Rabu, 18 Maret 2009

Fireproof: Never Leave Your Partner Behind

Fireproof adalah film yang dibuat oleh tim yang sama dengan yang membuat film Facing the Giants. "Never leave your partner behind" adalah slogan yang selalu diajarkan oleh Caleb sebagai kapten regu pemadam kebakaran. Ia merasa dihormati di mana pun ia berada (karena ia seorang pahlawan yang sering menyelamatkan orang), kecuali di rumahnya sendiri oleh istrinya. Mereka sering bertengkar sampai di satu titik Cate tidak tahan lagi dan mengajukan perceraian.

Keluhan Caleb: Cate selalu komplain, tidak pernah puas, tidak menunjukkan sedikitpun respek atau menghargainya sebagai suami, tidak becus mengurus rumah. Keluhan Cate: Caleb egois (sibuk dengan hobi internet & selalu menghabiskan 1/3 gaji untuk membeli kapal yang menurutnya tidak berguna), tidak mengerti kebutuhannya, tidak bersedia mendengarkannya, tidak menolongnya sama sekali dalam mengurus rumah padahal ia harus bekerja penuh waktu dan harus mengurus ibunya yang stroke di akhir pekan.

Mereka sudah menikah selama 7 tahun, dulu saling mencintai tapi sekarang merasa percuma mempertahankan pernikahan dengan pasangan yang telah berubah. Orangtua Caleb datang dari luar kota, Ayahnya berhasil membuat Caleb berkomitmen menunda perceraian selam 40 hari dan selama waktu itu, akan mengikuti semua petunjuk yang ada di buku yang akan dikirimkan ayahnya kepadanya (gue mikir kenapa pake 40 hari ya? Seperti Purpose Driven Lfe aja)

Di sini nih menariknya film ini. Caleb seperti menghitung hari karena dari buku itu, dia mendapat tips-tips praktis dalam memperbaiki relasi dengan pasangan, misalnya: 1 hari, ia tidak boleh mengucapkan kalimat negatif pada pasangan. Ia hanya boleh mengucapkan yang positif, kalo marah dia harus diam saja, ga boleh ngomong hal negatif. Hari berikut dia harus melakukan sesuatu untuk istri. Dia memutuskan bikinin istri teh/kopi. Istrinya pagi-pagi langsung pergi dan tidak peduli dengan teh/kopi yang dia buat. Hari lain dia harus memberikan sesuatu, mengirimkan apa saja untuk pasangan di kantor. Ia membeli bunga & coklat termurah. Respon istrinya juga apatis banget, abis bunganya jelek seh hahaha... Dia bertahan terus walau berkali-kali telpon ayahnya saking bete dan putus asa menghadapi sikap dingin Cate. Ayahnya sangat luar biasa dalam menyemangati Caleb. Sampai di hari ke-23 ia sudah melakukan semua petunjuk dan istrinya datang mengutarakan kebingungan sekaligus kecurigaannya diakhiri dengan nada dingin bahwa dia tetap ingin bercerai. Caleb marah sekali dan ketika dia memutuskan mengakhiri semuanya, ayahnya berjanji akan datang esok hari.

Waktu ayahnya datang, Caleb mengutarakan rasa ga enaknya karena ayahnya tinggal jauh di luar kota. Mereka jalan-jalan di sebuah taman yang ada salib besar di tengahnya. Ayahnya kembali berusaha bicara tentang Yesus kepada Caleb. Caleb kembali memotong pembicaraan ayahnya karena merasa tidak ada relevansi antara pernikahan dengan Yesus. Ayahnya akhirnya menanyakan, "Apa yang kamu keluhkan tentang Cate?" Kurang lebih begini jawaban Caleb, "Cate tidak menghargaiku, Aku berusaha menjalankan semua yang ada di buku tapi responnya dingin, dia seperti meludahi semua perbuatan baik yang kulakukan untuknya, Aku menunjukkan ingin mempertahankan pernikahan kami tapi ia terus mencurigaiku, ia tidak menginginiku dan ia tidak mencintaiku." Tepat ketika Caleb menyelesaikan perkataannya, ia menatap ayahnya yang berdiri di bawah salib! Caleb terpana ketika ayahnya berkata, "Bukankah itu yang DIA terima dari kamu?" Caleb menggelengkan kepala dengan panik dan berkata, "Tidak seperti itu." Caleb terus menggelengkan kepala dan menunduk ketika ayahnya datang dan mengatakan, "Kamu tidak dapat mencintai Cate kalau kamu belum merasakan cinta Yesus dalam hidupmu. Sadarkah kau sekarang bahwa kau membutuhkan DIA?" Di momen itulah Caleb menerima Tuhan Yesus.

Cerita terus berlanjut, mengharukan melihat apa yang Caleb lakukan untuk terus mencintai Cate yang jelas-jelas menunjukkan tidak lagi mencintainya. Cate juga bukan seorang Kristen dan selalu menghindari topik pembicaraan tentang kebutuhannya akan Yesus. Gimana akhir cerita ini? Nonton sendiri lebih baik ya. Yang pasti gue setuju banget dengan pesan film ini: orang yang tidak pernah merasakan cinta Kristus yang luar biasa dalam hidupnya, tidak akan mampu mencintai orang lain seperti Kristus mencintai. Cinta manusia cenderung pamrih & menuntut balasan tapi cinta Kristus dibuktikan kepada kita justru ketika kita masih berdosa dan berbuat jahat padaNya. Orang di luar Kristus bisa aja bertahan dalam sebuah pernikahan karena berbagai sebab, tapi sesungguhnya pernikahan Kristen yang sesungguhnya (kasih yang berkorban bahkan di saat pasangan sepertinya tidak layak mendapat pengorbanan itu) hanya mampu bertahan bila orang yang di dalamnya telah merasakan anugerah Allah melalui cinta Yesus Kristus yang mati di kayu salib untuk manusia berdosa yang percaya padaNya. Gue rekom film ini buat mata kuliah terapi keluarga or Bimbingan Pra-nikah or Keluarga Kristen. Met nonton buat yang belum nonton & thanks to Ar yang udah minjemin film ini secara mendadak (ga merasa gue todong kan?) hehehe...

Kamis, 12 Maret 2009

Backpacker di Bandung

Bisa pergi ke Bandung 7-9 Maret kemarin adalah suatu anugerah. Jum'at 8 Maret gue kelupaan ada rencana ke Bandung (semua rute diurus si Mandra dan karena gue ga ngurus apa-apa, gue lupa mo ke Bandung), jadi gue udah terima tugas pelayanan plus rapat di Sabtu sore sampe malem. Sempet getar-getir tapi akhirnya Tuhan bukain kesempatan ada orang lain yang menggantikan dan untuk rapat gue bisa izin. Satu step sudah God bukain. Sabtu gue ke stasiun J7.30am mo pesen tiket buat siang eh tau-tau, tiket abis dan stasiun ruame banget. Gue lupa kalo longweekend! Dengan panik gue telpon Mandra dan kami sepakat go show aja di loket pembelian langsung so gue pulang dulu ke rumah (thanks God, rumah ga terlalu jauh dari stasiun).

J11 gue dateng lagi dan antri di loket pembelian langsung. Akhirnya j12.30 loketnya buka dan HORE, 1 step dibukain lagi oleh God, dapet tiket Argo gede boo (padahal udah sempet putus asa kalo naik bis dari UKI). Abis itu gue gerak cepet deh soale keretanya J14.20 & gue harus cari makan dulu. Gue baru dapet mie ayam, eh Mandra telpon gue bilang dia udah nyampe stasiun Jatinegara. Tapi ternyata tuh anak nyasar dan mikir stasiun Tebet adalah stasiun Jatinegara =cape deh=

Singkat cerita, kami berangkat ke Bandung dengan ati seneng. Sampe Bandung kami mulai hunting penginapan. Masak guest house harganya bisa sampe 700ribu/malam. Hari udah mulai gelap ketika akhirnya kami memutuskan dari Kebon Kawung naek angkot ke Jl. Riau. Nanya ama 3 orang, semua mengatakan bahwa Jl. Riau ga jauh dari Dago. Kami naek angkot yang distopkan oleh seorang satpam yang baik hati. Perjalanan lamaaaa banget dan perasaan gue mulai ga enak karena udah kayak keluar kota gitu. Lalu gue bilang ke sopir kalo kami mo ke Jl. Riau yang deket Dago. Sopirnya kaget dan bilang di Bandung ada banyak Dago, dia pikir kami mo ke Dago atas. Hahaha kami ketawa/i aja deh dengan missperception masing-masing. Sopir dan istrinya akhirnya putar balik ke arah kota lagi dan jadi tour guide bagi kami sepanjang perjalanan. Mereka menurunkan kami di jalan apa gitu deh yang katanya deket ama Jl. Riau yang kenyataannya, kami harus tanya 3 or 4 orang lagi untuk beneran sampe ke Jl. Riau hihihi (tapi jujur ga terasa jauh karena gue & Mandra chit-chat di jalan, gue jadi sedikit bisa merasakan perasaan orang Israel di padang gurun dalam kitab Bilangan). Kami sih ga terlalu cemas walau udah gelap/malem banget dan belum dapet penginapan. Kalo bener-bener kepepet kami bisa telpon banyak temen di Bandung tapi kami emang lagi niat banget merasakan jadi backpacker tanpa bantuan orang yang dikenal.

Tuhan memakai seorang satpam yang akhirnya mengetahui lokasi yang kami cari. Ternyata mengetahui bahwa nama penginapan yang kami cari benar-benar ada rasanya WOW! Seperti menemukan suatu tujuan baru. Seharusnya bangsa Israel tiap kali putus asa di padang gurun, tiap x memikirkan tanah kanaan, bisa merasakan semangat dan sukacita seperti yang kami rasakan! Tuhan kasih kami penginapan yang bersih dan murah yang berada di bawah departemen Pekerjaan Umum (Wisma PU yang namanya: Wisma Bina-Marga). Abis mandi, rasa cape kami ilang dan kami memutuskan cari makan. JALAN KAKI LAGE! karena kami berdua orang yang doyan jalan makanya langsing hahaha... abis dapet makan baru deh tidur dengan sangat nyenyak dan penuh syukur.

Sebenarnya secocok-cocoknya gue ama Mandra berteman dan sering keluar kota sama-sama, kami banyak perbedaan dan gue yang easy-going sering bikin Mandra yang tipe planning esmosi, kami sering beda pendapat dan kami sama-sama ngotot hihihi pokoknya kami belajar bernegosiasi deh gara-gara perbedaan kami. Kami sepakat ke GKI Maulana Yusuf dengan becak (karena semalam kami melewati gereja itu dan pikir lumayan jauh) daripada ke HKBP (ga ngerti bahasanya) or gereja Katolik deket penginapan. Seneng deh ke GKI di manapun sama, seperti ada di gereja gue sendiri :) Uniknya, ada angklung performance. Kerennnnn bangettt, gue baru kali itu liat pertunjukan angklung. Sampe menitikkan airmata melihat pemainnya udah pada tua (kayak komisi lansia). Gue lupa lagu apa yang dimainkan tapi sangat menyentuh perasaan dan gue mikir akankah Tuhan memberi gue kesempatan melayani sampai tua seperti itu?

Selesai ibadah, tadinya mo donor darah tapi karena rame dan Mandra udah panik takut kesiangan ke kawah putih, ya udah deh gue cari makan aja. Gue makan batagor ga cukup, lalu cari pecel+sate ayam. Mandra ampe geleng-geleng dengan muka takjub dan nanya apa gue lapar banget. Ya iyalah, gue makan banyak gitu kalo ga lapar apa namanya? Perut sudah diisi, kami nunggu bis ke Leuwi Panjang. Sampe LP, kami naek LX300 ke Ciwideuy. Ampun deh, LX300 tuh diisi 17 orang (belum termasuk sopir & 2 anak kecil), penuh sesak, penumpang ditumpuk kayak ikan teri. Cowok di sebelah gue yang kasian karena berbadan besar dan harus melipat diri selama 2jam booo, gue aja yang imut ini merasa pegel luar biasa, apalagi dia ya? Mandra rajin ngobrol ama orang-orang sementara gue memilih tidur aja deh.

Bangun-bangun dah sampe Ciwideuy dan nyambung angkot lagi ke kawah putih. Di tengah perjalanan, ujan gede banget dan angkot penuh sesak ama semua orang. Baru kali itu gue melihat angkot kecil diisi 20 orang plus barang gede-gede! (angkot yang mirip dengan di Jakarta yang biasanya muat 15 orang doang). Kasian banget deh kenek angkotnya, kena hujan deras banget. Menjelang 3km dari kawah putih macet total sehingga perjalanan luama buanget di angkot (yang thanks God, penumpangnya udah banyak yang turun). Ada bis yang mogok di jalan berliku yang sempit, ada mobil yang kehabisan bensin, dll. Gue dan Mandra pisah duduk jadi kami melakukan pengamatan yang berbeda. Gue lebih mengamati sopir dan kenek bersikap dalam kemacetan total sementara si Mandra mengamati para penumpang. Gue baru tau kenapa Tuhan izinkan gue makan banyak banget paginya! Gue ga bisa makan siang di angkot, si Mandra mo bagi lontongnya tapi gue ga tega makan jatah dia yang emang cuma dikit.

Biasanya kalo kelaparan gue akan cepat darting alias darah tinggi tapi thanks God, waktu itu cuma lemes aja karena J4an sore kami baru sampe di danau Situpatenggang (catat! ga jadi ke kawah putih!). Berapa lama di jalan? >5jam! Itu udah bisa pulang pergi Jkt-Bdg-Jkt.. menakjubkan! Ada penumpang yang sama-sama kami sejak dari Leuwi Panjang, mereka turun di tengah jalan dan memilih pulang kembali ke Bandung sementara gue dan Mandra ngotot udah kepalang tanggung. Yang bikin kami rada nyesel sebenarnya adalah kami ga bawa ransel dan rencana kembali ke Wisma PU, padahal rencana awal yang sempet didiskusiin: bawa aja ransel dan nti cari penginapan di daerah Ciwideuy. Ada 1 ibu bersama anaknya yang baik luar biasa dan menawarkan rumahnya karena dia kuatir liat gue dan si Mandraw pulang malem dari Situpatenggang tapi kami dengan menolaknya dengan hati terharu.

Di Situpatenggang kami puas-puasin deh istirahat dan hmm udah berapa lama ya gue ga ke sana? Bagus euy padahal terakhir pergi (>10 th yl kali ya) ga terlalu bagus, mungkin karena cape banget di jalan jadinya danau Situpatenggang jadi luar biasa indahnya hehehehe... Pulangnya hahaha kami naek angkot yang sama, kami ketawa/i dengan sopir dan keneknya, ga nyangka mereka nungguin kami. Dan macet lagi pulangnya! Gue tidur aja deh. Dari Ciwideuy ke Leuwi Panjang gue & Mandra pengalaman ga mo duduk di belakang lagi kelipet kayak lepet, kami duduk di depan bersama sopir. Tiba-tiba naiklah 2 perempuan, yang 1 gemuk banget. Si Mandra bisik-bisik ke gue, "Jangan sampe dia duduk di depan bareng kita nih." Kursi di samping sopir muat 3 orang dan eng ing eng bener aja, yang super gemuk itu duduk di depan! Habislah si Mandra kejepit di antara gue & cewe gemuk itu. Gue nyengir aja deh karena posisi gue ga separah Mandra. Gue bisa tidur lagi karena terasa capek. Cewe gemuk itu ternyata doyan ngobrol dan sepanjang perjalanan ngobrollah dia dengan Mandra. Karena gue tidur gue diceritain Mandra di penginapan bahwa kisah si cewe itu (plus temennya) ternyata juga cukup dramatis sebagai backpacker pertama kali di Bandung. Dan mereka juga dari Jakarta. Seru juga tuh kayaknya percakapan mereka, tapi gue seneng sih bisa tidur di tengah percakapan mereka yang katanya seru hihihi... Pokoknya kami bisa sampe penginapan lagi deh walau malem banget. Kasian Mandraw yang harus berjaga-jaga dalam perjalanan sehingga Senin pagi dia bangun siang sementara gue bangun pagi dan sangat segar hahaha...

Ternyata jadi backpacker di Bandung Minggu lalu membuat gue belajar beberapa hal:
1. Belajar percaya bahwa Tuhan menyediakan segala kebutuhan gue sesuai waktu dan kehendakNya (step-stepNya unik)
2. Belajar percaya bahwa masih banyak orang baik di dunia (ga mandang agama, suku, ekonomi, usia & pendidikan -apalagi politik hihihi-)
3. Belajar puas & bersyukur dengan keadaan sendiri (mata gue seperti dibukakan kembali melihat banyak orang melalui banyak kejadian)
4. Belajar bekerjasama dengan Tuhan untuk mewujudkan keinginan (ada bagian Tuhan dan ada bagian gue dalam mewujudkan apa yang gue inginkan).
Jadi backpacker with God lagi? hmmm siapa takut?!
^_^

Senin, 02 Maret 2009

Slumdog Millionaire


Gue udah tertarik nonton sejak dinominasikan 10 Oscar dan tambahan lagi, Sam rekomendasiin film ini di YC. Akhirnya, Sabtu kemaren gue bertekad buat nonton j2.30pm di MOI eh tau2nya j2.15pm, selesai pelatihan guru-ortu, gue baru bisa go dari kantor! Panik banget, udah ujan, gue nunggu taxi ga lewat-lewat sampe 3 orang kantor ikutan prihatin ama gue hehehe thanks God, gue yang ekstrovert, kebiasaan menyebarkan pokok doa ke teman-teman via sms karena di dalam taxi abis doa pun kejebak macet, booo! Dari situ, God kirim teman yang kebetulan lagi kejebak macet di depan MOI untuk langsung menelepon gue & menawarkan pertolongan masuk ke MOI & beliin tiket dulu buat gue! Jadi, begitu sampe MOI, gue langsung masuk teater karena film sudah dimulai (untungnya, belum terlalu lama). Two thumbs up buat film ini, ga heran memenangkan 8 Oscar!

Ringkasan ceritanya tentang seorang pemuda miskin bernama Jamal Malik yang memenangkan 10 Juta Rupee dalam acara kuis Who Wants To Be A Millionaire (versi Indonesia, dipandu Tantowi Yahya). Aslinya di India, kuis ini dipandu oleh Amitabh Bachchan, tetapi di film diperankan oleh aktor yang mirip (entah karena film ini ga sanggup bayar Amitabh Bachchan, or karena si Amitab Bachchan ga mo berperan jadi pemandu kuis yang "paranoid" itu he
hehe). Slumdog itu ternyata artinya anjing kumuh, sebutan untuk gelandangan. Karena Jamal seorang slumdog, si pemandu kuis curiga Jamal curang sehingga memanggil polisi. Kasian banget deh si Jamal sampe disetrum, disiksa oleh polisi. Dari adegan ini, di India gue rasa ga berlaku azas "praduga tak bersalah" tetapi sebaliknya: "praduga bersalah" sampai tersangka terbukti tidak bersalah. Film ini penuh flashback yang menceritakan kisah masa kecil & remaja Jamal yang membuatnya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam kuis. Berikut pelajaran yang bisa diambil dari adegan-adegan yang ada:

1. Pertanyaan pertama dari kuis: "Siapa aktor India terkenal tahun 70-an?" Jam
al bisa jawab karena di masa kecil, Jamal lagi berlama-lama "nongkrong" WC umum, sampe kakaknya (Salim) yang terima bayaran dari WC umum, harus kehilangan pelanggan yang mo pake tuh WC. Salim bete dan mengunci Jamal di WC waktu ada helikopter yang mengantar Amitabh Bachchan ke kampung kumuh mereka. Akhirnya, Jamal dengan menatap foto Amitabh Bachchan, membulatkan tekad keluar dari lobang pembuangan kotoran manusia! Dengan badan penuh kotoran dari ujung kepala sampe kaki, Jamal berhasil mendekati Sang Idola tanpa kesulitan karena semua orang yang berkerumun langsung menyingkir & memberi jalan buat Jamal yang berlumuran kotoran meminta tandatangan sang idola hahahaha ini adegan sangat kocak. Gue kagum ama kecerdasan Jamal dan yang pasti: SEMANGAT TIDAK MENYERAH SAMPE MENDAPATKAN APA YANG DIINGINKANNYA DENGAN MENGORBANKAN DIRINYA SENDIRI. Dari kecil aja udah begini, gue sangat antusias menyaksikan pelajaran-pelajaran berikutnya dari seorang Jamal. Sebenarnya, Salim (kakak Jamal) juga punya semangat mendapatkan apa yang diinginkannya tapi dengan cara mengorbankan orang lain! (ia menjual foto bertandatangan artis yang notabene milik Jamal itu). Di sini udah mulai tampak perbedaan karakter kedua kakak-beradik ini.

2. Pertanyaan kuis kedua, gue lupa tapi sangat gampang tapi justru Jamal ga bisa jawab dan menggunakan bantuan "ask the audience" (yang suka nonton kuis ini, pasti ngerti maksudnya). Sang Inspektur polisi yang memeriksanya berkata, "Anakku yang umur 5 tahun aja bisa menjawabnya, kenapa kamu ga bisa?" Jamal menjawab dengan memberikan banyak pertanyaan balik kepada inspektur yang tak satu pun bisa dijawab si polisi dan akhirnya Jamal mengatakan "Semua anak umur 5 tahun di daerahku bisa menjawab itu." Pelajaran: Tiap orang unik karena dibesarkan dari latarbelakang keluarga, pendidikan dan ekonomi yang berbeda-beda. Seseorang yang pandai di satu bidang, belum pasti pandai di bidang yang lain, dan sebaliknya. Don't judge a book by it cover kayaknya berlaku di sini deh.

3. Ada pertanyaan, "Apa yang dipegang oleh tangan patung Rama?" Ini melempar penonton ke adegan Jamal kecil sedang main bersama Salim sementara ibunya mencuci baju di sungai. Tiba-tiba ada kerusuhan mencekam antara pengikut Hindu-Islam. Jamal menyaksikan ibunya meneriakinya untuk lari menyelamatkan diri dan dengan mata kepalanya, ia menyaksikan ibunya dibunuh. Ketika ia dan Salim melarikan diri, ia bertemu patung Rama (or anak kecil yang dijadikan patung ya?), kejadian itu sangat terekam otaknya karena ia jelas melihat Rama itu menggenggam apa. Jamal dengan sedih berkata di depan polisi, "Aku berharap seandainya aku tidak tahu jawaban pertanyaan itu. Jika waktu itu aku tidak bertemu Rama, mungkin ibuku masih hidup." Lanjutan kejadian itu, Jamal & Salim berjumpa dengan Latika, anak perempuan gelandangan yang kehilangan keluarganya gara-gara kerusuhan. Salim tidak ingin membawa Latika sementara Jamal yang lembut hati tidak tega menyaksikan Latika kehujanan dan mengizinkannya bergabung. Akhirnya mereka bertiga hidup sebagai gelandangan. Pelajaran: Jangan biarkan kesulitan hidupmu menghalangimu merasakan kesulitan orang lain. Konsep Jamal: "Menggandeng orang lain yang sedang kesulitan akan membagi dua kesusahan (mengurangi kesulitan)." Sementara konsep Salim: "Kesulitan orang lain akan membuat kesulitan hidup kita bertambah jadi double." Yang mana konsep gue & lu? ^_^

4. Pertanyaan "Siapa pengarang lagu ... ?" (gue lupa hihihi). Jamal mengingat masa kecilnya sebagai 3 slumdog yang "ditemukan" oleh Maman. Mulanya mereka berpikir kalo Maman seorang malaikat padahal mereka sedang direkrut buat jadi pengemis jalanan (kayak di Jakarta banget gitu loh). Nah, Maman punya rencana khusus buat anak yang mampu nyanyi (salah satunya Jamal). Salim ga bisa nyanyi tapi punya bakat jadi mafia jadi Maman mengangkatnya untuk ngatur anak-anak lain. Salim liat dengan mata kepalanya sendiri salah seorang anak yang sangat pandai nyanyi, dibius lalu matanya dikasih air keras dan dikorek. Ketika Salim muntah-muntah, Maman menyuruhnya memanggil Jamal. Salim yang kaget disuruh Maman memilih mo jadi gelandangan or mo jadi seperti dirinya yang "laki-laki sejati". Salim mengangguk dan memanggil Jamal yang lagi latihan nyanyi ama Latika. Jujur gue deg-deg-an banget menyaksikan adegan ini. Jamal ditanya mo nyanyi lagu apa (Latika ngintip di luar gedung). Jamal sebutkan judul lagunya, dan Maman tersenyum sambil bilang pengarang lagu itu. Ketika Jamal nyanyi, Maman kasih kode ke Salim untuk ambil cawan berisi air keras (buat membutakan mata Jamal). Salim ambil air keras dan tiba-tiba ia melempar air keras itu ke muka bawahan Maman. Salim lari sambil teriak nyuruh Jamal ikut lari. Latika di luar pun ikut lari bersama mereka. Salim tidak berhenti sampai ia naik ke sebuah kereta api yang berjalan dan Jamal pun berhasil mengikutinya naik. Latika berhasil menggenggam tangan Salim tetapi Salim yang licik melepas tangan Latika sehingga akhirnya Latika tertangkap oleh Maman, dkk. Pelajaran: Salim licik dan akan berbuat apa saja demi keselamatan diri dan adiknya. Gue agak merinding menyaksikan adegan ini soale gue mikir kalo gue dihadapkan pada kasus yang mirip, apa pilihan gue? Apa gue akan mengorbankan orang lain untuk keselamatan gue & keluarga? Gpp orang lain tertangkap, gpp mengumpankan orang lain, yang penting diri sendiri & keluarga aman? Di saat darurat dan sulit menyelamatkan semua pihak, apakah gue akan membuat prioritas seperti Salim?

5. "Foto siapa yang tercetak di uang 100 US Dollar?" Semua orang ga ada yang percaya Jamal seorang miskin dan tukang saji teh (Chaiwallah) bisa mengetahui jawabannya, dari mana Jamal bisa tau? Emangnya dia pernah liat uang 100 USD? Adegan bergulir ke masa Jamal remaja yang gelandangan dan terdampar ke deket Taj Mahal. Banyak adegan kocak di sini, mencerminkan lagi kontrasnya karakter Jamal yang jujur dan Salim yang culas dalam hal sama-sama mencari uang buat hidup. Jamal jadi tour guide, tukang foto, kerja di resto, dll. Paling berkesan buat gue adalah Jamal mengajak orang bule dari Taj Mahal ke "binatu terbesar di dunia". Buset deh, si Jamal ngajak turis liat orang India lagi rame-rame nyuci & jemur baju di kampung yang kumuh (kreatif banget ya?). Sementara Jamal lagi mengajak turis keliling, Salim mengerahkan para pemuda kampung untuk mempreteli mobil si turis (jadi kayak gembong pencuri kendaraan bermotor di indonesia gitu). Jamal shock ketika mengantar turis kembali dan melihat mobil tinggal rangkanya doang. Dia digebuki oleh pemandu lokal yang mendampingi turis selain dirinya. Jamal berkata, "Jika kamu ingin melihat India, beginilah India yang asli." Bule wanita kasian ama Jamal dan menyuruh suaminya memberikan uang tips untuk Jamal. Di situlah Jamal mendapat uang 100 USD. Jamal tidak pernah membelanjakan uang itu. Tetapi Jamal terus mencari Latika, dan bertemu dengan seorang pengamen buta yang sedang menyanyi. Jamal memberikan uang 100 USD ke anak itu. Awalnya si buta mencium uang itu lalu menanyakan nominalnya. Ketika Jamal menyebutkan 100 USD, si buta menguji, "coba ceritakan gambar yang tertera di uang itu." Jamal menyebutkan ciri-ciri orang yang tercetak di uang itu. Anak buta itu langsung berteriak, "Benjamin Franklin! Kau tidak membohongiku, sahabatku Jamal." Anak itu ternyata mengenali suara Jamal dan mengatakan kalo Jamal sangat beruntung berhasil melarikan diri dari Maman sementara dirinya tidak seberuntung Jamal. Jamal mendapat info di mana Latika dari anak buta itu. Pelajaran: Berbelaskasihanlah kepada semua orang yang tidak seberuntung dirimu. Jamal yang miskin masih bisa memberikan uang 100 USD ke seorang anak buta padahal kalo dipikir lagi, sebenarnya Jamal mungkin bisa menggunakan uang itu untuk dirinya sendiri, ia memilih memberikan uang itu kepada orang lain. Akhirnya Jamal & Salim berhasil bertemu Latika yang sedang belajar menari di rumah prostitusi. Salim yang dari kecil udah bakat preman, dengan tak ragu sedetikpun, membunuh Maman dengan pistol. Mereka bertiga kabur dengan membawa uang Maman. Salim pergi melaporkan dirinya sudah membunuh Maman ke gembong mafia dan akhirnya ia diangkat jadi kaki tangan mafia itu. Salim kembali ke hotel tempat Latika & Jamal berada, lalu memaksa Jamal pergi dari hotel dengan menodongkan pistol ke kepala Jamal. Latika yang tidak ingin Jamal dibunuh, mengalah dan membiarkan dirinya bersama Salim.

6. Ada pertanyaan "Siapa yang memenangkan pertandingan ...?" (gue lupa lagi pertanyaannya hehehe). Ini melempar Jamal ke momen ia berjumpa lagi dengan Latika yang sudah menjadi istri simpanan si gembong mafia atasannya Salim. Si gembong akhirnya nonton pertandingan tapi karena Jamal hanya konsen pada Latika, ia tidak memperhatikan pertandingan dimenangkan oleh siapa. Lalu pikiran Jamal juga berlanjut ke Latika yang ingin lari bersamanya di stasiun tapi tertangkap oleh Salim dan antek-antek si gembong mafia. Pipi kiri Latika terluka oleh pisau Salim. Semua masa lalunya, tidak ada yang membawanya ke jawaban dari pertanyaan yang diajukan padanya. Ketika di toilet, waktu jeda, Jamal bercakap-cakap dengan sang pemandu kuis. Jamal mengakui bahwa ia tidak mengetahui jawabannya dan ia akan gagal. Si pemandu kuis menyakinkan Jamal bahwa Jamal pasti menang, lalu ia keluar dari tolet. Jamal yang mo cuci tangan melihat di kaca wastafel huruf "B" yang ditulis oleh si pemandu kuis dengan uap panas air wastafel. Jamal kaget banget. Dia kembali ke "kursi panas" dengan ditonton banyak orang dengan wajah linglung. Dia menatap si pemandu kuis dan mengatakan tidak tahu jawaban apa yang harus diberikan, dia minta bantuan "50-50" dan yang dihilangkan oleh komputer adalah pilihan A & C. Kasian banget deh si Jamal. Gue mikir wajar kalo Jamal jengkel. Kekerasan hatinya membuatnya "menolak" dan memilih jawaban yang bertolakbelakang ama "bocoran dari si pemandu kuis".


Masih banyak lagi yang bisa dipelajari dari film ini. Gue pengen nulis tapi kayaknya udah kepanjangan. Kalo dipikir-pikir ide cerita film ini mirip dengan Tetraloginya Laskar Pelangi si Andrea Hirata. Orang yang punya mimpi, berani memperjuangkan bukan hanya mimpinya tapi juga cintanya. Tujuan Jamal ikut kuis Who Wants To Be Millionaire adalah agar Latika (orang yang dicintanya sejak kecil) menemukannya. Cinta Jamal benar-benar membuat gue geleng-geleng kepala, ia tetap menantikan Latika setelah ia menjadi milyuner, bahkan setelah Latika jadi istri simpanan seorang gembong mafia Hongkong eh India denk hehehe.

Pertanyaan yang muncul: bagaimana lingkungan yang buruk itu tidak mampu menghilangkan karakter Jamal yang seperti berlian ini? (si Jamal ini ga pernah dishoot sedang sholat loh). Gue melihat satu hal yang indah: Jamal tidak pernah melenyapkan masa lalunya, ia mengingat semuanya dan belajar bertumbuh melalui masa lalunya sehingga akhirnya ia mampu mengolah masa lalunya menjadi batu loncatan menuju kesuksesan di masa depan. Pertanyaan terakhir gue: adakah pria seperti Jamal di dunia realita ini? Kalo ada, tolong dipaketin 1 ke rumah gue (nti gue mati-matian ajarin bahasa indonesia deh) hahaha... Petuah HM ke gue bergaung di telinga: pria impian seperti itu, yang riil pasti belum lahir ke dunia atawa udah mati, booo...