Senin, 13 Juni 2011

Guruku Sang Pengamen

Beberapa hari yang lalu sepulang pelayanan kampus, aku ketemu pemuda yg ngamen di bis kota. Kutimang2 sekotak kopi cair nescafe di tas-ku. Kupikir perjuanganku yang harus melayani lagi sampe larut malam akan membutuhkan energi extra dari kopi. Tapi akhirnya ketika pengamen itu menyodorkan kantong plastik untuk meletakkan uang receh, sambil senyum kutawarkanlah sekotak kopi tersebut, "mas, mau ini ga?" dan senyumnya langsung merekah sumringah, mengatakan "mau, terimakasih banget ya mbak." Dia mengulang kata itu berkali-kali. Kemudian setelah slesai ngedarin kantong sampe bangku terakhir, dia kembali padaku & bilang TQ beberapa x lagi sambil mendoakan keselamatanku dalam perjalanan. Terus dia pergi dan aku ga nengok-nengok lagi sampe ternyata dia masih di belakang & begitu mo turun, dia nyamperin aku, pamit sambil bilang makasih lagi, mukanya bahagia banget.

Malamnya, kejadian tadi membuatku merenungkan. Gila, dia bisa tersenyum & merasa sangat berterimakasih dengan bahagia, kelihatan banget sukacitanya hanya karena sekotak kopi cair seharga 3200rp. Dalam hati aku mulai bertanya, apa yg membuatku bisa berulang-ulang mengucapkan terimakasih dengan sukacita yg meluap-luap? Kalo sekarang ini aku & adik2 bisa mulai pindahan rumah ke kontrakan, itu benar-benar anugerah God karena rumah lama ga perlu roboh semuanya dulu untuk kami renovasi. Tapi ketika menjalani anugerah itu, sikap eksternal ternyata sangat mempengaruhi emosi kami bahkan mulai mengurangi rasa syukur kpd Tuhan itu. Thx God, yang mengajarku bersyukur & bersukacita melalui seorang pengamen yang tahu bersyukur :) Keep CIA YOU day by day...

Tidak ada komentar: