Rabu, 25 Februari 2009

The Value of A Good Idea

Itu judul bab 10 dari buku Bill Hybels yang berjudul ax.i.om [ak-see-uhm] yang dijadikan pegangan KTB coreteam, KTBnya para hamba Tuhan (oya, Bill juga ngarang buku lain yang berjudul Courageous Leadership). Nah, pagi ini kami seperti biasa mendiskusikan apa yang dapat kami terapkan sebagai pemimpin di yayasan tempat kami melayani bersama.

Dari sharing Bill Hybels, gue mencatat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pemimpin berkaitan dengan good idea, yaitu:
1. Mencari ide = mencari kehendak Allah. Itu membutuhkan kerjasama antara Allah dengan kita, yaitu: menyediakan waktu mendengarkan suara Allah dan dengan rendah hati, membiarkan Allah memakai semua hal yang dititipkanNya pada kita untuk mengeluarkan ide itu (termasuk otak dan hati kita). Kami sempat mendiskusikan: seberapa jauh sebuah ide disebut orisinil? Apakah kalo ide itu berasal dari gabungan-gabungan buku dan media lain yang diserap otak kita, itu bukan ide yang orisinil? Apakah hanya ide dari Tuhan saja yang seakan orisinil? Kami kembali ke kitab pengkhotbah: "Tidak ada sesuatu yang baru di bawah matahari. Yang sekarang ada, dahulu sudah ada. Hanya Tuhan yang sanggup menciptakan sesuatu dari yang 'benar-benar' baru." Jadi, jangan kuatir apakah ide itu orisinil dari dalam diri karena melihat fakta, berita, informasi dari buku, dll, yang penting bagaimana mengolah ide tersebut sesuai kebutuhan yang dihadapkan pada kita. Paling penting adalah cari kehendak Tuhan dengan sikap rendah hati (ini mengantar ke poin berikutnya).

2. Seorang pemimpin tidak harus menjadi pencipta/pencetus ide terus-menerus, tetapi harus mampu menstimulasi agar orang lain dapat menciptakan ide-ide lalu memfasilitasi agar ide-ide orang lain berkembang menjadi semakin tajam dan fokus dalam penerapannya. Leaders traffic in idea creation. Untuk itu, diperlukan sikap kerendahan hati, keterbukaan dan kemampuan negosiasi yang baik dari seorang leader. Original idea kadang perlu dipertajam, dipoles, didiskusikan ulang dengan cara yang tepat sehingga tidak mematikan ide/meruntuhkan semangat si pencetus ide. Sebenarnya di sini gue melihat lagi rasa aman (tingkat security) seorang pemimpin atau pencetus ide itu harus besar. Gue ambil contoh waktu gue pelayanan ke kalimantan. Udah cape-cape bikin acara bertiga, lusa sudah mo go to Kalimantan, eh tiba-tiba GM ngomong panjang-lebar ke gue tentang acara rekonsiliasi yang kami (tim) rencanakan. Abis dia ngomong, besoknya, gantian, pendiri yayasan dateng ngomong ke gue, isi pembicaraan mirip (bayangkan, besoknya kami harus go to Kalimantan). Awalnya gue pikir, "Wah, mereka ini sangat kuatiran, di mana mereka mo kasih Tuhan berperan dalam pelayanan milik Tuhan ini?" Tapi gue ga ngomong begitu sih ke mereka hehehe, gue hanya mengkomunikasikan alasan semua ide dan keputusan yang diambil selama ini. Lalu sebagian ide mereka yang emang bagus & bisa dijalankan, yah akan dijalankan. Sisa "ide mereka" yang juga bagus, akan menjadi rambu-rambu bagi kami untuk peka mendengarkan perintah Roh Kudus langsung di lapangan (dengan kata lain, kami bersedia wait & see). Thanks God, mereka berdua adalah orang-orang yang terbuka dan mau mendengarkan pendapat dan beban orang lain juga. Gue beruntung menghadapi orang-orang yang berpikir panjang tapi tetap terbuka, tidak mematikan ide orang lain. Mereka mendoakan kami dan puji Tuhan, ide itu akhirnya jalan dengan sangat baik, kami sama-sama melihat karya Tuhan yang luarbiasa. Kasus ini memberi contoh bahwa WALAU salah satu pihak yakin akan idenya berasal dari Tuhan, tetap perlu mendengarkan pendapat orang lain yang kita tahu mereka pun berusaha mendengarkan Tuhan. Ciri orang yang mendengarkan Tuhan adalah rendah hati dan siap menarik ide yang dilontarkan jika ternyata bukan dari Tuhan. Waktulah yang akan menguji baik orangnya maupun idenya.

Gue rasa 2 poin di atas udah cukup panjang dijabarkannya ya. Kesimpulan gue: 1. Ide yang bagus perlu didukung, 2. Ide bisa dikatakan bagus atau tidak, sesuai kehendak Tuhan atau tidak, kadang perlu diuji oleh waktu dan kesempatan untuk trial & error (butuh disiplin, komitmen dan kerendahan hati), 3. Ide yang "kurang" bagus, sediakanlah waktu untuk brainstorming dengan sekelompok leader (libatkan para decision maker sejak awal, jangan di akhir doang) yang punya hati dan otak, maksudnya: otak untuk mempertajam ide menjadi lebih down to earth PLUS hati untuk menyampaikannya dengan mempertimbangkan perasaan banyak pihak.

Yah gitu aja deh, tulisan ini mengutarakan isi hati gue yang penuh syukur karena berada di ladang pelayanan yang membuat gue bertumbuh, bukan hanya karakter, tapi juga skill dengan memberikan banyak kesempatan dan juga batasan. Peace... Peace... ^_&

Tidak ada komentar: