Selasa, 25 November 2008

First Adam vs Second/Last Adam


Seorang anak Sekolah Minggu bertanya, “Apakah Adam mempunyai pusar seperti semua manusia sekarang?” Pertanyaan itu mungkin terdengar lucu dan kurang Alkitabiah. Tetapi coba dipikir sejenak. Pusar adalah suatu bekas luka yang terbentuk dari sambungan melalui tali pusar (tali umbilikal) ke ibu. Setelah lahir, tali tersebut dipotong dan tempatnya menempel ke badan bayi, mengerut serta membentuk bekas luka yang disebut sebagai pusar. Alkitab mengatakan bahwa Allah menciptakan manusia pertama, Adam dengan membentuknya dari debu dan tanah lalu menghembuskan nafas hidup padanya. Bila Adam tidak dilahirkan oleh seorang perempuan, dia tidak akan punya tali pusar, Adam tidak ada bekas luka dan berarti tidak punya pusar.

Allah menciptakan Adam pertama sempurna, sesuai dengan gambar dan rupa-Nya. Tidak adanya pusar menunjukkan ia diciptakan dengan cara yang berbeda dengan manusia setelahnya dan istrinya. Mereka tidak berdosa ketika diciptakan. Allah memperlengkapi Adam dengan akal-budi. Dengan akal budi itu, Adam memelihara taman Eden ia juga memberi nama seluruh hewan dan tumbuhan yang ada. Adam sangat sibuk menggunakan akal-budinya untuk sesuatu yang baik di mata Allah.

Tetapi kemudian Adam masuk dalam jebakan “dari mata turun ke hati”. Adam memilih menuruti istri dan menggunakan akal-budinya untuk meladeni Iblis. Kejadian 3:6 memberitahu bahwa “Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.”

Tingkatan yang dilakukan Adam: 1. Melihat; 2. Mendiamkan istri mengambil; 3. Menerima pemberian istri; 4. Memakan. Mungkin tidak tertulis Adam mengingini tetapi dengan akal-budinya, Adam punya kemampuan untuk menolak sesuatu yang di luar keinginannya. Jadi, Adam secara sadar memilih mendengarkan omongan Iblis, mendapatkan yang diingininya, walaupun itu berarti melawan perintah Allah.

Ibarat ada seorang ibu kaya yang melahirkan seorang anak. Dengan tulus ibu itu memberikan larangan supaya anak itu tidak mengambil uang di kotak tak terkunci, tetapi semua harta di rumah boleh digunakan si anak. Lalu ada tetangga yang iri hati dan menghasut si anak bahwa ibu itu memberikan larangan hanya karena ia takut si anak akan menjadi sekaya si ibu. Lalu si anak memilih mengikuti omongan tetangga daripada ibunya. Ia mengambil uang dalam kotak dengan harapan ingin menjadi kaya seperti si ibu. Kalau Anda jadi si ibu, apa perasaan Anda? Kemungkinan luar biasa sedih, kecewa, jengkel, sakit hati, tertolak, diabaikan, marah dan tidak habis pikir kenapa anak itu begitu. Kisah yang sangat tidak masuk akal-kah? Tapi mirip dengan itu yang terjadi dalam hidup manusia dan Penciptanya. Adam lebih memilih mempercayai omongan Iblis demi mendapatkan sesuatu yang ia inginkan walau itu berarti melawan dan menolak Sang Pencipta.

Allah mengatakan manusia akan mati jika melanggar perintah-Nya. Dan itulah yang terjadi, manusia memang tidak langsung mati secara fisik, tetapi manusia terpisah dari Allah (kematian rohani karena manusia terdiri dari fisik dan roh). Tidak ada satu pun manusia yang lolos dari kematian fisik, manusia pasti kembali menjadi debu dan tanah. Semua manusia yang hidup setelah Adam, lahir dari seorang perempuan, mereka memiliki pusar adalah salah satu bukti bahwa mereka mewarisi dosa keturunan. Dalam Roma 5:12, Paulus mengatakan, “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.

Iblis mungkin tertawa terbahak-bahak ketika Adam mengikuti sarannya ketimbang perintah Allah. Iblis bersorak ketika Allah menjatuhkan hukuman, Iblis yakin dapat memperbudak manusia dalam kekekalan neraka. Dengan mengeluarkan seringai kemenangan, Iblis melirik Allah, berharap menyaksikan Allah yang menatap sedih atau marah dan tak peduli pada manusia lagi. Apakah Allah merasakan kesedihan seperti si ibu dalam kisah di atas? Tanpa bermaksud menurunkan citra Allah, YA, Allah dapat merasakan kesedihan akibat pemberontakan ciptaan-Nya. Tapi sesungguhnya, Allah Maha Kuasa dan Maha Tahu. Ia tidak terpekur sedih tak berdaya atau marah dan membuang manusia seperti yang diharapkan Iblis. Allah menatap ke depan dengan suatu senyum misterius. Allah menyadari bahwa Adam pertama telah gagal, tetapi mata Allah sedang memandang jauh ke masa depan di mana Adam Kedua (atau Adam Terakhir) tak akan pernah gagal melakukan perintah-Nya. Siapakah Adam Kedua (Terakhir) itu?

Gordon Lewis dan Bruce Demarest mengatakan, “Kelahiran Yesus yang melampaui kondisi alamiah menunjukkan bahwa Dia bukanlah salah seorang anggota dari keturunan Adam yang rusak moral, terhukum dan terasingkan, melainkan adalah Kepala dari suatu tatanan baru yang terdiri dari mereka yang telah menjadi ciptaan baru karena anugerah Allah.”

Dengan kata lain, Yesus Kristus adalah Adam Kedua. Allah merelakan Putera Tunggal-Nya datang ke dalam dunia menyelamatkan manusia dengan mati di kayu salib bagi tiap orang yang mau percaya kepada-Nya (Yoh 3:16). Apakah Allah tidak ada cara lain untuk menyelamatkan ciptaan-Nya? Analoginya: Kita tidak akan berhasil menolong seseorang yang sudah tenggelam ke dasar laut yang mematikan jika hanya berteriak, “Berenanglah!” atau “Ini pelampung, pakai dan menepilah” atau “berdoalah agar selamat”. Untuk menolong orang sekarat itu, kita perlu turun dan mengangkatnya sehingga ia dapat hidup. Allah di dalam diri Yesus Kristus telah melakukan seperti analogi ini. Selain Yesus Kristus, tak ada satu pun manusia dapat menjadi Sang Penyelamat karena dalam Roma 3:10&23 dikatakan, “Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” Lihatlah tabel perbandingan di atas.

Adam Kedua (Yesus) yang merupakan Allah sendiri harus menjalani proses kehidupan di dunia ini sebagai manusia 100% dan Allah 100%. John Hendri Foh berkata,

Yesus Allah sejati karena berasal dari Roh Kudus dan manusia sejati karena berasal dari Maria. Ke-Allahan-an-Nya (Godhead) tidak berkurang karena persatuan dengan sifat manusia. Demikian pula kemanusiaan-Nya tidak bertambah (menjadi ilahi) karena perpaduan dengan sifat Allah. Jika Yesus hanya bernatur Allah saja, tentu Dia tidak dapat jadi Penyelamat karena Allah tidak dapat mati. Tetapi seorang Penyelamat juga harus Allah sejati karena tidak ada yang dapat menaklukkan kuasa kematian selain diri Allah yang tidak mungkin mati.”

Ini sulit diterima akal-rasio manusia, tetapi karunia-Nya menolong orang-orang pilihan-Nya menerima hal di luar akal manusia. Adam Kedua harus mencicipi sengat maut (kematian), bukan disebabkan karena kesalahan-Nya, melainkan karena Dia memberi diri-Nya menggantikan tempat manusia yang seharusnya menerima hukuman Allah. Betapa luar biasa kasih dan pengorbanan-Nya bagi manusia! Natal adalah langkah awal usaha penyelamatan yang dilakukan Allah bagi manusia. Kristus, Adam Kedua adalah hadiah terindah yang Allah berikan untuk manusia, apakah yang dapat diberikan pada-Nya dan sesama di Natal kali ini? Selamat Natal, Selamat meneruskan jejak Adam Kedua menjadi berkat bagi yang membutuhkan.

1 komentar:

Pancha W. Yahya mengatakan...

Renungan yang bagus. Mengalir dan berbobot. Memang mestinya bukan saya yang menulisnya (untuk Lampros), soalnya kamu sendiri bisa melakukannya kok! Keep on writing for Christ!