Senin, 14 April 2008

Kembang Tidur

Sabtu dini hari gue ada di ruangan yg besar dan tinggi dg dinding kaca, keren deh kyk rumah kaca. Mata gue dg sukacita menatap pemandangan di luar yg serba biru bersih kyk air laut, kemudian gue sadar bhw itu bener2 air yg naik, naik, makin tinggi, makin tinggi dan pikiran gue langsung disentak dg 1 kata: BANJIR!! Berhubung gue ga bisa berenang, yg gue pikirin adalah lari ke tempat yg lebih tinggi utk menghindari air yg makin tinggi.

Perasaan mencekam muncul krn melihat air naik dg sangat cepat. Waktu gue lari bersama org-org, gue sempet nengok ke luar dinding kaca, mo liat langit. Dan gue ga bisa liat langit! Kenapa? Krn ada air tinggiiiiii banget spt tembok menjulang ke langit. Gue kaget luar biasa dan langsung lemes krn sudah tau bencana apa sdg terjadi. TSUNAMI!!!! Gila deh, dalam ketakutan itu gue berteriak, "Tuhan Yesus, kalo aku hrs mati ya mati deh." Gue terpaku krn tau tdk ada apa2 yg bisa gue pegang, lari pun ga bisa, ngeri banget rasanya membayangkan dinding kaca akan ambruk pecah diterjang dinding air yg mengamuk.

Dalam saat yg sgt menegangkan, klo di film2, itu klimaks tuh (^_^) eh gue terbangun dari mimpi. Krn hari masih gelap, gue tidur lagi dg hati penuh syukur bhw itu cuma mimpi. Pagi ga mikirin mimpi. Malem ikut persekutuan pemuda di gereja dan ada jemaat yg dtg dari Papua, pulau Biak yg rawan dg gempa. Gue jadi cerita ttg mimpi gue krn walau jangankan ngalami bencana alam langsung, ngalami di mimpi aja, udah sangat menakutkan. Dgr sharing gue, penginjil pembina KP pun sharing bhw dia pun mimpi wkt tidur sore di hari yg sama, ttg banjir dan dia naik perahu sambil kebingungan krn dia ga bisa berenang juga.

Kami berdua saling berpandang-pandangan dan sambil ketawa mengatakan bhw "Tuhan sudah kasih tanda mungkin spy kami berdua sama-sama belajar berenang." Hahaha itu cuma guyon walau ada benernya juga :D Kenyataannya, secara pribadi buat gue, mimpi itu kembali menyadarkan gue bhw hidup ini singkat. Bencana bisa dateng setiap saat, mati-hidup gue ada di tangan Tuhan. Gue ga bisa dg santainya mengatakan ttg tdk takut mati, dsb, krn perasaan ngeri ketika berhadapan langsung dg bencana, itu bnr2 sukar dilukiskan dg kata. Perasaan diri kecil dan tdk berdaya di hadapan alam yg sedang mengamuk, apalagi di hadapan Tuhan Allah Sang Pencipta pada waktu gue dtg menghadapNya di akhir hidup gue yg fana di dunia. Krn hidup itu singkat, mari isi hidup ini dg hal-hal yg tdk akan kita sesali di kehidupan kekal...

Tidak ada komentar: