Rabu, 22 Oktober 2008

Naaman: Panglima yang Kustanya Ditahirkan

Membaca bab yang ditulis Chuck Swindoll tentang Naaman menarik sekali. Gue cari-cari di Ensiklopedia Alkitab Modern ternyata kisah Naaman disinggung oleh Tuhan Yesus dalam Lukas 4. Di sana dikatakan bahwa ada banyak orang kusta di Israel tapi yang disembuhkan nabi Elisa hanyalah Naaman, orang Siria (atau Aram). Yesus juga menyebutkan dalam ayat sebelumnya bahwa ada banyak janda di Israek yang kelaparan tapi nabi Elia hanya diutus kepada janda Sarfat di Sidon. Ketika Yesus menyinggung topik ini, berarti ada suatu pesan yang penting ingin disampaikanNya. Keselamatan adalah untuk semua orang yang percaya Yesus Kristus Tuhan dan Juruselamat, tanpa orang itu orang Israel atau bukan. Renungkan Yesaya 55 untuk mengerti konsep ini.

Chuck Swindoll menyebut orang-orang ini sebagai para pencari Tuhan. Ada istilah "tepukan di pundak" bagi para pencari Tuhan. Tepukan di pundak itu mengandung undangan, peringatan, janji-janji dan kejutan-kejutan. Ini menunjukkan konsep pilihan Tuhan yang luar biasa dalam hidup anak-anakNya, jauh sebelum mereka percaya padaNya. Untuk dapat merespons "tepukan di pundak" itu, kita dapat belajar dari tokoh bernama Naaman.

Naaman adalah panglima perang yang sangat sukses, sering menang perang dan tentu saja disayang raja Benhadad. Tetapi Naaman ini sakit kusta. Ketika akhirnya Naaman datang ke Israel, ia memiliki kesalahan terbesar, yaitu: membawa harapan, rencana dan pikiran pribadi untuk kesembuhannya, misalnya:
1. Naaman berpikir ia dapat membeli kesembuhannya. Ini terbukti dari betapa luar biasanya "persembahan" yang dia bawa ke hadapan nabi Elisa. Konsep "tidak ada yang gratis di dunia" atau "duit tahu barang" menyatakan kalau kualitas sesuatu itu semakin baik, maka harga yang harus dikeluarkan untuk memiliki sesuatu itu tentu semakin mahal/besar. Konsep seperti ini membuat banyak orang sulit menerima sesuatu yang gratis.

2. Naaman berpikir kalau ia akan disembuhkan oleh orang berdosa lainnya. Ia tidak pernah berpikir akan berjumpa dengan utusan Tuhan Allah Pencipta alam semesta. Ia datang kepada raja Israel dan ia tahu kalau bangsa Israel mayoritas menyembah dewa-dewa asing dan tentu saja ini memberikan kesimpulan baginya bahwa Allah yang disembah Israel adalah Allah yang kurang berkuasa. Kalau Allah Israel berkuasa, kenapa pula orang Israel malah menyembah ilah lain. Konsep ini masih sering nampak di masa sekarang, banyak orang merasa terberkati kalau yang memberikan berkat itu pendeta (bukan penginjil). Banyak orang yang merasa disembuhkan dan keadaannya lebih baik jika didoakan pendeta dan bukan hanya penginjil. Padahal semuanya ini berkaitan antara manusia itu dengan Tuhan Allah sendiri. Hanya Yesus satu-satunya Perantara dan tidak ada jabatan atau posisi apapun yang dapat menggantikan relasi langsung antara kita dengan Pencipta.

Dari semua hal berkaitan dengan Naaman, para pencari Tuhan atau anak-anak Tuhan semua dapat belajar 4 tahapan/langkah sebagai berikut:
1. Akui: keberadaan diri yang penuh dosa. Hanya orang sakit yang menyadari kalau ia butuh kesembuhan. Hanya orang yang sadar kalau ia berdosa maka akan menyadari bahwa ia butuh keselamatan & penyucian Tuhan.

2. Dengarkan: suara-suara kebenaran. Tuhan bisa memakai perkataan orang-orang di sekitar kita. Tapi butuh kerendahan hati untuk mendengarkan itu. Naaman bersedia mendengarkan perkataan budak perempuan kecil, mendengarkan pegawai-pegawainya. Dan yang menarik adalah kalau orang-orang bawahannya dapat memberi masukan padanya berarti ada 1 kesimpulan bahwa Naaman sedikit banyak merupakan orang yang terbuka. Dia keras tetapi terbuka.

3. Stop jalan sendiri & Ikuti jalan Tuhan. Naaman harus menyetop jalan, rancangannya untuk mendapatkan kesembuhan dengan cara mengikuti jalan Tuhan yang dibukakan nabi Elisa. Kalau mau mengikuti jalan Tuhan, langkah pertama yang diambil adalah stop jalan sendiri.

4. Lakukan alias taat. Kunci ketaatan adalah iman, percaya sesuatu yang belum terlihat. Tetapi Tuhan biasanya memberikan kejutan-kejutan ketika kita taat. Naaman mendapat kejutan ketika dia disembuhkan. Betapa bodohnya cara pikirnya selama ini. Ini membuat dirinya memberi respons iman yang luar biasa waktu di bagian bacaan selanjutnya dikatakan bahwa ia hanya ingin menyembah Tuhan Allah Israel dan memohon ampun kalau seandainya ia harus menemani tuannya masuk menyembah dewa lain. Elisa tidak memberi pendapat apapun tentang pemikiran Naaman ini tetapi Elisa hanya mengatakan "Pergilah dengan selamat."

Keempat tahapan di atas selayaknya dijalani satu per satu jika tidak ingin ada ketimpangan dalam pertumbuhan rohani kita. Bisa saja ada orang yang loncat ke tahap 4 tetapi suatu saat ia harus kembali ke tahap 1. Sudahkah kita mengalami keempat tahap di atas?

Selasa, 21 Oktober 2008

Di Tengah Jalan

Tadi pagi di jalan yang sempit dan agak menikung, tiba-tiba mikrolet yang gue tumpangi berhenti. Sopir mikrolet gue ga bisa jalan, harus menanti sopir mikrolet dari arah lain yang sedang membuka pintu lalu memungut sesuatu dari jalan. Gue penasaran sekali apa yang dipungut oleh sopir itu dan herannya kedua sopir itu tertawa-tawa. Bikin penasaran aja... Ternyata si sopir itu memungut anak kucing dari tengah jalan dan kemudian meletakkannya ke atas batu tinggi di pinggir jalan.

Si anak kucing itu ga tau ada bahaya menghampiri. Kalo kucing dewasa upsss kucing gede, diklakson-in biasanya akan langsung lari menepi. Si anak kucing itu tidak demikian. Walhasil terpaksa orang yang bawa mobil harus turun dan mengangkat si anak kucing. Kalo ga, si anak kucing itu bisa tergilas. Heran deh, dengan manisnya si anak kucing berdiam di tengah jalan padahal bahaya mengancamnya dari segala arah.

Kejadian tadi membuat gue merenungkan bahwa hidup gue seperti si anak kucing itu. Gue ga tau bahaya yang ada di sekitar yang mengancam. Gue hidup di dunia ini sama seperti orang-orang lain. Ketika gue ga tau apa-apa, seperti anak kucing yang bengong di tengah jalan, tidak mengerti apapun, gue tidak bisa melakukan apapun alias tak berdaya.

Kemudian di situlah kejadian yang luar biasa di mana Allah yang hidup, mau repot-repot turun ke dalam dunia dalam diri Tuhan Yesus Kristus menyelamatkan gue, mengangkat gue dari bahaya ke tempat yang lebih tinggi, sampai suatu saat ketika gue kembali ke jalan, yang terjadi adalah gue udah lebih bisa waspada. Bedanya gue dengan si anak kucing adalah gue manusia yang diberi akal budi, bisa bersyukur dan mengerti. Dan yang membedakan si sopir angkot dengan Tuhan Yesus adalah si sopir angkot hanya mengorbankan sedikit waktu untuk mengangkat anak kucing tadi sementara Tuhan Yesus harus mengorbankan diriNya sendiri mati demi menyelamatkan gue. Tiada yang lain yang dapat gue persembahkan pada Yesus sebagai ucapan syukur gue, hanya hidup yang semakin hari semakin serupa Penyelamat gue, itulah bukti syukur dan kasih gue karena DIA sudah terlebih dahulu mengasihi gue...

Jumat, 17 Oktober 2008

Yusuf: Kereennn bangettt...

Hari ini gue selesai rapat sejak jam 7.30 pagi, gue ikut BGA di Sahabat Kristus yang membahas dari Kejadian 39-40 tentang Yusuf. Menarik sekali diskusi dan PA yang dibawakan oleh Ibu Ina ex-PPA. Di saat gue lagi rada mabok dengan tanggung-jawab yang bertambah yang selama ini berusaha gue syukuri sebagai wujud kepercayaan yang juga bertambah. Di sisi lain, gue ga bisa menyangkal kalo rasanya mabok dan stres melihat tumpukan deadline dan schedule sampe akhir November. Dan jujur gue ragu apakah memasuki Desember pun gue bisa menarik nafas lega.

Tetapi hari ini belajar dari sepenggal hidup Yusuf, gue mendapat banyak sekali. Kisah tentang Yusuf ini ditulis Musa dalam masa pengembaraan bangsa Israel menuju tanah perjanjian (Kanaan). Gue membayangkan apa ya respons pembaca pertama (bangsa Israel) ketika melihat kisah hidup Yusuf? Sedikit banyak kalo gue ada di posisi bangsa Israel, mungkin akan muncul hal-hal berikut:

1. Tuhan tidak pernah ingkar janji. Dia berjanji dan Dia menggenapi janjiNya. Perjanjian itu bukan sesuatu yang mudah. Di dalam sebuah perjanjian selalu ada kendala dan kesulitan. Yusuf mendapat banyak tantangan, kesulitan dan penderitaan sebelum akhirnya merasakan penggenapan janji Tuhan padanya. Bangsa Israel yang berada di padang gurun pun mengalami kesulitan dan tantangan tapi Tuhan menjanjikan tanah Kanaan dan Tuhan pasti akan menggenapinya. Ada suatu pengharapan ketika membaca kisah Yusuf bahwa karena mereka memilliki Tuhan yang sama maka mereka akan mengalami kemenangan seperti Yusuf pada akhirnya.

2. Tuhan hadir, exist, selalu menyertai Yusuf. Segelap apapun keadaan di sekitar Yusuf, ia tetap memandang kepada Tuhan. Yusuf memiliki focus of life yang jelas, hanya memandang pada Tuhan. Itu yang menolongnya memiliki semangat juang dan senantiasa mampu menjadi berkat bagi lingkungannya. Yusuf tetap terang di tengah kegelapan karena ia dekat dengan Sang Sumber Terang itu sendiri. Yusuf memiliki relasi yang intim dengan Tuhan makanya Tuhan selalu memberkati pekerjaan Yusuf di manapun. Teladan ini menolong bangsa Israel yang berada di gurun pasir untuk meyakini bahwa Tuhan pun selalu menyertai mereka. Segelap dan sesukar apapun yang harus mereka tanggung, kalau Tuhan menyertai, mereka dapat menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain.

3. Hidup penuh dengan ketidakadilan. Ketidakadilan menimbulkan kesengsaraan. Kesengsaraan dapat menimbulkan kehancuran dalam hidup manusia. Tetapi atas anugerah Tuhan, semua yang buruk itu dapat dipakaiNYA untuk menghasilkan ketekunan (endurance). Dan ketekunan itu menjadi cikal bakal sebuah kekuatan anak-anakNya. Yusuf mendapat anugerah Tuhan untuk tidak hancur dalam semua ketidakadilan yang dialaminya. Ia bertekun mengerjakan bagian yang dapat dilakukannya. Ia tetap memperhatikan kebutuhan orang lain di saat-saat ia sendiri punya masalah yang tidak diperhatikan orang lain. Tuhan sangat mengasihi orang seperti Yusuf. Bangsa Israel mungkin berulangkali berpikir alangkah lebih enaknya hidup di Mesir yang penuh dengan kenyamanan hidup dibandingkan di padang gurun. Alangkah tidak adilnya harus berputar-putar di padang gurun. Tetapi kalau mereka mampu bertekun mengerjakan bagian yang sudah Tuhan tetapkan, pada akhirnya mereka akan kuat di dalam Tuhan, sama seperti Yusuf.

4. Yusuf orang yang cerdas. Ia bukan orang yang pasif. Ia mampu melihat peluang. Ia menceritakan ketidakadilan yang dialaminya kepada orang yang "dipikirnya" tepat: juru-minuman dan juru-roti Firaun dengan harapan mendapat keadilan dan ia akan dikeluarkan dari penjara. Usahanya dan harapannya kepada manusia harus diruntuhkan terlebih dulu dalam pemandangan Tuhan, agar Yusuf benar-benar belajar bersandar dan mengakui hanya Tuhanlah yang berdaulat dalam hidupnya. Tuhan mengizinkan dia dipenjara karena suatu ketidakadilan, Tuhan pula yang berkuasa untuk mengeluarkannya dari situ. Gue sangat senang waktu menemukan hal ini. Karena di sini Yusuf menggabungkan antara iman dan usaha manusia. Rasanya di sini, Yusuf sangat manusiawi banget. Memang ketika manusia angkat tangan, di situlah Tuhan leluasa turun tangan. Tetapi prinsip dasar lain yang perlu dicamkan adalah: do the best and God will do the rest. Jangan harap Tuhan mengerjakan bagianNya kalau kita tidak mau mengerjakan bagian kita. Tuhan sudah menitipkan talenta pada diri kita untuk kita berdayakan semaksimal mungkin. Tetapi semua itu harus diserahkan kembali kepada Tuhan. Bangsa Israel juga sering tergoda untuk berusaha sendiri (bersandar pada diri sendiri) atau sebaliknya nyuruh-nyuruh Tuhan melakukan sesuatu sementara mereka hanya duduk di kursi goyang, tidak mau melakukan pekerjaan mereka.

5. Waktu Tuhan sering berbeda dengan waktu kita, tetapi jam Tuhan tidak pernah terlambat. Waktu Tuhan adalah yang terbaik. Pada akhirnya, setelah 2 tahun melupakan Yusuf, si juru-minuman ingat pada Yusuf. Tuhan tidak memakai "waktu Yusuf" tetapi tetap memakai "rencana Yusuf melalui si juru-minuman." Inilah indahnya bekerja dengan otak (menghargai talenta yang sudah diberi Tuhan) tetapi tetap menyerahkan hasilnya pada Tuhan. Menurut gue, kejutan manis seperti ini hanya dapat dirasakan oleh orang yang bersedia menunggu dengan tetap fokus memandang Tuhan. Tuhan sering membiarkan manusia menunggu karena dalam proses menunggu itu, Ia ingin anak-anakNya bersandar penuh padaNya. Menunggu adalah sesuatu yang tidak mengenakkan. Itu pribadi gue rasakan karena gue pada dasarnya ingin segala sesuatu serba cepat. Tetapi ternyata menunggu itu membuat kita punya kesempatan melihat karya Tuhan yang lebih indah dan diterima dengan ucapan syukur yang lebih dalam. Bagi bangsa Israel, menunggu pun pasti tidak menyenangkan tetapi ketika ada keyakinan bahwa jam Tuhan ga pernah terlambat, mereka pun dapat belajar dari Yusuf untuk sabar dalam penantian memasuki negeri yang dijanjikan Tuhan.

6. Tuhan hanya memilih sedikit orang. Yusuf hanya seorang diri di negeri yang asing. Bangsa Israel hanya bangsa yang kecil dibanding bangsa-bangsa lain. Tetapi yang sedikit dan kecil ini bila mau tetap memandang Tuhan, tetap dapat dipakai Tuhan untuk menjadi berkat bagi bangsa yang lebih besar. Kalau Yusuf bisa, kenapa bangsa Israel tidak bisa? Ini menjadi semangat baru bagi bangsa Israel yang merupakan pembaca pertama kisah Yusuf yang ditulis oleh Musa ini.

Wah kalo dipikir, ada banyak sekali yang masih bisa digali tentang Yusuf tetapi jujur semua itu seperti menampar muka gue sendiri. Kesulitan yang gue alami tidak ada seberapa persennya si Yusuf. Tetapi sesulit apapun keadaan gue, Tuhan yang dimiliki Yusuf adalah Tuhan yang juga dimiliki gue. Tuhan yang tidak pernah berubah dan semua pelajaran hari ini menolong gue untuk memiliki perspektif yang baru dalam bekerja di ladangNya di manapun itu Tuhan bukakan. Ini menimbulkan semangat yang baru dan tentu saja sukacita yang lebih melimpah. Dua kata yang bisa menutup tulisan ini: Thanks God....^_#

Kamis, 16 Oktober 2008

Begadang

Begadang ternyata sangat menguras fisik wanita yang berada di penghujung kepala dua... cah ilehh... Setidaknya itu yang gue alami. Sudah lama tidak pernah begadang eh semalam keasyikan baca ebook sampe jam 3 subuh. Bangun jam 6 saat teduh lucu banget. Gue pake ODB dapat perikop dari Lukas 10:38-42 tapi gue baca Lukas 11:38-42. Sambil merenung, gue mikir tumben-tumbenan ODB motong ayat rasanya kog ga pas, tapi berusaha merenungkan apa yang God mau gue pelajari. Karena masih sangat ngantuk, merenungnya ga lama lalu baca artikel dan belum selesai artikel dibaca, otak gue bingung kog ga nyambung antara perikop Alkitab dengan artikel & perenungan singkat gue. Akhirnya gue cek lagi ternyata hehehe salah baca perikop, denk...

Payahnya gue dapet sopir angkot yang punya mimpi bawa pesawat ulang-alik, jadilah badan gue yang udah ga enak itu terpelanting di dalam angkot. Walhasil selama di kantor perut dan seluruh badan gue rasanya ga enak banget. Kerja dan mikir juga ga maksimal, jadi ga konsen banget.
Mata sih bisa aja melek tapi otak udah ga bisa kompromi. Bayangkan sepanjang hari di kantor dengan kepala sakit, gue berjuang mati-matian bertahan dan menunggu jam pulang. Menyedihkan sekali sampe pengen nangis tapi ga bisa karena emang salah sendiri hiks... Sampe rumah hampir jam 7malam, makan lalu mandi, minum tolak angin, doa lalu tidur.

Ternyata memang benar kalau umur bertambah, kemampuan fisik pun menurun. Menyedihkan tetapi itu membuat gue jadi lebih bisa berempati pada para lansia. Di satu pihak gue belajar tentang pengendalian diri. Umur gue sih boleh aja udah hampir kepala tiga tapi ternyata untuk pengendalian diri gue masih remaja hehehe malah banyak remaja yang pengendalian dirinya lebih baik dari gue kali ya? ^_& Anyway busway, penyesalan selalu datang terlambat. Jadi, rasanya kapok deh begadang. Mending kalo begadang menyelesaikan suatu tanggung-jawab sehingga setelah selesai ada hasil yang bisa membuat hati terasa lega dan puas. Kalo efek setelah begadang malah penyesalan karena hanya memuaskan kedagingan doang wuahhh hanya dua kata yang layak gue teriakkan: CHUAPE DHEEE....!!!

Rabu, 15 Oktober 2008

Yabes: Seorang Tidak Terkenal yang Menjadi Terkenal

Siapa yang tidak kenal Yabes? Soale di gereja sih udah ada Mezbah Doa Yabes di mana jemaat diizinkan menaikkan doa permintaan. Tetapi ternyata menggali bagian tentang Yabes sungguh menarik. Ternyata Chuck Swindoll juga menulis tentang Yabes dalam bukunya "Kisah-Kisah Menarik Orang-Orangn yang Terlupakan." Berikut ringkasan yang dapat ditulis.

Nama Yabes hanya muncul dalam 2 ayat di 1 Tawarikh 4:9-10 'Yabes lebih dimuliakan dari pada saudara-saudaranya; nama Yabes itu diberi ibunya kepadanya sebab katanya: "Aku telah melahirkan dia dengan kesakitan. Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!" Dan Allah mengabulkan permintaannya itu.' Uniknya, penulis kitab Tawarikh ini sedang menuliskan silsilah keturunan Yehuda yang cenderung sama. Tetapi di bagian Yabes, ada tambahan keterangan 2 ayat seperti itu.

Chuck Swindoll dengan sangat baik menggambarkan tentang hal ini: Ketika Tuhan berhenti sejenak dan ingin menuliskan lebih jauh tentang seseorang, berarti ada sesuatu yang penting yang Tuhan ingin pembaca menarik pelajaran dari tokoh tersebut. Berarti ada sesuatu berkaitan dengan Yabes yang jauh lebih penting daripada sekedar permintaannya dikabulkan oleh Tuhan.

Ada 3 prinsip yang dapat dipelajari berkaitan dengan Yabes:
1. Awal yang kecil (atau seburuk apapun) tidak menjamin akhir yang pasti kecil (buruk) juga. Yabes memiliki masa lalu yang buruk. Ketika lahir, ia langsung dinamakan Yabes yang artinya senada dengan Pain atau penderitaan, kesakitan. Ia lahir di tengah gurun, sebelum masuk tanah Kanaan, di tengah pergumulan penderitaan bangsa Yahudi. Tetapi Yabes memiliki iman untuk meminta Tuhan menjauhkan arti namanya dari hidupnya. Iman itu berarti berani mempercayakan masa depan kita kepada Tuhan bahwa masa lalu yang seperti apapun juga akan dapat dipakai Tuhan untuk membentuk masa depan yang jauh lebih indah bagi tiap anak-anakNya. Rantai masa lalu yang buruk dapat diputus ketika kita mau hidup beriman pada Tuhan Yesus seumur hidup kita.

2. Kekayaan atau kekuasaan (otoritas) yang besar, tidak akan ada artinya tanpa Tuhan. Yabes sangat merindukan agar "tangan Tuhan menyertainya." Baginya, tangan Tuhan adalah sumber segala sesuatu yang ada padanya. Tangan itu pula yang akan melindunginya seumur hidupnya. Yabes menyadari bahwa ia tidak mampu berbuat apa-apa tanpa tangan Tuhan. Dengan kata lain, sebenarnya ia sedang berkata, "Kalau bukan Tuhan yang memberi dan memelihara, aku tidak mau menerima kekayaan atau kekuasaan itu tapi kalau Tuhan sudah memberi, tolong jangan tinggalkan aku." Suatu doa yang luar biasa yang dipanjatkannya. Orang cenderung sering meminta kepada Tuhan tetapi melupakan Tuhan ketika sudah mendapat apa yang diinginkannya. Menyedihkan, pemberian Tuhan lebih berharga daripada Tuhan, Sang Pemberi itu sendiri. Yabes tidak terjebak dalam pola hidup seperti itu. Doanya jauh lebih dalam daripada itu. Ia merindukan Sang Pemberi senantiasa mengiringi pemberianNya dalam hidup Yabes.

3. Kekayaan atau kekuasaan (otoritas) yang besar selayaknya diterima dengan tanggungjawab tanpa diiringi rasa bersalah. Banyak orang yang merasa tidak layak dan bersalah ketika mendapat kekayaan atau otoritas dalam hidupnya. Rasa tidak layak adalah sesuatu yang baik, menunjukkan kerendahan hati. Tetapi ketika rasa tidak layak itu dibiarkan terlalu menguasai sampai menimbulkan rasa bersalah, kita akan sulit menggunakan apa yang sudah Tuhan percayakan dengan bertanggungjawab. Padahal Tuhan mempercayakan segala sesuatu itu pada diri kita dengan tujuan agar kita dapat menjadi hambaNya yang bertanggungjawab mengelola semuanya itu.

Berikutnya, ada 3 pertanyaan penting yang harus kita jawab ketika mempelajari tentang Yabes:
1. Mungkinkah Tuhan Allah merancang bagi saya sebuah posisi atau otoritas yang besar beserta dengan hak-hak dan tanggungjawab istimewa di dalamnya?
2. Mungkinkah rancangan Tuhan itu MELEBIHI apa yang saya pikirkan selama ini, Tuhan ingin saya punya otoritas mengambil keputusan yang memiliki dampak bagi lingkungan di mana saya hidup sekarang?
3. Apa yang membuat saya belum atau tidak pernah meminta Tuhan memberikan otoritas dan tanggungjawab yang besar selama ini?

Renungkanlah jawaban-jawaban kita dan berusahalah menjawab dengan jujur di hadapan Tuhan. Sejujurnya, pertanyaan ke-1 & ke-2 pasti akan kita jawab MUNGKIN karena kita memang terbatas tapi Tuhan Pencipta kita adalah Tuhan yang tidak terbatas, IA sering memberi kejutan-kejutan yang melampaui akal kita karena IA TUHAN. Pertanyaan ketiga yang lebih dalam dan harus kita renungkan. Buat gue pribadi, gue tidak meminta karena otoritas, kekuasaan, kekayaan, hak istimewa dan segala titipan itu pada akhirnya menuntut tanggungjawab. Semua titipan itu tidak akan menimbulkan iri hati dari orang lain, tetapi pasti ada konsekuensi menjadi sorotan dan kritikan. Dan itu yang gue ga suka. Ketika dipercayakan sesuatu yang menurut gue besar, kadang gue juga merasa tidak layak, guilty dan lebih baik diberikan pada orang lain yang menurut gue lebih baik. Ternyata otak gue meyakini bahwa itu semua titipan tapi hati kecil gue mungkin masih menganggap itu bagian dari milik gue. Karena kalau gue 100% meyakini semua itu titipan dan kepercayaan dari Tuhan, gue seharusnya tidak terganggu dengan sorotan dan kritikan itu. Karena toh gue cuma pengurus milikNya Tuhan, bukan pemilik dari semuanya itu.

Entah bagaimana sikap pembaca-pembaca kisah Yabes yang lain? Gue rasa sih beda-beda tapi kerendahan hati belajar dari Yabes dalam menaikkan doa untuk tidak ragu meminta sesuatu untuk memuliakan nama Tuhan (bukan untuk memuaskan hawa nafsu belaka) akan dikabulkan Tuhan dengan senang hati. Bukankah itu kerinduan kita semua? Dan pastinya juga kerinduan Tuhan Bapa Surgawi yang luar biasa baik hati *.*

Selasa, 14 Oktober 2008

Laskar Pelangi

Buku Laskar Pelangi karya Andrea Hirata memang pantas diacungkan jempol. Ini buku tetralogi tetapi berhubung gue baru baca buku pertama, gue cuma bisa nulis sebatas ini. Cara Hirata mendeskripsikan lokasi, keadaan dan latar belakang budaya tertentu menunjukkan suatu kekayaaan kosa kata yang dimilikinya. Bukan hanya itu, caranya menghidupkan emosi para tokoh di dalamnya juga sangat mempengaruhi emosi pembaca. Gue belum nonton filmnya, tapi rencana sih mo beli buat koleksi jika DVD originalnya sudah keluar.

Cerita dimulai dengan latar Sekolah Muhammadiyah di Belitong yang sangat minim fasilitas, tenaga pengajar bahkan juga terancam tutup jika jumlah murid <10 anak. Orang-orang di sana sangat miskin, ironis dengan kekayaan alam yang hanya dapat dirasakan oleh segelintir orang yang membangun benteng sendiri di sebuah kota mandiri. Pengarang menggambarkan kecemasan yang dirasakan oleh kepsek dan guru, cemas sekolah akan ditutup dan mereka tidak dapat membagikan ilmu lagi. Orangtua murid cemas memikirkan biaya sekolah dan seandainya tidak jadi sekolah mereka berpikir memang menyuruh anak bekerja akan jauh lebih baik. Anak-anak ingin sekali sekolah dan mereka cemas karena terancam tidak akan bisa merasakan itu semua jika sekolah ditutup. Akhirnya murid ke-10 yang datang adalah seorang anak yang terjebak dalam tubuh dewasa (retardasi mental). Tapi intinya, sudah ada 10 murid jadi sekolah tetap dibuka. Dan dimulailah kelompok murid baru (nantinya dinamakan Laskar Pelangi-karena mereka semua suka melihat pelangi) ini merasakan suka-duka sekolah.

Ada beberapa pelajaran yang bisa ditarik dari buku ini:
1. Nilai-nilai yang ditanamkan sejak kecil sangat berperan dalam pembentukan nilai-nilai dan tingkah laku orang itu ketika dewasa. Nilai yang ditanamkan oleh kepsek di penerimaan murid baru sangat mereka pegang sampai dewasa: "Seseorang harus memberi sebanyak-banyaknya, bukan menerima sebanyak-banyaknya." Setinggi apapun ilmu yang dimiliki kalau tidak bisa memberikan dampak bagi diri sendiri dan lingkungan, dunia dan akhirat maka itu tiada guna.

2. Bakat alam adalah karunia. Tapi kesempatan pun adalah karunia yang tidak kalah pentingnya. Lintang yang genius tidak dapat menamatkan SMP karena ayahnya meninggal dan ia anak sulung sehingga beban hidup 14 orang dalam keluarganya langsung jatuh ke pundaknya. Gue paling sedih membaca kisah Lintang ini. Rasanya waktu nulis ini pun air mata gue udah mengambang di pelupuk. Berapa banyak anak-anak di Indonesia yang pintar tetapi tidak punya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan terpaksa menggunakan otot fisik untuk mencari nafkah seadanya dan akhirnya bakatnya terpendam begitu saja? Mahar pun sampai SMP baru ketahuan bakat otak kanannya dan itu pun karena pintu kesempatan yang selama SD (6 tahun) tidak pernah terbuka baginya.

3. Hargailah & bertanggung-jawablah untuk tiap kesempatan yang ada, sekecil apapun itu. Mahar yang pendidikannya hanya sampai SMP, tidak dapat melanjutkan pendidikan. Dia menganggur selama beberapa waktu. Sampai akhirnya ia melamar untuk menulis tentang suatu budaya. Hanya usaha kecil-kecilan dan ia lakukan dengan bertanggung jawab akhirnya makin bertambah kepercayaan orang padanya. Sampai akhirnya ia menjadi penulis terkenal. Ia tahu kapasitasnya dan ia bersedia melakukan mulai dari nol, bahkan hal-hal yang awalnya kurang berhubungan dengan yang diinginkan atau dicita-citakannya.

4. Teman adalah harta yang sangat berharga yang dititipkan Tuhan pada kita. Jalinlah relasi dengan mereka selama waktu yang memungkinkan. Zaman sudah canggih, orang-orang tinggal sejauh sms dan email saja. Kenapa tidak sesekali waktu menghubungi teman-teman yang sudah lama tidak tahu kabarnya? Sangat mengharukan melihat Trapani yang mother complex berada di Rumah Sakit Jiwa bersama ibunya. Si ikal (penulis), teman lama Trapani tidak mengenalinya lagi sampai ketika Trapani yang sudah hilang kesadaran itu ternyata mengenali Ikal dan memanggil namanya. Betapa dalamnya relasi kanak-kanak mereka dulu. Sayang waktu membuat mereka putus hubungan sampai akhirnya salah satu berakhir di RSJ karena tidak kuat menanggung masalah hidup. So, jangan tunggu salah seorang teman lama memanggil namamu ketika dikau berkunjung ke RSJ. Segeralah kirim sms atau email singkat kepadanya.

5. Tidak ada cara singkat untuk mencapai sesuatu. Semua harus lewat proses dan ada harga yang dibayar untuk hasil maksimal yang diharapkan. Mahar dan Flo adalah anak yang sangat mempercayai dunia mistis dan pada akhirnya ketika bertemu dukun, yang didapatnya hanya 1 kalimat: "Jika mau nilai bagus, BUKA BUKU DAN BELAJAR!" Ini berlaku bukan hanya untuk mendapat nilai bagus. Segala sesuatu di dunia ini harus diraih dengan pengorbanan. Hanya iblis yang menawarkan cara singkat tetapi akhirnya menjerumuskan dan meminta tumbal yang jauh lebih mahal, yaitu nyawa kita sendiri.

6. Kekayaan adalah sesuatu yang fana. Seperti bianglala di dufan (dunia fantasi), kadang seseorang berada di atas dan kadang di bawah. Kekayaan segelintir orang-orang di balik "tembok besar Belitong" yang menguras sumber daya alam itu akhirnya berakhir. Bodohlah orang jika hidup di dunia ini hanya mengejar kekayaan dan menganggap bisa memilikinya seumur hidup. Tidak ada rasa aman dengan bertambahnya kekayaan karena ia sifatnya fana dan ia bisa menikah dengan siapapun alias kekayaan itu bisa berpindah tangan dengan sangat cepat. Ia tidak mengenal pemilik. Jadi, kejarlah sesuatu yang lebih berarti dari kekayaan.

Sebenarnya masih banyak lagi pelajaran yang bisa digali dari buku ini tetapi berhubung gue udah capek ngetik dan pengen minum, cukup sampai di sini aja ceritanya. Semoga ini dapat mendorong orang untuk membaca atawa menonton filmnya. Karya-karya anak bangsa yang bagus harus dihargai sehingga mereka tidak mati, melainkan dapat terus berkarya dan memajukan bangsa kita tercinta ini karena suatu karya yang baik akan menginspirasikan karya berikutnya dari orang-orang yang lainnya. Semoga... Semoga...

Kamis, 09 Oktober 2008

Rehabeam: Seorang Munafik yang Sembrono

Rehabeam adalah anak Salomo (cucu Daud) yang menjadi raja Israel. Ia menjadi raja ketika berumur 41 tahun. Bayangkan kemewahan yang didapatnya sebagai pangeran di masa kerajaan Salomo. Melalui buku "Kisah-Kisah Menarik Orang yang Terlupakan," karya Chuck Swindoll, ada beberapa hal yang dapat dipelajari sebagai berikut:

1. Rehabeam dikatakan sbg orang munafik karena mencari saran dari orang lain dengan memiliki pendapat pribadi yang sulit diubah sehingga tujuannya mencari orang adalah hanya untuk mendapat dukungan atau legitimasi. Rehabeam meminta usulan para tua-tua ketika rakyatnya meminta keringanan pajak. Sebenarnya kemungkinan dalam hati dia sudah memiliki pendapat sendiri. Ketika tua-tua memberi saran yang tidak disukainya, ia meminta saran dari orang-orang muda yang akhirnya memberi saran sesuai dengan yang diinginkannya. Endingnya tentu saja Rehabeam memilih saran dari orang-orang muda karena cocok dengan pemikirannya. Betapa banyaknya orang seperti ini dalam dunia. Kadang-kadang, gue juga termasuk salah satunya. Dalam kasus terdekat, misalnya beberapa waktu yang lalu, gue baru tau kalo di kantor baru gue, karyawan tidak mendapat 12 hari cuti selama 1 tahun pertama. Tadinya gue berpikir bahwa karyawan tidak boleh ambil cuti selama 1 tahun pertama tapi di bulan ke-13, karyawan berhak atas 12 hari cuti (jatah 1 tahun yang lalu yang tidak boleh diambil). Tapi ternyata, benar-benar ga dapat 12 hari itu! Ketika gue sharing ke beberapa orang, gue sangat senang ketika ada orang yang mendukung gue bahwa 12 hari cuti itu adalah hak karyawan. Dan gue rada bete ketika ada orang yang mengatakan itu hak perusahaan untuk mengatur. Padahal GM gue memberikan masukan bahwa tidak apa-apa kalau gue mo buat daftar pembanding/semacam usulan dan HRD perusahaan akan mendiskusikannya. Tapi ketika gue mencari usulan dari banyak pihak, gue merasa akhirnya ga obyektif lagi, gue hanya mencari pembenaran diri sendiri. Menyedihkan...

2. Rehabeam memiliki kebiasaan dan hobi yang buruk yang dicontohnya dari ayah dan kakeknya. Ayah dan kakeknya laki-laki yang beristri dan bergundik banyak. Rehabeam yang dianggap munafik awalnya memilih sepupunya sebagai istri. Dan ini baik dalam pemandangan tradisi dan hukum Israel. Kemungkinan Rehabeam melakukan ini demi nama baiknya. Tetapi akhirnya Rehabeam malah lebih mencintai istri-istrinya yang lain, yang bukan dari suku Israel dan tidak mengenal Tuhan. Semasa kecil, gue memiliki banyak kepahitan dengan mama, gue banyak ga suka dengan cara pikir dan tingkah-lakunya. Tapi akhirnya gue terpaksa harus mengakui kalo hal-hal yang gue ga suka dari mama itu justru melekat pada diri gue sendiri. Bersyukur bahwa di dalam Kristus, belenggu masa lalu itu dipatahkan. Ketika berani mengakui hal-hal yang tidak disukai itu ternyata ada pada diri gue sendiri, itulah langkah awal pemulihan diri gue. Setiap orang pasti dibentuk oleh orangtuanya. Maklum ortu kan arsitek keluarga. Tapi orang Kristen ga perlu putus asa dengan masa lalu yang kelam karena tidak ada yang mustahil buat Tuhan. Dalam kelemahanlah kuasa Tuhan akan dinyatakan, asal kita percaya pada-Nya dengan segenap hati.

Nah, belajar dari Rehabeam, kita semua perlu terbuka dengan pemikiran-pemikiran orang lain yang bahkan berbeda dari pemikiran kita. Pikiran kita pribadi seringkali terdistorsi, solusi yang kita anggap benar ternyata salah karena kita hanya memandang dari 1 sisi. Dan sungguh merupakan karunia jika Tuhan kasih orang-orang yang "sulit" karena orang-orang sulit itulah yang menolong kita melihat dari sudut yang berbeda. Dengan suatu kerendahan hati untuk mendengarkan (bukan sekedar mendengar loh) mereka, kita memiliki kekayaan untuk melihat dengan lebih jernih dan akhirnya tidak terperosok ke dalam dosa Rehabeam, dosa di mana kita semua punya potensi untuk melakukannya.

Selasa, 07 Oktober 2008

Construal? Apaan tuh?

Psikologi Sosial mendefinisikan Construal sebagai cara orang berpikir, melihat dan menafsirkan kejadian di sekitar mereka. Kita semua perlu menafsirkan dunia sekitar kita sehingga segala tindakan dan penilaian kita menjadi suatu yang selaras dan masuk akal.

Sebagai contoh, kejadian yang gue pagi ini. Gue biasa naik mikrolet M02 menuju kantor. Mata gue jelas-jelas melihat angka 02 terpampang sehingga gue menyetopnya. Kemudian, tiba-tiba mikrolet belok kanan di suatu lokasi di mana M02 biasanya lurus. Reaksi pertama gue adalah langsung memandang ke arah yang lurus sambil berpikir mungkin jalanan lurus ditutup. Ternyata jalanan tidak ditutup. Wuih, mata gue langsung beralih ke nomor mikrolet yang entah kenapa berubah menjadi M04! Dengan panik gue langsung menyetop mikrolet dan meminta maaf kepada sopir yang terpaksa menunggu gue mengambil uang receh yang tidak gue siapkan karena turun dadakan hiks :=.=:

Lihat reaksi pertama otak gue adalah menciptakan construal bahwa jalanan yang biasanya dilewati sedang ditutup kemudian mata gue langsung mengecek. Karena apa construal seperti ini dapat muncul di kepala gue? Karena melakukan sesuatu yang salah itu otomatis menurunkan self-esteem jadi reaksi pertama yang gue lakukan adalah menciptakan construal untuk membuktikan diri benar sehingga perasaan gue nyaman, lega karena self-esteem tidak mengalami penurunan. Tapi karena gue cek ternyata jalanan tidak sedang ditutup, gue langsung mengganti construal pertama dengan construal berikutnya bahwa jangan-jangan gue salah naik mikrolet. Mata langsung mengecek nomor mikrolet dan hasilnya zummm benar gue salah naik angkot. Gue mengganti construal dengan terpaksa karena kalo gue memaksa diri menerima construal pertama, akan muncul rasa tidak aman yang lebih besar, gue terbawa angkot entah kemana, terlambat ke kantor, dan seterusnya, dan seterusnya.

Itu hanya dalam kasus kecil yang sepele. Bayangkan dalam kasus besar, bagaimana construal sangat berpengaruh dalam penilaian orang akan dirinya sendiri. Misalnya: kasus antar negara antara tentang invasi US ke Irak. Betapa sulitnya mengakui kalau construal awal itu salah walau kenyataan/reaksi yang muncul berikutnya berbeda dengan construal awal. Sebenarnya ketika construal awal berbeda dengan kenyataan yang terjadi, orang dapat memilih melakukan 3 hal:

1. Mempertahankan construal awal supaya self-esteem tidak terpengaruh. Menyalahkan situasi yang tidak cocok dan tetap memegang teguh construal awal. Ini yang biasanya dilakukan orang-orang yang kita sebut keras kepala alias kepala batu hehehe...

2. Segera mengganti construal awal dengan construal lain. Ini tidak mudah dilakukan karena harus mengakui bahwa construal awal yang diyakini ternyata salah, tidak cocok dengan kejadian berikutnya.

3. Menunggu sambil mempertahankan construal awal. Biasanya orang-orang ini sangat berharap untuk terjadinya situasi berikut yang cocok dengan construal awal. Kalau yang terjadi ternyata berbeda dari harapan, biasanya akan menciptakan construal tengah-tengah yang menggabungkan construal awal dengan kejadian yang sesungguhnya.

Semua proses yang gue alami terjadi dalam hitungan detik, tidak sampai 1 menit! Wow, menakjubkan sekali ya Tuhan menciptakan otak manusia. Waktu menulis ini, tak henti-hentinya gue bersyukur atas kehebatan yang Tuhan berikan pada manusia. Itu semua menunjukkan betapa hebatnya Sang Pencipta. Dan gue bener-bener bersyukur menjadi ciptaan-Nya yang dilengkapi dengan berbagai "fasilitas" hidup yang kelihatannya sepele tapi kalau dipikirkan, ternyata menakjubkan. Soli deo Gloria ^_^