“You
are whom you be friend with.” Kamu adalah dengan siapa kamu berteman.
Dengan kata lain: teman2mu mencerminkan siapa kamu yang sesungguhnya.
Karena teman atau orang yang di sekitar kita itu menjadi cermin yang
memantulkan diri kita. Amat bahaya jika cermin itu sesat atau tidak
mampu memantulkan kebenaran yang sesungguhnya. Rusaklah pandangan kita
akan diri kita jika terlalu sering mendengarkan dan mempercayai cermin sesat.
Hati-hatilah dengan siapa kau berteman (atau berkoalisi?). Ada yang
bilang “Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” Karena
manusia bukan Tuhan yang tidak dapat salah/khilaf. Manusia bisa dengan
mudah menjadi subyektif dan tidak lagi obyektif demi kepentingan pribadi
yang dibungkus demi kepentingan orang banyak, bahkan lebih jauh: demi
kepentingan bangsa & negara.
Pesta
demokrasi dalam wujud pilpres sudah dilakukan 9 Juli kemarin. Tapi
kedua belah pihak capres-cawapres sama2 mengklaim kemenangan versi
quickcount yang berbeda dan ini menggelisahkan banyak orang. Sebaliknya,
situasi ini justru yang dinantikan orang2 yang akan memancing di air
keruh untuk menggemukkan dompet/pundi2 mereka melalui
ketidakstabilan/keraguan yang muncul.
Kedua capres-cawapres
selayaknya menunjukkan bahwa mereka betul2 kandidat pemimpin bangsa yang
mampu mengendalikan para pendukungnya untuk menghormati hasil resmi
yang akan diumumkan oleh KPU 22 Juli mendatang. Bukan sebaliknya,
dimanfaatkan, disetir oleh para pendukungnya. Tentu prinsip politikus
yang “tulus seperti merpati” harus dibarengi dengan “cerdik seperti
ular” mendoakan & mengawal KPU, TNI, Polri & Presiden SBY
sebagai pihak netral/institusi negara yang sah (yang sebetulnya sebagai
individu, tidak dapat betul2 netral karena mereka pun punya hak pilih
masing2 alias kagak golput).
Untuk instrospeksi aja: “siapa teman2 kita?”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar