jawablah untuk tiap kesempatan yang ada, sekecil apapun itu. Mahar yang pendidikannya hanya sampai SMP, tidak dapat melanjutkan pendidikan. Dia menganggur selama beberapa waktu. Sampai akhirnya ia melamar untuk menulis tentang suatu budaya. Hanya usaha kecil-kecilan dan ia lakukan dengan bertanggung jawab akhirnya makin bertambah kepercayaan orang padanya. Sampai akhirnya ia menjadi penulis terkenal. Ia tahu kapasitasnya dan ia bersedia melakukan mulai dari nol, bahkan hal-hal yang awalnya kurang berhubungan dengan yang diinginkan atau dicita-citakannya.

4. Teman adalah harta yang sangat berharga yang dititipkan Tuhan pada kita. Jalinlah relasi dengan mereka selama waktu yang memungkinkan. Zaman sudah canggih, orang-orang tinggal sejauh sms dan email saja. Kenapa tidak sesekali waktu menghubungi teman-teman yang sudah lama tidak tahu kabarnya? Sangat mengharukan melihat Trapani yang mother complex berada di Rumah Sakit Jiwa bersama ibunya. Si ikal (penulis), teman lama Trapani tidak mengenalinya lagi sampai ketika Trapani yang sudah hilang kesadaran itu ternyata mengenali Ikal dan memanggil namanya. Betapa dalamnya relasi kanak-kanak mereka dulu. Sayang waktu membuat mereka putus hubungan sampai akhirnya salah satu berakhir di RSJ karena tidak kuat menanggung masalah hidup. So, jangan tunggu salah seorang teman lama memanggil namamu ketika dikau berkunjung ke RSJ. Segeralah kirim sms atau email singkat kepadanya.

5. Tidak ada cara singkat untuk mencapai sesuatu. Semua harus lewat proses dan ada harga yang dibayar untuk hasil maksimal yang diharapkan. Mahar dan Flo adalah anak yang sangat mempercayai dunia mistis dan pada akhirnya ketika bertemu dukun, yang didapatnya hanya 1 kalimat: "Jika mau nilai bagus, BUKA BUKU DAN BELAJAR!" Ini berlaku bukan hanya untuk mendapat nilai bagus. Segala sesuatu di dunia ini harus diraih dengan pengorbanan. Hanya iblis yang menawarkan cara singkat tetapi akhirnya menjerumuskan dan meminta tumbal yang jauh lebih mahal, yaitu nyawa kita sendiri.

6. Kekayaan adalah sesuatu yang fana. Seperti bianglala di dufan (dunia fantasi), kadang seseorang berada di atas dan kadang di bawah. Kekayaan segelintir orang-orang di balik "tembok besar Belitong" yang menguras sumber daya alam itu akhirnya berakhir. Bodohlah orang jika hidup di dunia ini hanya mengejar kekayaan dan menganggap bisa memilikinya seumur hidup. Tidak ada rasa aman dengan bertambahnya kekayaan karena ia sifatnya fana dan ia bisa menikah dengan siapapun alias kekayaan itu bisa berpindah tangan dengan sangat cepat. Ia tidak mengenal pemilik. Jadi, kejarlah sesuatu yang lebih berarti dari kekayaan.

Sebenarnya masih banyak lagi pelajaran yang bisa digali dari buku ini tetapi berhubung gue udah capek ngetik dan pengen minum, cukup sampai di sini aja ceritanya. Semoga ini dapat mendorong orang untuk membaca atawa menonton filmnya. Karya-karya anak bangsa yang bagus harus dihargai sehingga mereka tidak mati, melainkan dapat terus berkarya dan memajukan bangsa kita tercinta ini karena suatu karya yang baik akan menginspirasikan karya berikutnya dari orang-orang yang lainnya. Semoga... Semoga...

Kamis, 09 Oktober 2008

Rehabeam: Seorang Munafik yang Sembrono

Rehabeam adalah anak Salomo (cucu Daud) yang menjadi raja Israel. Ia menjadi raja ketika berumur 41 tahun. Bayangkan kemewahan yang didapatnya sebagai pangeran di masa kerajaan Salomo. Melalui buku "Kisah-Kisah Menarik Orang yang Terlupakan," karya Chuck Swindoll, ada beberapa hal yang dapat dipelajari sebagai berikut:

1. Rehabeam dikatakan sbg orang munafik karena mencari saran dari orang lain dengan memiliki pendapat pribadi yang sulit diubah sehingga tujuannya mencari orang adalah hanya untuk mendapat dukungan atau legitimasi. Rehabeam meminta usulan para tua-tua ketika rakyatnya meminta keringanan pajak. Sebenarnya kemungkinan dalam hati dia sudah memiliki pendapat sendiri. Ketika tua-tua memberi saran yang tidak disukainya, ia meminta saran dari orang-orang muda yang akhirnya memberi saran sesuai dengan yang diinginkannya. Endingnya tentu saja Rehabeam memilih saran dari orang-orang muda karena cocok dengan pemikirannya. Betapa banyaknya orang seperti ini dalam dunia. Kadang-kadang, gue juga termasuk salah satunya. Dalam kasus terdekat, misalnya beberapa waktu yang lalu, gue baru tau kalo di kantor baru gue, karyawan tidak mendapat 12 hari cuti selama 1 tahun pertama. Tadinya gue berpikir bahwa karyawan tidak boleh ambil cuti selama 1 tahun pertama tapi di bulan ke-13, karyawan berhak atas 12 hari cuti (jatah 1 tahun yang lalu yang tidak boleh diambil). Tapi ternyata, benar-benar ga dapat 12 hari itu! Ketika gue sharing ke beberapa orang, gue sangat senang ketika ada orang yang mendukung gue bahwa 12 hari cuti itu adalah hak karyawan. Dan gue rada bete ketika ada orang yang mengatakan itu hak perusahaan untuk mengatur. Padahal GM gue memberikan masukan bahwa tidak apa-apa kalau gue mo buat daftar pembanding/semacam usulan dan HRD perusahaan akan mendiskusikannya. Tapi ketika gue mencari usulan dari banyak pihak, gue merasa akhirnya ga obyektif lagi, gue hanya mencari pembenaran diri sendiri. Menyedihkan...

2. Rehabeam memiliki kebiasaan dan hobi yang buruk yang dicontohnya dari ayah dan kakeknya. Ayah dan kakeknya laki-laki yang beristri dan bergundik banyak. Rehabeam yang dianggap munafik awalnya memilih sepupunya sebagai istri. Dan ini baik dalam pemandangan tradisi dan hukum Israel. Kemungkinan Rehabeam melakukan ini demi nama baiknya. Tetapi akhirnya Rehabeam malah lebih mencintai istri-istrinya yang lain, yang bukan dari suku Israel dan tidak mengenal Tuhan. Semasa kecil, gue memiliki banyak kepahitan dengan mama, gue banyak ga suka dengan cara pikir dan tingkah-lakunya. Tapi akhirnya gue terpaksa harus mengakui kalo hal-hal yang gue ga suka dari mama itu justru melekat pada diri gue sendiri. Bersyukur bahwa di dalam Kristus, belenggu masa lalu itu dipatahkan. Ketika berani mengakui hal-hal yang tidak disukai itu ternyata ada pada diri gue sendiri, itulah langkah awal pemulihan diri gue. Setiap orang pasti dibentuk oleh orangtuanya. Maklum ortu kan arsitek keluarga. Tapi orang Kristen ga perlu putus asa dengan masa lalu yang kelam karena tidak ada yang mustahil buat Tuhan. Dalam kelemahanlah kuasa Tuhan akan dinyatakan, asal kita percaya pada-Nya dengan segenap hati.

Nah, belajar dari Rehabeam, kita semua perlu terbuka dengan pemikiran-pemikiran orang lain yang bahkan berbeda dari pemikiran kita. Pikiran kita pribadi seringkali terdistorsi, solusi yang kita anggap benar ternyata salah karena kita hanya memandang dari 1 sisi. Dan sungguh merupakan karunia jika Tuhan kasih orang-orang yang "sulit" karena orang-orang sulit itulah yang menolong kita melihat dari sudut yang berbeda. Dengan suatu kerendahan hati untuk mendengarkan (bukan sekedar mendengar loh) mereka, kita memiliki kekayaan untuk melihat dengan lebih jernih dan akhirnya tidak terperosok ke dalam dosa Rehabeam, dosa di mana kita semua punya potensi untuk melakukannya.

Selasa, 07 Oktober 2008

Construal? Apaan tuh?

Psikologi Sosial mendefinisikan Construal sebagai cara orang berpikir, melihat dan menafsirkan kejadian di sekitar mereka. Kita semua perlu menafsirkan dunia sekitar kita sehingga segala tindakan dan penilaian kita menjadi suatu yang selaras dan masuk akal.

Sebagai contoh, kejadian yang gue pagi ini. Gue biasa naik mikrolet M02 menuju kantor. Mata gue jelas-jelas melihat angka 02 terpampang sehingga gue menyetopnya. Kemudian, tiba-tiba mikrolet belok kanan di suatu lokasi di mana M02 biasanya lurus. Reaksi pertama gue adalah langsung memandang ke arah yang lurus sambil berpikir mungkin jalanan lurus ditutup. Ternyata jalanan tidak ditutup. Wuih, mata gue langsung beralih ke nomor mikrolet yang entah kenapa berubah menjadi M04! Dengan panik gue langsung menyetop mikrolet dan meminta maaf kepada sopir yang terpaksa menunggu gue mengambil uang receh yang tidak gue siapkan karena turun dadakan hiks :=.=:

Lihat reaksi pertama otak gue adalah menciptakan construal bahwa jalanan yang biasanya dilewati sedang ditutup kemudian mata gue langsung mengecek. Karena apa construal seperti ini dapat muncul di kepala gue? Karena melakukan sesuatu yang salah itu otomatis menurunkan self-esteem jadi reaksi pertama yang gue lakukan adalah menciptakan construal untuk membuktikan diri benar sehingga perasaan gue nyaman, lega karena self-esteem tidak mengalami penurunan. Tapi karena gue cek ternyata jalanan tidak sedang ditutup, gue langsung mengganti construal pertama dengan construal berikutnya bahwa jangan-jangan gue salah naik mikrolet. Mata langsung mengecek nomor mikrolet dan hasilnya zummm benar gue salah naik angkot. Gue mengganti construal dengan terpaksa karena kalo gue memaksa diri menerima construal pertama, akan muncul rasa tidak aman yang lebih besar, gue terbawa angkot entah kemana, terlambat ke kantor, dan seterusnya, dan seterusnya.

Itu hanya dalam kasus kecil yang sepele. Bayangkan dalam kasus besar, bagaimana construal sangat berpengaruh dalam penilaian orang akan dirinya sendiri. Misalnya: kasus antar negara antara tentang invasi US ke Irak. Betapa sulitnya mengakui kalau construal awal itu salah walau kenyataan/reaksi yang muncul berikutnya berbeda dengan construal awal. Sebenarnya ketika construal awal berbeda dengan kenyataan yang terjadi, orang dapat memilih melakukan 3 hal:

1. Mempertahankan construal awal supaya self-esteem tidak terpengaruh. Menyalahkan situasi yang tidak cocok dan tetap memegang teguh construal awal. Ini yang biasanya dilakukan orang-orang yang kita sebut keras kepala alias kepala batu hehehe...

2. Segera mengganti construal awal dengan construal lain. Ini tidak mudah dilakukan karena harus mengakui bahwa construal awal yang diyakini ternyata salah, tidak cocok dengan kejadian berikutnya.

3. Menunggu sambil mempertahankan construal awal. Biasanya orang-orang ini sangat berharap untuk terjadinya situasi berikut yang cocok dengan construal awal. Kalau yang terjadi ternyata berbeda dari harapan, biasanya akan menciptakan construal tengah-tengah yang menggabungkan construal awal dengan kejadian yang sesungguhnya.

Semua proses yang gue alami terjadi dalam hitungan detik, tidak sampai 1 menit! Wow, menakjubkan sekali ya Tuhan menciptakan otak manusia. Waktu menulis ini, tak henti-hentinya gue bersyukur atas kehebatan yang Tuhan berikan pada manusia. Itu semua menunjukkan betapa hebatnya Sang Pencipta. Dan gue bener-bener bersyukur menjadi ciptaan-Nya yang dilengkapi dengan berbagai "fasilitas" hidup yang kelihatannya sepele tapi kalau dipikirkan, ternyata menakjubkan. Soli deo Gloria ^_^

Kamis, 25 September 2008

Gondongan

Nama penyakit itu tak pernah gue dengar sampe minggu lalu karena salah seorang penginjil di gereja harus dikarantina gara-gara sakit gondongan. Senin ke kantor seperti biasa tapi waktu pulang, rasanya badan gue ngilu-ngilu. Setelah mandi malam, leher (tepatnya di bawah kuping) kiri gue bengkak. Gue kaget karena seumur hidup ga pernah leher gue bengkak. Akhirnya gue olesin balsam lalu tidurlah gue dengan tidak nyenyak. Selasa pagi tambah bengkak dan badan gue luar biasa lemes. Ga sanggup kerja deh kalo gitu, gue mo ke dokter aja.


Mencari dokter aja luar biasa. Pagi gue pergi ke dokter deket pasar jatinegara. Bayangkan, gue dapat nomor antrian 11 dengan diiringi pemberitahuan penjaga klinik kalo si dokter lagi ada urusan, kalau jam 9 belum datang, kemungkinan dokter ga bisa datang dan buka praktek lagi sore. Gue datang jam 8.30 dan mutusin buat nunggu aja sampe jam 9. Di ruang tunggu tampak muka-muka orang yg mengenaskan (jangan-jangan muka gue juga kayak mereka). Tiba-tiba tampaklah si dokter nongol. Gue nyengir & bilang ke orang-orang bahwa ekspresi mereka semua tampak jauh berbeda ketika lihat dokter datang. Ternyata di saat sakit, tak ada yang bisa membuat orang lebih happy ketimbang melihat wajah dokter ^_^ Mereka juga cengengesan denger komentar gue. Dari situ kami ngobrol2, ternyata banyak yang sakit parah. Ada yang diduga gagal ginjal. Aduh dengernya aja gue udah merinding campur kasian. Rasanya sakit gue ga seberapa deh dibanding mereka. Kami menanti dengan sukacita karena ada pengharapan akan segera diperiksa oleh dokter.


Setelah nomor urut 2, si dokter dapet telepon bahwa keluarganya sakit dan dia harus segera ke rumah sakit lagi (ternyata tadi urusannya belum selesai). Jadi, nomor urut 3 ke atas, ga bisa diperiksa. Waduh, gue sampe ga berani komentar lagi liat ekspresi orang-orang, kasian banget, muka-muka kecewa. Wong gue sendiri kecewa. Akhirnya gue ke toko (rumah saudara yang deket banget ama klinik itu). Gue mo cari dokter gereja gue aja deh. Setelah dapat nomor teleponnya, gue telepon dan si dokter ternyata praktek jam11, jadi gue bilang aja nti gue mo datang. Waktu itu baru jam9! Gue pikir mo pulang rumah juga tanggung jadi akhirnya gue nunggu aja di toko. Ampun deh 2 jam kalo kerja rasanya cepet banget. Ga ngapa2in 2 jam tuh rasanya luar biasa boring! Mana gue mabok liat kemacetan di depan toko, bunyi klakson, debu, bising banget deh. Karena ga ada ranjang buat tidur, gue duduk aja kayak orang katatonik, ga bisa bergerak saking lemesnya.


Jam 10.30 gue jalan kaki ke tempat praktek si dokter gereja. Walau gue belum pernah ke dokter itu, gue pede jalan kaki panas2 sampe rasa mo pingsan eh tau-taunya ga ada dokter itu di situ (adanya dokter gigi). Katanya dia praktek di Apotek Jatinegara dan waktu gue cek emang tempat yang gue datengin adalah Apotek Sriti. Waduh pokoke payah banget deh. Saking cape dan mo pingsan kepanasan, gue memutuskan pulang ke rumah aja daripada gue pingsan di jalan nyari2 apotek yang gue ga tau ada di mana. Di rumah gue langsung minum antibiotik & neurobion. Terus gue berusaha tidur. Sampe sore ternyata masih belum sembuh, masih meriang & seluruh badan & kepala gue sakit.


Akhirnya bokap gue yang cek 2x ke dokter tetangga deket rumah. Yang kedua kalinya, pintu praktek si dokter udah dibuka karena bokap berhasil menggerakkan orang buat ketok2 rumah si dokter. Akhirnya gue ke dokter sore-sore jam 5an gitu. Bayangkan seharian gue ga abis pikir kog bisa2nya cari dokter susah gitu. Biasanya kan gampang hehehehe… Kata dokter gue positif gondongan alias parotitis (pembengkakan kelenjar ludah karena virus), dia nanya gue ketularan siapa yang gondongan. Gue bilang aja ga tau karena kayaknya si penginjil yang gondongan udah dikarantina jadi ga mungkin kena dari dia. Walhasil gue disuntik, dikasih obat antivirus dan obat antibiotik (yang udah gue minum sejak siang) plus obat buat meredakan demam/meriang. Yang penting, gue disuruh istirahat 2 hari, ga boleh kena angin karena angin mengandung banyak virus.


Kalo fisik lagi ga fit, virus mudah menyerang karena tubuh ga mampu membentuk antibodi untuk melawan si virus. Si dokter ga ngasih gue vitamin lagi karena hehehe kalo merasa sakit, gue pasti langsung minum vitamin banyak-banyak, jadi dia cuma mendorong gue untuk terus makan vitamin. Dokter sempet tercengang liat obat atau vitamin yang udah gue makan sejak gue merasa ga fit. Katanya, ‘jangan terlalu banyak nti perut lu jadi apotek.’ Gue disuruh pantang makanan pedes (menyedihkan), gorengan dan seafood yang amis-amis. Pokoke minggu ke depan rasanya nafsu makan gue turun deh. Dasarnya udah sakit ngunyah gara-gara bengkak bikin gue males makan eh sekarang semua makanan jadi ga enak karena ga boleh pedes.


Adik gue yang pertama pulang rumah langsung bawa kabar bahwa kata penginjil gue, anak-anak SD BPK Penabur Cipinang hampir semua kena gondongan. Adik bungsu gue langsung teriak, “Wah, Minggu kemaren si Stella MC di Sekolah Minggu. Pasti ada anak gereja yang bawa virus dan masuk deh ke mulutnyya waktu mereka nyanyi-nyanyi.” Menyedihkan, kemungkinan besar sih yang mereka bilang itu benar. Jadi gue mewanti-wanti orang rumah supaya minum vitamin C banyak-banyak karena gue udah bawa virus. Tapi kalo mereka sehat, virus ga akan berpengaruh buat mereka.


Waktu gue mikir-mikir kenapa ya gue bisa kena penyakit ini, dan kenapa God izinin ini terjadi. Saat ini sih yang terpikir adalah memang gue sangat butuh istirahat. Rencana lebaran mo tidur panjang. Tapi Senin lalu, gue liat penawaran paket lebaran ke pangandaran duh rasanya godaan/dorongan buat pergi tuh luar biasa kuat. Sampe senin sore gue sangat kepingin berpetualang ke green canyon, liat goa-goa jepang, liat pantai, dll. Eh kejadian seperti ini bener2 menghancurkan semua godaan itu. Gue tau bahwa gue bener2 harus istirahat total. Badan gue emang kurang fit. Sebenernya bisa lewat Agustus dan sampe di akhir September aja itu udah merupakan anugerah Tuhan. Dan seharusnya tekad gue untuk istirahat di lebaran tak tergoyahkan. Apa mau dikata, gue sangat suka pemandangan alam dan liburan ke tempat-tempat seperti itu mendatangkan kepuasan tersendiri walau akhirnya pasti kecapean. Dan gue rasa Tuhan bae, DIA kasih waktu yang tepat buat gue sakit. Walau sebenernya saat ini kantor yayasan lagi sangat repot dan gue merasa bersalah sakit di saat-saat seperti ini. Tapi thanks God, orang-orang yayasan sangat mendukung gue untuk rest (gue rasa mereka juga ga mo ketularan ya ^_^) dan segala sesuatu berkaitan dengan pekerjaan pelayanan masih bisa dikontrol.


Melalui sakit kali ini, pengalaman susahnya mencari dokter, membuat gue melihat ada banyak orang di sekitar gue yang sakit jauh lebih parah dari gue. Belum lagi kalo mereka ga punya dana buat berobat, betapa sulitnya mencari dokter. Betapa menderitanya sakit tanpa diobati dokter. Betapa senangnya ketika sakit melihat dokter yang care dan menjawab semua pertanyaan kita dengan sabar. Dan emang God kasih dokter yang terbaik yaitu dokter tetangga gue, dokter gue sejak kecil yang udah pensiun. Rasanya terharu aja dilayani ama dokter yang udah ubanan, dan begitu liat gue langsung nanya apa gue mo duduk di mejanya lagi kayak dulu waktu gue masih kecil hehehehe…


Kompas pagi ini memberitakan di Jakarta banyak sekali orang yang terserang ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) karena udara panas dan banyak virus sementara stamina orang-orang udah banyak yang ga fit jadi mudah diserang virus yang menggejala dalam bentuk batuk, pilek, panas, demam, meriang. Puskesmas dan klinik banyak menangani pasien-pasien yang sakit begitu. Gue berpikir menjelang lebaran kali ini banyak orang sakit, kasian juga orang yang bekerja di area medis, mereka harus tetep masuk dan melayani orang-orang sakit. Betapa mulianya tugas mereka itu. Sayangnya, orang-orang cenderung tidak merasakan pengorbanan mereka, tidak menghargai kecuali di saat-saat membutuhkan. Kita memang cenderung tidak menghargai sesuatu yang dikerjakan orang lain sampai di titik kita membutuhkan pelayanan mereka. Jadi, gue belajar untuk menghargai dan mendoakan mereka yang melayani masyarakat, terutama ketika masyarakat liburan. Terimakasih untuk keberadaan mereka bagi kita semua. Kiranya Tuhan senantiasa memberkati hidup mereka dan mereka merasakaan sukacita menjalani pekerjaan pelayanan mereka. Amin…

Jumat, 19 September 2008

Dunia Mimpi

Menarik sekali bernostalgia dengan komik zaman dulu. "Kanata Kara" alias "Dunia Mimpi" adalah komik yang bagus dan ingin membaca ulang. Thanks God, dengan adanya internet, berhasil membaca ulang dengan sudut pandang yang berbeda. Walau isi ceritanya tidak seluruhnya benar dari sudut pandang Teologi ^_^ tapi ada hal-hal menarik yang pantas dipertimbangkan.

Noriko adalah gadis SMA, 18 tahun hidup di Jepang dan beberapa kali memimpikan suatu tempat yang sama. Sampai suatu ketika dia mengejar sebuah bola yang berhenti tepat di depan kantong berisi bom yang meledak. Waktu bom itu meledak, teman-teman Noriko & orang-orang di Jepang tidak berhasil menemukan tubuh Noriko. Noriko sendiri melayang dan sempat menyaksikan dirinya menjauh dari orang-orang di Jepang. Ia masuk ke dalam suatu hutan di dunia yang berbeda.

Di sanalah ia berjumpa dengan Izaku yang berniat membunuh "sang pencerah" yang diramalkan akan muncul di hutan itu. Izaku tidak menyangka kalau sang pencerah itu hanyalah gadis kecil yang tampak lemah dan tidak bisa apa-apa. Jadinya, Izaku malah menolong Noriko dari berbagai ancaman hewan-hewan aneh di hutan itu. Noriko lemah dan ketakutan, Izaku kuat dan serba bisa (maklum ksatria gitu loh). Dimulailah petualangan Izaku dan Noriko dalam dunia itu. Noriko belajar bahasa baru karena awalnya ia dan Izaku tidak saling mengerti bahasa masing-masing. Seiring dengan berjalannya waktu, Noriko tambah mampu bertahan di dunia itu. Izaku yang ternyata memiliki sisi gelap dalam dirinya semakin sering bersama Noriko jadi semakin bertambah terpuruk.

Di sisi lain, mereka sudah sulit berpisah karena sudah jatuh cinta satu sama lain. Izaku juga tidak sampai hati meninggalkan Noriko yang dengan takdirnya sebagai sang pencerah, menjadi rebutan banyak pihak sementara Noriko tidak punya kemampuan apa-apa untuk mempertahankan diri. Sampai suatu titik Izaku berubah wujud menjadi monster di hadapan Noriko. Yang menarik adalah Noriko tidak meninggalkan Izaku. Dan kenyataan ini sudah cukup bagi Izaku untuk berjuang mengalahkan sisi gelap dari dirinya. Izaku yang sejak kecil dianggap monster dan ditolak oleh ibu kandungnya sendiri akhirnya menemukan penerimaan diri yang diberikan oleh Noriko.

Kyoko Hikawa menceritakan kisah ini dengan sangat menarik. Ending kisah ini pun bagus, bahwa:
1. Tidak ada manusia yang sempurna. Ortu bisa aja menolak/membuang anaknya sendiri. Masa kecil selalu memiliki pengaruh dalam pertumbuhan manusia, termasuk dalam hal ambisi (yang diinginkan) ataupun yang berusaha dihindari.
2. Iblis memakai kelemahan manusia, kejadian masa kecil yang telah membentuk seseorang pada akhirnya dapat dipakai Iblis untuk mengikat orang itu. Iblis bisa menawarkan terang palsu (jalan keluar/kekuatan tak terhingga) tapi pada akhirnya orang itu akan menjadi budaknya, binasa bersama si iblis selamanya.
3. Manusia membutuhkan penolong untuk melihat dan mengalami pencerahan dari dunia yang telah dikuasai iblis. Karena selama ini manusia tidak bisa keluar dari kegelapan dan kuasa iblis yang telah mencengkeramnya. Penolong itu harus berasal dari dunia yang berbeda, yang belum tercemar oleh kerusakan. Penolong itu harus memiliki hati yang bersih dan semangat mengasihi manusia-manusia yang telah dikuasai kegelapan itu.
4. Komik ini menggambarkan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia yang hidup menyayangi alam dan manusia lainlah yang akan mengalami kepuasan/kepenuhan dalam hidupnya. Kasih mengatasi segala kesulitan dan tantangan hidup. Kasih membuat seseorang bertahan dan memotivasinya mengambil keputusan demi kebaikan orang yang dikasihinya.

Walau komik ini hanya fiksi, belajarlah melihat hal positif yang terkandung di dalamnya. Walau pengarangnya tidak belajar teologi, pembaca tetap dapat mempelajari hal-hal positif di dalamnya. Jadi, benarlah perkataan seseorang bahwa "Orang cenderung melihat dan berpikir sesuai dengan konstrual (opini) awalnya." Mungkin tulisan ini hanya bersifat pembenaran diri yang dilakukan. Tapi intinya, dunia akan menjadi lebih indah jika kita belajar melihat segala sesuatu dari sudut yang positif. Tentu saja, ada hal-hal negatif yang harus dilihat tapi akan terasa lebih ringan dan mampu dihadapi ketika kita fokus pada hal-hal positif... Met melihat dunia dengan kacamata positif sehingga tidak perlu pergi ke dunia mimpi untuk mengalaminya :)